Liputan6.com, Jakarta Harga telur ayam kini sedang mengalami kenaikan Rp 25.000 per kilogram. Di sisi lain, harga ayam potong pun mengalami kenaikan menjadi sekitar Rp 36.000 - Rp 40.000 per kilogram.
Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nusantara (PPRN) Alvino Antonio menyebut alasan kenaikan telur ayam dan daging ayam. Yakni karena biaya produksi yang meningkat mengikuti harga pakan ternak.
"Harga daging ayam dan telur naik karena harga sapronak ( sarana produksi ternak ) seperti pakan dan DOC FS naik harganya," katanya saar dihubungi Liputan6.com, Sabtu (12/3/2022).
Advertisement
Ia menyebut, meski saat ini harga di tingkat kandang atau peternak masih mengacu pada Permendag yang berlaku, tapi biaya sapronaknya nyatanya lebih tinggi. Dengan begitu, Alvino mengaku peternak masih merugi karena biaya yang masih tinggi.
Ia pun menyamakan persoalan perunggasan ini sama dengan minyak goreng yang tak kunjung usai. Ia meminta pemerintah lebih memperhatikan persoalan peternakan ini.
"Peternak menuntut pemerintah supaya bisa mengendalikan harga pakan ternak, kondisi diperunggasan hampir mirip dengan minyak goreng, diduga ada yang memainkan harga dengan dalil bahan baku pakan ternak didunia naik," tuturnya.
"Jadi intinya sebenarnya pemerintah tidak mampu mengatasi setiap masalah yang timbul, padahal kejadian seperti ini pernah terjadi di sebelum-sebelumnya," imbuh dia.
Menurut info yang dimiliki Alvino, biaya pakan ternak ternak akan naik per 17 Maret 2022 mendatang. Dengan tarif yang berlaku adalah Rp 175 per kilogram untuk pakan komplete feed. Dan Rp 375 per kilogram untuk pakan konsentrate.
Â
Capat Bangkrut
Lebih lanjut, Alvino menyebut kondisi pandemi hanya berdampak buruk pada peternak ayam. Ia bahkan mengatakan pandemi hanya mempeecepat kebangkrutan.
"Kondisi diperunggasan sebenarnya pandemi covid hanya mempercepat proses bangkrutnya peternak, padahal seandainya tidak ada pandemi covid pun peternak mandiri juga bangkrut karena buruknya kerja pemerintah khususnya pertanian," katanya.
Bahkan, guna menyelesaikan masalah di sektor peternakan unggas, ia telah menjalankan sejumlah upaya sejak 2014. Sejak saat itu pihaknya sudah seringkali menggelar aksi demonstrasi.
"Yang paling parah di tahun 2018 -2019 ditambah dengan pandemi hingga sekarang jadi menurut saya pandemi hanya dijadikan kambing hitam padahal kalau tidak ada pandemi pun bisnis diperunggasan memang sudah buruk," katanya.
Kendati masalah ini masih terus terjadi, Alvino meminta pemerintah membentuk tim khusus guna menyelesaikan masalah perunggasan. Ia juga meminta pendalam kasusnya lebih diperhatikan
"Bahkan kami juga sudah lapor dan jelaskan sejelas-jelasnya kepada satgas pangan bahkan sampai ke BIN, bahkan ke 2 instansi tersebut bersama dengan instansi pemerintah yang lain pun juga ikut hadir dalam setiap rapat-rapat di pemerintahan," katanya.
"Tapi ya begitu deh, semua sudah kami datangi DPR RI, Watimpres, KSP, Kemenkonekuin, KPPU tapi semuanya tidak ada tindak lanjutnya," imbuh Alvino.
Advertisement