Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mendapat beberapa tawaran investasi untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengaku beberapa perusahaan sudah menyodorkan tawaran investasi sekaligus kajian riset soal harga listrik bertenaga nuklir.
Baca Juga
"Ada pihak yang menyampaikan ke kami, listriknya ini cukup menarik dari sisi harga. Misalkan di angka USD 9-10 cent per kWh. Ada juga yang menyampaikan angkanya investasi di bawah USD 7 cent, atau USD 7 cent lah," terang Dadan, Senin (17/1/2022).
Advertisement
Tarif tersebut diketahui lebih murah dari harga pemakaian listrik lewat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diperkirakan mencapai USD 8,5-10,15 cent per kWh.
Menurut Dadan, seluruh kajian tersebut kini sudah sampai ke pemerintah. Dari segi pengenaan harga itu pun disebutnya sudah cukup menarik.
"Tapi sesuai regulasi pemerintah, bahwa kebijakan ini adalah memastikan secara teknologi harus yang proven dan ada contoh secara komersialnya," tegas Dadan.
Â
Nilai Investasi
Nilai investasi PLTN sendiri akan tergantung dari kapasitas yang akan dibangun. Itu tergantung dari kelas pembangkitnya atau dari jenis teknologi yang digunakan.
"Target untuk PLTN komersial yang dibangun sesuai RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) adalah membangun kerjasama internasional terkait studi pengembangan PLTN," jelasnya.
Dadan mengatakan, Menteri ESDM Arifin Tasrif juga telah menerbitkan keputusan untuk pembentukan tim persiapan penyusunan kelembagaan dari pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir.
"Kalau untuk PLTN dari sisi kajian atau studi memang lebih banyak leading sectornya ada di Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional). ESDM juga terlibat khususnya dalam litbang," pungkasnya.
Advertisement