Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia stabil di tengah pasar menimbang kemungkinan kenaikan suku bunga yang agresif dan tidak terduga bisa mendorong kenaikan permintaan energi yang lebih tajam.
Setelah naik lebih dari 1 persen di awal perdagangan, harga minyak mentah berjangka Brent turun 14 sen, atau 0,2 persen menjadi USD 91,41 per barel.
Baca Juga
Sementara harga minyak dunia jenis Texas Intermediate AS, yang naik lebih dari USD 2 pada hari sebelumnya, ditutup naik 22 sen, atau 0,3 persen menjadi USD 89,88 per barel.
Advertisement
Melansir laman The Star, Jumat (11/2/2022), setelah data inflasi AS keluar, dan mencapai titik terpanas dalam 40 tahun, Presiden Bank Federal Reserve St. Louis James Bullard mengatakan ingin adanya kenaikan suku bunga persentase penuh pada 1 Juli.
Suku bunga berjangka menunjukkan peluang 60 persen dari kenaikan 50 basis poin di bulan Maret setelah komentar Bullard, dan pasar saham AS jatuh.
Dolar menyerahkan beberapa kerugian sebelumnya. Greenback yang lebih kuat membuat minyak dan komoditas lainnya lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
"Harga minyak bingung antara apa yang diperlihatkan statistik inventaris menguat dan tanda-tanda bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan pada 2022," kata Scott Shelton, Spesialis Energi di United ICAP.
Sanksi Iran
Sebelumnya, harga minyak menguat setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah turun secara tak terduga minggu lalu ke level terendah sejak Oktober 2018, sementara permintaan bahan bakar mencapai rekor tertinggi.
Setelah data tersebut, harga minyak membalikkan penurunan yang didorong dimulainya kembali pembicaraan nuklir AS-Iran sehari sebelumnya. Kesepakatan dapat mencabut sanksi AS terhadap minyak Iran dan mengurangi ketatnya pasokan global.
Awal pekan ini, patokan minyak mentah mencapai tertinggi tujuh tahun di tengah kekhawatiran politik, dan karena pemulihan permintaan yang kuat dari pandemi virus corona telah membuat persediaan di pusat bahan bakar secara global pada posisi terendah multi-tahun.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak mengatakan permintaan minyak dunia mungkin meningkat lebih tajam tahun ini karena ekonomi global mencatat pemulihan yang kuat.
Laporan itu juga menunjukkan OPEC menggarisbawahi kenaikan produksi minyak yang dijanjikan pada Januari di bawah pakta dengan sekutunya untuk secara bertahap melonggarkan rekor penurunan produksi yang diberlakukan pada 2020.
Secara keseluruhan, tipisnya pasokan minyak mentah, penyimpanan rendah dan produksi global yang mendekati maksimum mendorong kenaikan harga, menurut Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG).
Advertisement