Pertamina dan PTPN Kerja Sama Pasarkan Bioetanol Garapan SugarCo

PT Pertamina dan PT Perkebunan Nusantara III bakal kerja sama dalam pemasaran Bioetanol yang digarap oleh SugarCo.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 06 Nov 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2022, 13:00 WIB
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina dan PT Perkebunan Nusantara III bakal kerja sama dalam pemasaran Bioetanol yang digarap oleh SugarCo. Lebih jauh, bioetanol diharapkan mampu menekan produksi BBM dan konsumsi minyak mentah.

Hal ini diungkap Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury dalam penandatanganan Head of Agreement antara PTPN III dengan Pertamina tentang Rencana Kerja Sama Pengembangan Bio Energi Berbasis Bahan Bakar Nabati di Indonesia untuk Ketahanan Energi Nasional. HoA ini juga disaksikan langsung oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif, dan Presiden Joko Widodo.

“Kita harapkan nanti gula yang akan diproduksi menjadi Bioetanol bisa dikerjasamakan menjadi suplai yang akan di-branding oleh Pertamina untuk bisa mengurangi produksi BBM dan mengurangi kebutuhan minyak mentah. Dan kita harapkan secara bertahap ini bisa dilakukan Pabrik Enero yang saat ini bisa memproduksi kurang lebih sekitar 30.000 kiloliter per bulannya," kata Pahala dalam keterangannya, ditulis Minggu (6/11/2022).

"Jadi kita berharap bahwa kedepannya akan lebih banyak lagi kilang Etanol yang bisa kita bangun untuk secara bertahap meningkatkan ketahanan energi,” sambungnya.

Selain memproduksi gula dan bioetanol, Kementerian BUMN berharap agar peningkatan produktivitas dan pengembangan komunitas tebu juga bisa terus dikembangkan untuk melakukan tumpang sari dengan komunitas kedelai.

“Saat ini sudah dilakukan pilot di kurang lebih sekitar 37,88 hektar dan kami berharap bahwa di tahun 2023 nanti kita bisa melaksanakan 35.000 hektar dengan harapan nanti di tahun 2024 bisa mencapai 50.000 hektar yang dikerjasamakan untuk menanam kedelai secara tumpang sari,” paparnya.

Pahala menyebut, Kementerian BUMN melalui PTPN III selaku Holding Perkebunan mendorong peningkatan produksi tebu nasional dengan berkolaborasi dengan para petani tebu Indonesia untuk mewujudkan swasembada gula. Ini seiring dengan upaya untuk meningkatkan produksi Bioetanol nasional dari 394 ribu kiloliter di tahun 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter di tahun 2030.

Kemudian, menjadi potensi campuran (blend) bahan bakar minyak dari 6 persen di tahun 2022 menjadi 13,8 persen di tahun 2030 demi tercapainya ketahanan energi nasional.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Transformasi PTPN

PTPN III Petani Tebu
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) siap menjadi produsen gula kristal putih (GKP) dengan persediaan atau stok terbesar di Indonesia.

Lebih lanjut, Pahala menyebut transformasi yang selama ini dilakukan oleh PTPN III di klaster BUMN Perkebunan terus menunjukkan perkembangan yang baik. Ini tercermin salah satunya dari pendapatan yang dicatat perusahaan.

“Kondisi keuangan dari PTPN III terus menunjukkan adanya perkembangan yang baik. Hal ini terlihat dari total jumlah penjualan yang sudah dibukukan sampai dengan bulan September tahun 2022 mencapai kurang lebih sekitar Rp39 triliun serta menunjukkan adanya profit sebesar Rp4,5 triliun, yang artinya meningkat sebesar 54 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” ujar Pahala dalam laporannya.

“Selain daripada peningkatan kinerja keuangan, kami juga melihat adanya peningkatan produktivitas dan juga produksi. Dimana di tahun 2022 ini kita melihat bahwa produksi gula di PTPN III sudah bisa mencapai 872.000 ton atau meningkat dibandingkan yang dicapai di tahun 2021 lalu adalah sebesar 768.000 ton,” tambahnya.

Pahala menyampaikan keberadaan SugarCo diharapkan mampu mendongkrak produktivitas gula nasional yang berdampak pada swasembada dan kesejahteraan petani.

 


Tak Impor Gula

Ditemani Erick Thohir, Jokowi Bagi-Bagi Bantuan ke Pedagang
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri BUMN Erick Thohir membagikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada para pedagang di Pasar Baru Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan, Senin (24/1/2022). Bantuan yang diberikan sebesar Rp1,2 juta per orang. (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi resmi memulai program "Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi" yang digelar di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero) Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, Jumat (4/11/2022).

Dia berharap program tersebut dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas hasil produksi tebu di Tanah Air.

"Kita telah memulai menanam tebu yang ditanam secara modern dan kita harapkan nanti produktivitas dari tanaman itu menjadi lebih baik dan lebih meningkat," ujar Jokowi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Jumat (4/11/2022).

Menurut dia, Indonesia pernah menjadi eksportir gula pada tahun 1800-an. Namun, saat ini Indonesia harus mengimpor gula dengan jumlah yang sangat besar untuk kebutuhan konsumsi maupun industri dalam negeri.

Oleh sebab itu, Jokowi menginstruksikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk meningkatkan kualitas bibit tebu dengan varietas yang terbaik di dunia.

"Kita bekerja sama dengan Brazil untuk ini dan sudah memiliki pengalaman yang baik dalam manajemen mengenai tebu dan pergulaan," katanya.

Jokowi pun berharap melalui program ini, Indonesia dalam beberapa waktu ke depan dapat mencapai target untuk bisa mandiri dalam ketahanan pangan. Termasuk, tidak lagi mengimpor gula dari negara lain.

"Tapi memang butuh waktu mungkin dalam jangka lima tahun ke depan. Target kita seperti itu," jelas Jokowi.

 


Kerja Sama

Ditemani Erick Thohir, Jokowi Bagi-Bagi Bantuan ke Pedagang
Presiden Joko Widodo bersama Menteri BUMN Erick Thohir berada di dalam mobil setelah membagikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada para pedagang di Pasar Baru Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Senin (24/1/2022). Bantuan yang diberikan sebesar Rp1,2 juta per orang. (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Untuk mencapai target tersebut, Jokowi meminta para petani dan pabrik gula di Tanah Air bekerja sama dengan baik.

Selain itu, mesin-mesin yang ada di pabrik gula juga harus diperbarui dengan yang lebih modern dan menggunakan teknologi terkini.

"Kuncinya memang bibit yang baik, mesin dengan memberikan rendemen yang baik juga kepada petani. Kuncinya ada di situ, dan ini memang memerlukan investasi yang tidak sedikit, memerlukan uang yang tidak sedikit, tetapi sudah kita niatkan untuk mengubah ini," tutur dia.

"Kalau tebu ini berhasil, kemudian B30 sawit itu bisa ditingkatkan lagi, ini akan memperkuat ketahanan energi negara kita Indonesia," sambung Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya