Beda Angkutan Truk di RI dan Eropa Termasuk Rusia, Lebih Marak Penyelundupan?

Pengemudi truk di Indonesia lebih banyak menanggung beban sistem logistik, berbeda dengan sopir truk di Eropa

oleh Tira Santia diperbarui 27 Feb 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2022, 08:00 WIB
Kemenhub Optimis Target Indonesia Bebas ODOL 2022 Tercapai
Truk melintas di ruas Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Pengamat transportasi sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno, mengatakan pengemudi truk di Indonesia lebih banyak menanggung beban sistem logistik, berbeda dengan sopir truk di Eropa.

“Di Eropa, pengemudi truk hanya mengecek oli saja. Lagipula jarang terjadi ban kempes atau pecah, karena muatan standar masih dalam batas load index ban. Pengemudi dapat tidur dengan nyaman di ruang dalam kabin truk,” kata Djoko dalam keterangan tertulisnya, Minggu (27/2/2022).

Jika kendaraan dicurigai mengangkut overload, pengemudi tidak diapa-apakan, tapi si pembawa manifest barang yang harus mempertanggungjawabkannya. Atau Polisi di perbatasan negara akan mengundang perwakilan dari pabrik untuk hadir ke penimbangan supaya bertanggung jawab.

“Di dalam manifest barang ada jumlah muatan dan berat muatan. Soal tata cara muat dan tonase mereka self assessment, namun jika dicurigai oleh Polisi, maka kendaraan akan digiring ke lokasi penimbangan dan akan digeledah. Jika muatan tidak sesuai dengan manifest itu baru persoalan,” jelasnya.

Sementara, di Indonesia Pengemudi truk menanggung pengeluaran untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM), tarif tol, makan dan minum, MCK, pungutan liar, petugas resmi, tilang, tarif parkir, pecah ban dan berbagai retribusi lainnya.

Sedangkan, pengusaha angkutan akan menanggung angsuran kredit kendaraan, penyusutan kendaraan, penggantian ban, oli dan suku cadang, storing dan derek, perijinan dan surat menyurat.

Lebih lanjut, sekarang di Eropa seringnya operasi narkoba memakai anjing pelacak, sedangkan operasi Tonase malah jarang. Pokoknya, kata dia, yang sering terjadi adalah barang selundupan. Belum tentu narkoba, bisa saja barang yang harus pakai bea masuk khusus.

“Kebanyakan pelanggaran overload dilakukan oleh truk-truk yang berasal dari Eropa Timur seperti Rusia, Rumania, Albania, Republik Ceko, Hungaria, Bulgaria,” ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Suap Polisi di Eropa

Ribuan sopir truk demo menolak kebijakan ODOL di kantor Dinas Perhubungan Jatim. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Ribuan sopir truk demo menolak kebijakan ODOL di kantor Dinas Perhubungan Jatim. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Sebab di Eropa Timur Polisinya masih korup dan gampang disuap. Negara yang paling ketat dan disegani oleh para sopir adalah Jerman, Swiss, Austria, Inggris dan negara-negara Skandinavia. Overload masih sering terjadi juga di Eropa Barat, namun paling banyak adalah pelanggaran tata cara muat.

Misalkan ikatan barang tidak benar. Tetapi sepanjang masih bisa diatasi atau diperbaiki tidak akan ditilang, cuma diminta membetulkan saja.

Jika terjadi kasus tonase tidak sesuai dengan manifest, pengemudi truk diminta istirahat, lalu Polisi menelpon pemilik barang agar mempertanggung jawabkan.

“Selama pengemudi menunggu, argometer jalan terus. Karena Standard Trading Conditions berjalan dengan baik. Waktu tunggu pengemudi truk akan diganti rugi oleh pemilik barang,” pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya