Dunia Harap Bersiap, Tantangan Ekonomi ke Depan Makin Berat

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia) menyelenggarakan B20 dalam rangka mendukung Presidensi G20 Indonesia.

oleh Tira Santia diperbarui 13 Nov 2022, 11:45 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2022, 11:45 WIB
Ketua B20 Indonesia Shinta Widjaja Kamdani
Ketua B20 Indonesia Shinta Widjaja Kamdani. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia) menyelenggarakan B20 dalam rangka mendukung Presidensi G20 Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia) menyelenggarakan B20 dalam rangka mendukung Presidensi G20 Indonesia.

Dilaksanakannya B20 untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat ditindaklanjuti mengenai prioritas yang ditetapkan oleh setiap kepresidenan untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Acara ini berlangsung pada 13-14 November 2022 di Bali. KTT B20 tahun ini mengangkat tema memajukan pertumbuhan yang inovatif, inklusif, dan kolaboratif untuk mendukung tema G20 Recover Together, Recover Stronger.

Dalam sambutanya, Ketua B20 Indonesia Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan saat ini semua negara menghadapi tantangan yang besar dari sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan sistem global yang lebih komprehensif dan kolaboratif.

“Kita sekarang menghadapi tantangan bersama, dan mungkin di masa mendatang yang kita hadapi mungkin lebih besar dari sebelumnya. Maka perlunya sistem global yang lebih komprehensif dan kolaboratif,” kata Shinta dalam pembukaan B20, Minggu (13/11/2022).

Kadin menyadari peran penting yang dapat dimainkan oleh bisnis dan sektor swasta di masa depan. Dalam perhelatan B20 ini, Kadin memiliki visi yang jelas untuk mendorong pertumbuhan yang inklusif, kolaboratif dan inovatif. Yaitu melalui tiga bidang terobosan utama, diantaranya mendorong pertumbuhan ekonomi untuk UMKM, kelompok rentan secara merata pasca pandemi

 

Pembangunan Berkelanjutan

Acara pembukaan Indonesia Net Zero Summit 2022 yang digagas oleh Kadin Indonesia dalam rangkaian acara B20 Summit di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali pada Jumat (11/11/2022). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Acara pembukaan Indonesia Net Zero Summit 2022 yang digagas oleh Kadin Indonesia dalam rangkaian acara B20 Summit di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali pada Jumat (11/11/2022). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Kedua, mendorong pembangunan berkelanjutan dan kolaborasi dengan negara maju. Ketiga, berupaya memperkuat pertumbuhan ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan.

“Kami merumuskan tiga bidang terobosan, Inovasi untuk pertumbuhan pasca krisis yang Merata, Inklusif untuk UMKM, dan kelompok rentan untuk pembangunan berkelanjutan dan kolaborasi di negara maju dan berkembang untuk pertumbuhan yang tangguh dan berkelanjutan,” ujarnya

Dia memastikan bahwa tiga terobosan utama itu akan direfleksikan ke dalam tindakan. Menurut dia, tiga terobosan ini juga sejalan dengan tujuan menyeluruh KADIN untuk mendorong masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.

“Kami bangga untuk mengatakan bahwa Setiap rekomendasi kebijakan ini mendukung serangkaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDG,” pungkasnya.

Dana Pandemi Terkumpul USD 1,4 Miliar, Sri Mulyani Umumkan 3 Donatur Baru

Logo G20. (Dokumentasi Kemlu RI)
Logo G20. (Dokumentasi Kemlu RI)

Komitmen dana pandemi atau Pandemic Fund kini sudah terkumpul USD 1,4 miliar. Namun, angka tersebut masih di bawah rekomendasi G20 High Level Independent Panel, dimana dunia sekurang-kurangnya butuh dana USD 10 miliar untuk kesiapan menghadapi gelombang pandemi selanjutnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan, Pandemic Fund senilai USD 1,4 miliar itu berasal baik dari 20 negara anggota G20 dan tiga lembaga filantropi.

Kabar baiknya, tiga negara lain menyatakan komitmennya untuk ikut serta mendanai Pandemic Fund pada The 2nd Joint Finance and Health Minister Meeting (JFHMM) yang digelar jelang KTT G20 di Bali, Sabtu (12/11/2022).

"Malam ini, kita juga menerima sekitar tiga negara yang menyatakan komitmen mau berkontribusi, antara lain Australia, Perancis, dan Arab Saudi," ujar Sri Mulyani.

"Mereka akan mengumumkan jumlahnya dalam leaders meeting. Jadi ini diekspektasikan lebih dari USD 1,4 miliar," terangnya.

Dengan komitmen dana pandemi yang sudah terkumpul itu, Sri Mulyani dan tim akan fokus untuk mengembangkan arsitektur kesehatan internasional, guna menghadapi ancaman pandemi baru di masa depan.

Sri Mulyani melanjutkan, semua negara anggota G20 meminta pengelolaan dana ini harus inklusif. Khususnya guna menarik banyak perhatian dari negara berpendapatan kecil dan menengah, untuk memperkuat persiapan mereka menghadapi wabah pandemi selanjutnya.

"Jadi ini kesepakatan yang sangat baik, juga menunjukan komitmen dan kolaborasi kuat dari seluruh negara anggota G20, didukung oleh organisasi internasional dan juga komitmen datang dari berbagai lembaga filantropi," tuturnya.

Dana Pandemi Terkumpul USD 1,4 Miliar, Sri Mulyani Umumkan 3 Donatur Baru Maulandy Rizky Bayu KencanaMaulandy Rizky Bayu Kencana 12 Nov 2022, 22:55 WIB Copy Link 14 Kolaborasi Jaringan Kesehatan Global Perbesar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat 4Th Finance Minister's & Central Bank Governor's Meeting. Liputan6.com, Jakarta - Komitmen dana pandemi atau Pandemic Fund kini sudah terkumpul USD 1,4 miliar. Namun, angka tersebut masih di bawah rekomendasi G20 High Level Independent Panel, dimana dunia sekurang-kurangnya butuh dana USD 10 miliar untuk kesiapan menghadapi gelombang pandemi selanjutnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan, Pandemic Fund senilai USD 1,4 miliar itu berasal baik dari 20 negara anggota G20 dan tiga lembaga filantropi. Enam+02:50VIDEO: Mantap! KTT G20 Sumbang 7,5 Triliun Rupiah untuk PDB Indonesia Kabar baiknya, tiga negara lain menyatakan komitmennya untuk ikut serta mendanai Pandemic Fund pada The 2nd Joint Finance and Health Minister Meeting (JFHMM) yang digelar jelang KTT G20 di Bali, Sabtu (12/11/2022). "Malam ini, kita juga menerima sekitar tiga negara yang menyatakan komitmen mau berkontribusi, antara lain Australia, Perancis, dan Arab Saudi," ujar Sri Mulyani. "Mereka akan mengumumkan jumlahnya dalam leaders meeting. Jadi ini diekspektasikan lebih dari USD 1,4 miliar," terangnya. Dengan komitmen dana pandemi yang sudah terkumpul itu, Sri Mulyani dan tim akan fokus untuk mengembangkan arsitektur kesehatan internasional, guna menghadapi ancaman pandemi baru di masa depan. Sri Mulyani melanjutkan, semua negara anggota G20 meminta pengelolaan dana ini harus inklusif. Khususnya guna menarik banyak perhatian dari negara berpendapatan kecil dan menengah, untuk memperkuat persiapan mereka menghadapi wabah pandemi selanjutnya. "Jadi ini kesepakatan yang sangat baik, juga menunjukan komitmen dan kolaborasi kuat dari seluruh negara anggota G20, didukung oleh organisasi internasional dan juga komitmen datang dari berbagai lembaga filantropi," tuturnya. by TaboolaSponsored Links Harga Panel Surya: Lihat Berapa Biaya Pemasangannya Sistem Tenaga Surya Rumah Ingin Membeli Tempat Tidur Pintar Baru Anda di Tahun 2022? Lihat Harga! Tempat Tidur Pintar Bekas * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 2 dari 3 halaman Sri Mulyani Minta Negara G20 Bersiap Hadapi Pandemi Gelombang Baru

Menkeu Sri Mulyani
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 membahas beberapa agenda utama, dalam pertemuan kedua IMF-World Bank Group (WBG) 2022 dan 2nd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG). Dok Kemenkeu

Seluruh negara anggota G20 kita tengah fokus terhadap berbagai isu yang beririsan dengan sektor perekonomian, jelang penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi atau KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022.

Namun, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tetap meminta seluruh negara tidak melupakan pengalaman yang didapat saat menghadapi wabah pandemi Covid-19.

Hal itu diungkapkannya dalam G20 Special Event, The 2nd Joint Finance and Health Minister Meeting di Bali, Sabtu (12/11/2022).

"Banyak negara telah dengan cepat berpindah ke new normal, dan hidup berdampingan dengan Covid-19. Tapi jutaan kasus baru, bersamaan dengan ribuan yang meninggal, tetap dilaporkan tiap pekannya," ujar Sri Mulyani.

Oleh karenanya, ia mengingatkan semua negara untuk tetap bersiap menghadapi kemungkinan terburuk dari gelombang pandemi berikutnya, yang bisa saja belum berakhir.

"Lebih lanjut, penyebaran cacar monyet telah mengingatkan kita, ini perkara kapan, bukan perkara apabila, kita menghadapi pandemi selanjutnya," tegas Sri Mulyani.

Adapun Pandemic Fund ini dikelola oleh lembaga penyelamat pandemi, atau Financial Intermediary Fund for the Pandemic Prevention, Preparedness, and Response (FIF PPR).

Duduk sebagai co-chair FIF PPR, mantan Menteri Keuangan sekaligus Presiden Komisaris PT XL Axiata Tbk, Chatib Basri bersama Menteri Kesehatan Rwanda, Daniel M Ngamije. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya