Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan penjualan rumah di wilayah Bogor dan sekitarnya tercatat meningkat pesat, terutama untuk segmen mewah.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghada dalam Bisnis Indonesia Forum Group Discussion: Membedah Peluang Pengembangan Properti Residensial di Kawasan Sunrise pekan lalu menjelaskan, wilayah Cimanggis memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa karena ia mengisi kekosongan pengembangan wilayah antara Bogor dan Jakarta.
Baca Juga
“Ada kekosongan antara pengembangan wilayah di pusat Bogor dan Jakarta yaitu di wilayah Cimanggis yang sebenarnya memiliki potensi yang besar. Ini yang dimanfaatkan Agung Podomoro, karena pengembang besar baru ada Agung Podomoro di sana,” jelas Ali, dikutip Selasa (5/7/2022).
Advertisement
Pengembangan wilayah di Bogor dipaparkan Ali sejatinya sudah mulai dilakukan sejumlah pengembang besar dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, wilayah pengembangannya relatif jauh dengan Jakarta seperti di pusat Bogor, atau di Sentul. Situasi ini terjadi lantaran infrastruktur di Bogor yang terbatas.
Akses transportasi utama yaitu Tol Jagorawi yang cenderung digunakan masyarakat menengah atas dinilai jadi salah satu kendala pengembangan wilayah.
Sementara kini, dengan pengembangan Light Rail Transit (LRT) hingga Cimanggis makin memperluas akses ke seluruh lapisan masyarakat. Sehingga peluang pertumbuhan wilayah juga makin terbuka lebar. Ini alasan Ali bilang bahwa wilayah Cimanggis merupakan kawasan sunrise.
“Titik di Cimanggis itu sangat potensial, pengembangan Podomoro Golf View seluas 60 hektar ditambah dengan adanya TOD, daerah yang tadinya kosong pasti akan tumbuh pesat, harga properti juga pasti akan naik, karena di luar negeri itu TOD biasanya meningkatkan 10-15 persen harga properti,” sambungnya.
Podomoro Golf View berada di lahan seluas 60 hektar di kawasan hijau yang sejuk dan merupakan kawasan terintegrasi yang terdiri dari hunian vertikal dan rumah tapak. Kawasan juga dilengkapi dengan sejumlah fasilitas-fasiltas utama pusat komersial, pendidikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak sampai universitas, hingga destinasi religi kekinian yaitu Masjid At-Thohir.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pertumbuhan Kawasan
Ketua Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Apindo Sanny Iskandar dalam kesempatan serupa turut menambahkan bahwa potensi tersebut juga didorong oleh arah pertumbuhan kawasan residensial pascakepindahan IKN dari Jakarta.
Wilayah Selatan Jakarta dijelaskan Sanny bakal menjadi fokus pengembangan karena di timur dan barat Jakarta potensi pengembangan relatif terbatas.
“Di Barat Jakarta wilayah Serpong Tangerang sudah lebih dulu menjadi pusat residensial, dan mulai berkembang menjadi wilayah perdagangan. Sementara di Timur Jakarta wilayah Kota Bekasi juga bahkan saat ini sudah padat, lebih jauh lagi ke Cikarang sudah menjadi kawasan industri. Nah di Selatan cocok untuk pengembangan residensial, pariwisata,” jelas Sanny.
Meski demikian, Sanny menekankan bahwa potensi pertumbuhan tersebut juga perlu didukung oleh regulasi dan rencana pengembangan wilayah yang tepat dari pemerintah setempat. Sebab pengembangan wilayah sunrise seperti Cimanggis ini memiliki potensi untuk menjadi tulang punggung ekonomi daerah, mengingat dampak positif yang besar. Sebaliknya, jika potensi ini tak dikelola dengan baik, maka bisa jadi beban ekonomi wilayah.
Advertisement
Pentingnya Sektor Properti Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Sebelumnya, Industri properti sebagai salah satu sektor usaha yang paling tahan banting selama pandemi Covid-19. Hal ini dibuktikan dengan langsung bangkitnya industri properti meski pada kuartal I-2020 tumbuh negatif.
Menurut ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah, setelah menunjukkan perannya sebagai salah satu motor pemulihan ekonomi Indonesia pasca Pandemi, sektor properti juga bisa diandalkan kembali untuk memacu ekonomi domestik. Industri properti dan turunannya bisa menjadi tumpuan di tengah kekhawatiran resesi dan perlambatan ekonomi global.
“Harus diakui, sektor properti juga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai PDB,” kata Piter, Senin (4/7/2022).
Menurut Piter ada 5 faktor yang membuat sektor properti berkontribusi terhadap ekonomi nasional. Pertama, padat modal, sektor perumahan merupakan sektor padat modal, mulai dari sisi pembangunan hingga pembiayaan.
Kedua, padat karya karena dibutuhkan sekitar 5 orang pekerja untuk pembangunan satu unit rumah atau 500 ribu pekerja untuk setiap pembangunan 100 ribu unit rumah.
Ketiga, sektor properti mendukung industri produk lokal, karena 90% bahan bangunan dalam konstruksi rumah merupakan produk lokal.
Keempat, mendukung penerimaan negara karena dalam setiap rumah yang terjual menghasilkan penerimaan negara dalam bentuk pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penghasilan, bea balik nama (BBN), Pajak Bumi dan Bangunan, hingga Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Kelima, sektor properti menghasilkan para wirausaha atau entrepreneur. Hal ini dilihat dari data bahwa lebih dari 7.000 pengembang yang berperan dalam penyediaan rumah di Indonesia. “Patut dicatat bahwa sektor perumahan berkontribusi terhadap PDB secara langsung diikuti dengan multiplier effect kepada 174 sektor lainnya,” ujarnya.
Terbagi 3 Hal
Multiplier effect atau efek domino dari sektor properti terbagi dalam 3 hal, yakni dari sisi output, income, hingga dampak terhadap pembangunan.
Dampak multiplier effect ini berbeda dari setiap bank yang menyalurkan kredit ke sektor properti. Semakin tinggi multiplier effect, maka semakin tinggi efektivitas penyaluran kredit yang dilakukan.
Seperti kajian yang dilakukan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), dari setiap Rp 1 yang dikeluarkan untuk sektor perumahan akan menciptakan output pada ekonomi sebesar Rp 2,15. Oleh karena itu, misalkan dilakukan penempatan dana sebesar Rp 20 triliun yang disalurkan untuk sektor perumahan akan berdampak pada peningkatan output ekonomi nasional sebesar Rp 43 triliun.
Berikutnya dari sisi income multiplier, setiap Rp1 yang dikeluarkan untuk sektor perumahan akan menciptakan tambahan penghasilan pada pekerja sektor perumahan sebesar Rp0,76. Oleh karena itu, jika dilakukan penempatan dana sebesar Rp 20 triliun yang disalurkan untuk sektor perumahan akan berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja pada sektor perumahan sebesar Rp15,2 triliun,
Sementara itu, dari sisi dampak terdapat pembangunan, KPR yang disalurkan melalui Bank BTN lebih besar dibandingkan KPR melalui bank lainnya secara nasional. KPR Bank BTN juga terbukti lebih efektif dalam menumbuhkan beberapa komponen pembentuk ekonomi nasional seperti konsumsi rumah tangga, investasi, konsumsi pemerintah dan net ekspor, serta penyerapan tenaga kerja.
“Besarnya multiplier effect dari KPR BTN, menunjukan pemerintah harus mendukung BTN dari sisi permodalan. Setiap modal yang dikeluarkan oleh pemerintah akan kembali lagi menjadi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Piter
Penambahan modal BTN melalui skema rights issue direncanakan digelar pada tahun ini. Pemerintah pun akan ikut serta dalam rights issue ini melalui penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 2,98 triliun. Melalui PMN tersebut, maka kepemilikan pemerintah di BTN akan terjaga di 60 persen.
“Yang paling penting dari PMN ini adalah meningkatkan kemampuan BTN dalam membiayai rumah bersubsidi ke segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Segmen inilah yang langsung menikmati tambahan modal BTN,” kata Piter.
Advertisement