Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog sukses meraup omzet Rp 8 miliar lebih dari transaksi pada toko online miliknya, iPangananDotCom. Selain menjual beras sebagai komoditas utamanya, platform yang dibangun Bulog tersebut juga menjajakan produk lain semisal minyak goreng sampai gula.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, jumlah transaksi terbesar via iPangananDotCom berasal dari wilayah Jabodetabek, khususnya Jakarta.
"Kalau secara nasional per bulan sekitar Rp 700 juta, kalau setahun Rp 8 miliar. (Transaksi) di Jakarta lebih banyak. Kalau Jabodetabek transaksi jumlahnya 500-1.000 transaksi per hari," terang Iqbal di Gudang Bulog Tambak Aji, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (22/7/2022).
Advertisement
iPangananDotCom sendiri merupakan toko online hasil kerjasama Perum Bulog dengan SSI (StoreSend Indonesia). Platform ini hadir di 11 kota besar, meliputi Jakarta,Tangerang, Bogor, Karawang, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Medan,dan Makasar.
Konsep yang ditawarkan adalah hyperlocal, yakni menyediakan stok bahan pangan di titik lokasi gudang, sehingga tercipta efisiensi waktu proses pengiriman. Konsep ini menjadi nilai tambah dalam menjamin kelancaran berbelanja menjadi praktis dan cepat.
Wakil Pimpinan Wilayah Bulog Jawa Tengah Sri Muniati menyampaikan, iPangananDotCom di Semarang menempatkan pusat distribusinya pada salah satu unit gudang di Komplek pergudangan Tambak Aji Semarang.
"Omzet penjualan rata-rata Rp 450 juta per tahun, atau Rp 1,4 juta per hari. Produk paling laris adalah beras, khususnya kualitas medium merk Nanas Madu. Sedangkan beras kualitas premium merk Cap Tanak, produk non beras paling laris adalah gula Maniskita," bebernya.
Secara keseluruhan, ia menambahkan, iPangananDotCom menyediakan sekitar 19 jenis komoditas. Termasuk 104 merk non-Bulog yang terdaftar.
"Khusus di iPangananDotCom Semarang, saat ini kami menawarkan beras kualitas premium diantaranya merk Tanak, Eunak, Befood Slyp Super, Befood Setra Ramos dan Pulen Wangi," tuturnya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Stok Melimpah, Bulog Bakal Ekspor Beras hingga Singkong
Sebelumnya, Direktur Utama Badan Umum Logistik (Bulog) Budi Waseso menegaskan selama 4 tahun berturut-turut Indonesia tidak lagi mengimpor beras. Dia memastikan sampai akhir tahun tidak akan melakukan impor beras karena telah menyerap hasil panen raya beberapa waktu lalu.
"Tahun ini prediksi saya dengan direksi kita tidak akan impor beras sampai akhir tahun depan," kata Budi Waseso di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Selasa (10/5/2022).
Pada panen raya sebelumnya Bulog telah menyerap 226 ribu ton beras dari petani. Sehingga saat ini stok beras yang tersimpan di gudang-gudang BULOG seluruh Indonesia sebanyak mencapai 1 juta ton.
Stok ini akan terus bertambah seiring dengan masa panen raya yang masih berlangsung di sejumlah wilayah. Bahkan kata Budi Waseso bila stok beras berlebih, Indonesia akan mengekspor beras ke negara lain. Mengingat dari data Kementerian Pertanian stok beras akan berlebih.
"Data Kementan ini bisa surplus jadi kita bisa ekspor beras," kata dia.
Salah satunya beras hasil panen di Merauke yang akan diekspor ke Timor Leste. Saat ini pemerintah sedang melakukan penjajakan untuk mengekspor kelebihan beras produksi dalam negeri.
"Dengan tol laut ini juga beras produksi Merauke bisa didistribusi ke berbagai wilayah termasuk ekspor ke Timor Leste," kata dia.
Â
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Ekspor Singkong Juga
Tak hanya beras, produksi bahan pangan lainnya juga akan dilakukan ekspor bila stoknya berlebih. "Nanti juga ada singkong dan lain-lain," kata dia.
Sementara itu bila terdapat data impor beras, kata Budi hanya berupa impor beras khusus. Semisal beras basmati, beras ketan dan sejenisnya dalam jumlah yang terbatas
"Jumlahnya tidak banyak, tapi untuk kebutuhan umum memang kita tidak impor karena cukup," kata dia.
Di sisi lain meski pun panen raya sedang berlangsung, harga beras dari petani tidak terlalu jatuh. Sebab pemerintah melakukan stabilitasi harga dengan menyerap beras dari petani.
"Buat produksi petani ini harganya paling penting biar stabil makanya kita harus bisa ekspor beras kepada yang membutuhkan," kata dia mengakhiri.
Â