Liputan6.com, Jakarta Harga telur ayam mengalami kenaikan jelang libur perayaan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru). Saat ini, harga pangan tinggi protein tersebut dijual hingga Rp30.700 per kilogram (kg) dari harga eceran tertinggi (HET) Rp 22.000 per kg.
"Harga telur naik sedikit, sebesar Rp30.700 per kg, tetapi di ritel modern masih Rp27.000 per kg," kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat meninjau ritel modern Hypermart dan Superindo di Jakarta Barat, ditulis Sabtu (10/12/2022).
Mendag Zulhas mengungkapkan, melonjaknya harga telur ayam tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari masyarakat. Khususnya jelang perayaan Nataru.
Advertisement
"Kenaikan harga telur disebabkan permintaan yang meningkat jelang Natal dan tahun baru," ucapnya.
Meski begitu, Mendag Zulhas menilai kenaikan harga telur ayam tersebut masih dalam batas wajar. Dirinya pun meyakini harga telur ayam akan kembali melandai sering turunnya permintaan dari masyarakat.
"Nanti kalau permintaannya biasa lagi, harganya akan turun kembali. Kenaikan ini masih wajar sebesar Rp30.700 per kg," ucapnya.
Kementerian Perdagangan akan terus berkoordinasi dengan pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan bapok. "Pemerintah selalu berdiskusi dengan pemangku kepentingan, termasuk asosiasi pelaku usaha untuk cari jalan keluar bersama," tutup Mendag.
Harga Telur Ayam Merangkak Naik Sejak Maret 2022, Ini Biang Keroknya
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, harga telur ayam ras sejak bulan Maret terus meningkat. Komoditas ini sempat mengalami penurunan harga di bulan Oktober, yakni Rp 26.725 per kilogram.
"Harga telur ayam ras masih menyumbang inflasi dan mengalami kenaikan," kata Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa, BPS, Setianto, dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (1/12).
Enam+03:07VIDEO: Indonesia Berpotensi Diuntungkan Pematokan Harga Minyak Rusia Namun, penurunan harga tersebut tidak berlangsung lama. Di bulan November harga telur ayam ras kembali naik lagi menjadi Rp 27.476 per kilogram.
Sehingga secara bulanan inflasi telur ayam ras naik 2,77 persen (mtm) dan 17,11 persen (yoy).
"Telur ayam ras memberikan andil tertinggi di bulan November," kata dia.
Advertisement
Penurunan Produksi
Setianto menjelaskan kenaikan harga telur ayam ras ini terjadi karena ayam petelur memasuki masa afkir dini. Maksudnya, produksi telur ayam mengalami penurunan karena hanya bisa memproduksi sekitar 20 persen-25 persen dari kondisi normal.
Sementara itu, dalam waktu bersamaan, di bulan November terjadi kenaikan permintaan telur ayam ras. Sehingga kenaikan harga telur ayam ras tidak bisa terhindarkan.
"Kenaikan harga ini karena kondisi afkir dini dan peningkatan permintaan di bulan November," pungkasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com