Pemerintah Diminta Tiru Singapura Tak Biayai Warga yang Tolak Vaksinasi Covid-19

Tantangan penetrasi vaksinasi Covid-19 saat ini terletak pada kurangnya minat masyarakat.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 09 Nov 2021, 18:31 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2021, 18:31 WIB
Vaksinasi, Vaksinasi COVID-19, lansia, Singapura
Potret salah satu populasi lanjut usia (lansia) yang mengikuti vaksinasi COVID-19 di Singapura pada Senin, 22 Februari 2021. (Foto: Situs Channel News Asia)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah diminta meniru langkah Singapura dalam upaya mendorong tingkat vaksinasi Covid-19. Negara ini memutuskan dengan tidak menanggung biaya perawatan masyarakat yang enggan menerima vaksin Covid-19.

Ini diungkapkan Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir. “Pemerintah Singapura memberikan aturan baru, masyarakat yang layak di vaksin tapi menolak untuk divaksin, pada saat mereka terkena virus, mereka tidak akan ditanggung biayanya oleh pemerintah,” kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).

Langkah Singapura dinilai bisa menjadi contoh bagi Indonesia. Dia mengingatkan jika tantangan penetrasi vaksinasi saat ini terletak pada kurangnya minat masyarakat.

Hal ini juga mengacu pada distribusi vaksin yang telah dilakukan Bio Farma. “Ini jadi suatu inisiatif yang dilakukan pemerintah Singapura, saya tidak tahu apakah di Indonesia juga menarik, sehingga orang jadi mau di vaksin,” lanjut dia.

Opsi itu, menurut dia, mampu mendorong tingkat vaksinasi untuk mengejar target pembentukan kekebalan komunitas yang mensyaratkan penyuntikan vaksin sebesar 80 persen dari populasi.

Pada saat ini masih ada daerah di Indonesia yang baru mencapai sekitar 50-60 persen vaksinasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Distribusi Vaksin

FOTO: Pelajar SMA Banda Aceh Jalani Vaksinasi COVID-19
Seorang siswa SMA menerima dosis vaksin virus corona COVID-19 Pfizer di Rumah Sakit Zainoel Abidin, Banda Aceh, Aceh, Selasa (9/11/2021). Vaksinasi COVID-19 di kalangan warga Kota Banda Aceh tembus 80 persen. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Mengacu pada data, Bio Farma telah mendistribusikan 233,4 juta dosis vaksin. Sementara menurut data Kementerian Kesehatan, vaksin yang didistribusikan mencapai 252 juta dosis.

Perbedaan data tersebut, dikatakan bisa jadi distribusi dilakukan prinsipal vaksin langsung ke provinsi. Jadi, tidak melalui jalur Bio Farma untuk pendistribusian.

“Sampai akhir tahun perencanaan untuk distribusi vaksin 326,8 juta dosis, kita masih ada beberapa vaksin yang akan masuk di november dan desember untuk memenuhi semua kebutuhan,” katanya.

Ia mengatakan pada November hingga Desember 2021, akan ada lagi 111 juta dosis vaksin yang masuk ke Indonesia.

“Ini supply agreement Bio Farma dengan pengembang vaksin, sampai dengan bulan lalu, sudah memasukkan lebih dari 250 juta dosis, di November-Desember akan masuk lagi 111 juta dosis dari berbagai pengembang seperti yang kita produksi sendiri, Novavax yang segera masuk atau Covavax nama produknya, AstraZeneca yang diproduksi di China, dan vaksin jadi yang kita impor dari Sinovac dengan brand Coronavac-2,” dia menandaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya