Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mewaspadai tekanan inflasi yang tengah dihadapi negara dunia. Namun begitu, ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terus naik di atas 5 persen selama lima kuartal beruntun.
Airlangga bersyukur, kerjasama pemerintah dan pihak swasta mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh di atas 5 persen selama tiga kuartal terakhir.
Baca Juga
"Dan, berharap di kuartal ketiga dan keempat kita bisa menargetkan pertumbuhan di atas 5 persen. Sehingga secara year on year di akhir tahun kita targetkan 5,2 persen, mudah-mudahan bisa tercapai," kata Menko Airlangga dalam forum Economic Outlook 2023 yang diselenggarakan Sinarmas, Senin (17/10/2022).
Advertisement
Di sisi lain, ia tetap memasang mata terhadap pelemahan ekonomi global. Itu sesuai ramalan Dana Moneter Internasional (IMF) per Oktober 2022, dimana pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan turun menjadi 2,7 persen pada 2023, setelah sebelumnya tumbuh 3,2 persen di sepanjang tahun ini.
Sedangkan pada 2022, IMF pun memperkirakan angka inflasi global bakal tembus 8,8 persen di tahun ini, meski terpangkas jadi 6,5 persen pada 2023 mendatang.
"Tentu kita perlu berhati-hati, dunia sedang menghadapi the perfect storm yaitu Covid-19 yang belum berakhir, konflik Rusia-Ukraina, tantangan climate change di beberapa negara yang mengalami banjir, termasuk di beberapa kota di Indonesia," paparnya.
"Kemudian commodity price dan cost of living atau inflasi atau harga pangan yang masih jadi beban perekonomian ke depan," imbuh Airlangga.
Â
Kebijakan Pengetatan moneter
Dampaknya, ia melanjutkan, sejumlah negara melakukan kebijakan pengetatan moneter untuk menahan laju inflasi. Seperti dilakukan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang sudah mendongkrak suku bunga acuan sebesar 300 basis poin (bps), Uni Eropa sebesar 125 bps, termasuk Bank Indonesia yang sudah menaikan bunga acuan 75 bps.
"Tentu inflasi Indonesia saat ini sebesar 5,9 persen, dan Indonesia masih bisa lebih rendah dari negara lain. Amerika sudah 8 persen, EU sudah 9 persen, dan ini adalah sinergi yang baik, kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia," tuturnya.
Advertisement
Jurus Sri Mulyani Perangi Inflasi: Sebar Bansos
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, dunia sedang menghadapi risiko fragmentasi pada 2022 ini dan tahun yang akan datang akibat krisis pangan, krisis energi, dan juga inflasi yang terus meningkat.
Menurut Sri Mulyani, perang menteri keuangan dan gubernur bank sentral di seluruh dunia menjadi begitu vital dalam mendesain kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter yang mampu meredam dampak risiko fragmentasi ini. Salah satu caranya, dengan menggelontorkan program bantuan sosial (bansos) bagi kelompok masyarakat rentan.
Dia berkeyakinan, setidaknya ada empat prioritas yang harus menjadi fokus negara-negara di seluruh dunia saat ini.
"Pertama, memerangi tekanan inflasi sebagai akar penyebab ketidakstabilan ekonomi saat ini, memberikan bantuan fiskal yang tepat sasaran khususnya bagi kelompok rentan, terus membangun kesinambungan pertumbuhan jangka panjang yang lebih kuat melalui reformasi struktural yang komprehensif, serta penguatan semangat multilateralisme, kerjasama, dan solidaritas," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (17/10/2022).
Di lain sisi, Sri Mulyani juga memastikan bahwa Indonesia akan terus menjaga dan mendesain kebijakan-kebijakan menjaga masyarakat dan mendorong denyut perekonomian.
Adapun pernyataan tersebut diberikannya dalam sejumlah kegiatan pada hari kelima rangkaian pertemuan tahunan IMF-World Bank, yakni IMF Committee Breakfast Meeting di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
Gelar Pertemuan
Selain itu, Sri Mulyani juga turut melakukan pertemuan dengan Moody’s Anne Van Praagh dan Marie Diron, 2022 Institute of International Finance (IIF) Annual Membership Meeting (AMM).
Selanjutnya, pertemuan dengan World Bank Regional Vice President for East Asia and Pacific Manuela V. Ferro dan Vice President for Human Development Mamta Murthi, pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Selandia Baru Grant Robertson, pertemuan dengan Gubernur Japan Bank for International Cooperation Nobuyitsu Hayashi.
Kemudian, pertemuan dengan PresidenBank Pembangunan Islam (IsDB) Muhammad Sulaiman Al Jasser, pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Luksemburg Laurent Backes, serta memberikan pidato penutup pada IMF Annual Roundtable of ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors (AFMGM).Â
Advertisement