Giliran Miliarder Elon Musk Ramal Ancaman Resesi Berlanjut Hingga 2024

Dalam sebuah postingan di Twitter, Elon Musk menyebut ancaman resesi dapat berlanjut sampai musim semi 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Okt 2022, 13:30 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2022, 13:30 WIB
Elon Musk. (Patrick Pleul/Pool via AP, File)
Elon Musk. (Patrick Pleul/Pool via AP, File)

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Tesla sekaligus orang terkaya di dunia, Elon Musk memperkirakan penurunan ekonomi global bisa berlangsung selama satu setengah tahun.

Dalam sebuah komentar postingan di platform Twitter, Elon Musk menyebut ancaman resesi dapat berlanjut "sampai musim semi 2024."

Pernyataan Musk muncul sebagai tanggapan atas tweet dari Shibetoshi Nakamoto, nama online untuk co-creator Dogecoin Billy Markus, yang awalnya membahas tentang kasus Virus Corona saat ini.

Dia kemudian mengatakan bahwa resesi menjadi isu yang perlu diperhatikan dunia. "Saya kira yang harus kita khawatirkan sekarang adalah resesi global yang akan datang dan kiamat nuklir," tulis akun @BillyM2k, dikutip Senin (24/10/2022).

Postingan Billy Markus tersebut secara tak terduga mendapat komentar dari Elon Musk, yang menuliskan bahwa "Akan melegakan untuk menghabiskan tahun tanpa peristiwa global yang mengerikan".

Billy Markus kemudian bertanya kepada Elon Musk berapa lama dia pikir resesi akan berlangsung, yang dijawabnya : "Hanya menebak, tapi mungkin sampai musim semi 2024."

Dilansir dari CNBC International,  Dana Moneter Internasional (IMF) sebeumnya mengungkapkan bahwa PDB global tumbuh 6 persen pada tahun 2021 tetapi diperkirakan akan melambat menjadi 3,2 persen tahun ini dan 2,7 persen pada 2023 mendatang.

Angka itu akan menandai laju pertumbuhan terlemah sejak 2001. Federal Reserve juga memproyeksikan PDB Amerika Serikat akan tumbuh hanya 0,2 persen tahun ini dan 1,2 persen pada 2023.

Jeff Bezos Hingga CEO JPMorgan Melihat Ancaman Resesi Kian Nyata

Jeff Bezos
Jeff Bezos (AP PHOTO)

Seperti diketahui, Elon Musk merupakan salah satu dari banyak miliarder dan tokoh ekonomi yang melontarkan prediksi mereka terkait ancaman resesi global.

Di platform serupa, pendiri Amazon Jeff Bezos mengatakan sudah waktunya untuk memperketat kebijakan dalam persiapan untuk kondisi ekonomi yang sulit di masa depan.

Postingan Bezos merupakan respon dari sebuah video yang menunjukkan CEO Goldman Sachs David Solomon, yang mengatakan dalam sebuah wawancara CNBC bahwa menurutnya ada "peluang" resesi di AS.

CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon juga telah memperingatkan gejolak ekonomi ke depan.

Komentar Musk juga datang di tengah pekan yang sulit untuk saham Tesla karena pembuat mobil itu meleset dari perkiraan pendapatan dan memperingatkan tentang potensi kekurangan pengiriman tahun ini.

Namun selama panggilan analis, Musk menyatakan lebih percaya diri pada ekonomi AS daripada negara lain dunia. Dia juga mencatat dampak kenaikan suku bunga terhadap perekonomian.

"AS (Amerika Utara)  sebenarnya berada dalam kondisi kesehatan yang cukup baik," katanya.

"Sedikit dari itu menaikkan suku bunga lebih dari yang seharusnya, tapi saya pikir mereka pada akhirnya akan menyadari itu dan menurunkannya, saya pikir,"ujar sang miliarder.

Sementara itu, Musk mengatakan China berada dalam "ledakan semacam resesi" yang didorong oleh krisis di pasar real estat, sementara Eropa "bakal melihat resesi, yang didorong oleh krisis energi."

Mantan Menkeu AS Juga Yakin Negaranya Masuk Jurang Resesi

Ilustrasi resesi, ekonomi
Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Larry Summers mengatakan bahwa ada kemungkinan besar Amerika memasuki resesi tahun depan.

Dilansir dari CNN Business, Jumat (21/10/2022) Summers menyebut, resesi AS menjadi "hampir tak terelakkan" setelah tingkat inflasi tumbuh di atas 5 persen. Pada September 2022, inflasi negara ekonomi terbesar di dunia itu mencapai 8,2 persen.

Tetapi Summers memprediksi, resesi ini kemungkinan akan relatif pendek dan ringan dan AS tidak akan melihat krisis keuangan seperti yang terlihat pada tahun 2008 silam.

"Saya tentu tidak berpikir itu akan menjadi seperti krisis keuangan (2008)… atau seperti hal-hal buruk yang terjadi setelah pandemi mulai datang," ujar Summers mengatakan kepada Wolf Blitzer CNN dalam segmen The Situation Room.

Namun, beberapa penurunan ekonomi sulit dihindari. “Pengangguran kemungkinan akan naik hingga 6 persen, itu hal yang sangat nyata dan bukan hal yang mudah," ungkapnya.

"Tetapi orang-orang perlu memahami bahwa lebih baik berusaha daripada membiarkan inflasi berakselerasi dan membiarkan semua orang memperkirakan inflasi, di mana Anda akan menghadapi kesulitan yang jauh lebih besar," lanjut Summers.

Seperti diketahui, ekonomi AS telah menunjukkan tanda-tanda risiko resesi dalam beberapa bulan terakhit.

Dalam seminggu terakhir saja, sejumlah pemimpin ekonomi – termasuk CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon dan pendiri Amazon Jeff Bezos  mengatakan mereka khawatir resesi di AS akan segera terjadi.

Model probabilitas yang dijalankan oleh Ned Davis Research juga mengungkapkan, saat ini peluang 98,1 persen resesi global tahun depan.

Infografis Peringatan IMF dan Antisipasi Indonesia Hadapi Resesi Global. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Peringatan IMF dan Antisipasi Indonesia Hadapi Resesi Global. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya