Liputan6.com, Jakarta - Di sebuah bangunan tiga lantai yang berada di jalan Majapahit, Sananwetan, Kota Blitar, terdapat sebuah UMKM pengrajin handycraft yang digerakan pasangan muda yakni Andyk Widodo dan Laili Prima Monica. Terlihat Andyk sesekali memberikan arahan kepada pegawai dalam pembuatan handycraft pesanan konsumen yang dipesan melalui marketplace Shopee.
Disela kegiatan, Andyk mengatakan, menjadi pengrajin handycraft berawal dari sebuah keisengan membantu istri. Masih teringat dibenaknya pada 2017, istrinya memiliki gagasan membuat handycraft yang diunggah melalui media sosial. Seiring berjalannya waktu, kerajinan tangan yang dibuatnya mendapatkan pesanan. Maka kemudian muncullah nama Prima Shabby Craft.
Baca Juga
"Lalu ada salah satu pemesan yang menanyakan handycraft saya bergabung di Shopee atau tidak, karena saat itu memang saya belum bergabung di Shopee," ujar pria berusia 33 tahun tersebut kepada Liputan6.com, Selasa (12/4/2022).
Advertisement
Pria yang mengenakan kemeja hitam mengungkapkan, setelah bergabung di marketpalce Shopee usahanya mengalami kemajuan, bermodalkan uang Rp 300 ribu, kini telah meraup keuntungan dengan nominal jutaan.
Modal awal sebesar Rp 300 ribu digunakannya untuk membeli bahan baku kayu, cat, hingga keperluan operasional lainnya.
"Sekarang omzet kami sudah mencapai seratus persen pada 2019 namun kami tidak dapat menjaga keuntungan bersihnya," ungkap Andyk sambil tersenyum.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tembus ASEAN
Pria bersahaja ini mengatakan, menjadi pelaku UMKM handycraft lebih menguntungkan dibandingkan usaha konveksi yang sebelumnya telah digelutinya hingga ke jurang kebangkrutan.
Dikarenakan memiliki jangkauan pasar yang luas mulai dari kota besar Indonesia hingga sejumlah negara di ASEAN, membuatnya mampu menghidupi puluhan warga di Kota Blitar.
"Seluruh karyawan saya mencapai 30 orang, karena kami ada penambahan karyawan di tiap tahunnya seiring meningkatnya pelanggan," ucap Andyk.
Seiring meningkatnya pemesanan handycraft yang bergerak di organizer handmade, Andyk sempat mengontrak sebuah rumah untuk dijadikan lokasi produksi. Namun kemajuan usaha Andyk mendapatkan halangan dikarenakan sewa kontrakan tersebut tidak mendapatkan perpanjangan, apalagi menyewa sebuah rumah di Kota Blitar tidak semudah membalikan telapak tangan dikarenakan harganya yang cukup mahal.
"Akhirnya memtuskan membeli sebuah lokasi pada 2018 dan Februari 2019 kami menempatinya yang kini dijadikan lokasi usaha," terang pria yang senang bercanda.
Usaha Andyk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang sebelumnya memproduksi delapan buah, berkembang menajdi 15 ribu dan kini mencapai 20 ribu produk setiap bulan. Bukan tanpa rintangan, berkembangnya usaha Andyk mendapat lirikan dari kompetitor lain yang ingin bersaing, namun Andyk mensiasatinya dengan cara membuat produk terbaru ditiap bulannya.
"Bahkan rintangan lainnya yakni Covid-19 yang membuat pegawai kami terpapar sedangkan pesanan terus berdatangan," kata pria yang menjadi pelopor wall decoration dari kayu asal Blitar.
Â
Advertisement
Standarisasi Ekspor
Rajut asa Andyk ingin mengepakkan jangkauan usahanya terus meninggi sehingga ingin merajut mimpinya untuk lebih mendunia. Tidak puas mengcengkramkan usaha di pasar Indonesia dan ASEAN. pria asal Surabaya ingin menembus pasar Eropa.
"Namun kami masih terkendala dengan standarisasi ekspor karena bahan kayu kami harus memiliki kadar air sebesar 20 persen," ungkap Andyk.
Tidak haya itu, pasangan harmonis tersebut masih berupaya meningkatkan kualitas porduk dan packaging untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Andyk selalu berusaha membuka akses dan memanfaatkan fitur pengiriman di marketpalce Shopee untuk memudahkan dan kecepatan mengirim barang kepada konsumen.
"Jujur di sini pegiriman paket tidak sebanyak di kota besar tetapi kami selalu memanfaatkan seluruh fitur yang ada di shopee untuk kemajuan usaha kami di dunia digitalisasi," tutup Andyk.