Liputan6.com, Jakarta - Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pada Selasa 10 Januari 2023 menekankan bahwa Bank Sentral AS harus bebas dari tekanan politik saat berupaya meredam inflasi yang tak kunjung turun juga.
Powell mengungkapkan bahwa menstabilkan inflasi Amerika Serikat membutuhkan pengambilan keputusan sulit yang secara politik mungkin tidak populer.
Baca Juga
"Stabilitas harga adalah landasan ekonomi yang sehat dan memberikan manfaat yang tak terukur kepada publik dari waktu ke waktu," ujarnya, dikutip dari CNBC International, Rabu (11/1/2023).
Advertisement
"Tetapi memulihkan stabilitas harga ketika inflasi tinggi memerlukan langkah-langkah yang tidak populer dalam jangka pendek karena kami menaikkan suku bunga untuk memperlambat ekonomi," sambungnya.
Dia juga menyebut, "Tidak adanya kontrol politik langsung atas keputusan yang memungkinkan kami mengambil tindakan yang diperlukan ini, tanpa mempertimbangkan faktor politik jangka pendek".
Pernyataan Powell disampaikan dalam sebuah forum untuk membahas independensi bank sentral.
Pidatonya diyakini tidak mengandung petunjuk langsung tentang ke mana arah kebijakan Fed selanjutnya, yang telah menaikkan suku bunga hingga tujuh kali pada tahun 2022.Â
The Fed pada Desember 2022 menaikkan siku bunga 0,5 persen, menjadi 4,25 persen -4,5 persen poin persentase. Langkah tersebut menandai kenaikan suku bunga dengan level tertinggi dalam 15 tahun.
Bank sentral AS itu juga telah mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih besar akan terjadi tahun ini.
Â
Pernyataan Lanjutkan Ketua The Fed Jerome Powell
Pada kesempatan yang sama, Powell juga menyinggung pandangan anggota parlemen agar bank sentral menggunakan kekuatan pengaturannya untuk mengatasi perubahan iklim.
Terkait hal itu, Powell mengatakan bahwa The Fed harus berpegang  "pada prinsipnya tidak mengejar manfaat sosial yang tidak terkait erat dengan tujuan dan otoritas undang-undang".
"Keputusan tentang kebijakan untuk secara langsung mengatasi perubahan iklim harus dibuat oleh cabang pemerintahan terpilih dan dengan demikian mencerminkan keinginan publik seperti yang diungkapkan melalui pemilihan," katanya.
"Tetapi tanpa undang-undang kongres yang eksplisit, tidak seharusnya bagi kami untuk menggunakan kebijakan moneter atau alat pengawasan kami untuk mempromosikan ekonomi yang lebih hijau atau untuk mencapai tujuan berbasis iklim lainnya," jelas Powell, seraya menambahkan "Kami bukan, dan tidak akan menjadi, pembuat kebijakan iklim".
Advertisement
Eks Bos The Fed: Resesi Lahir Hasil Suku Bunga Agresif Naik
Mantan Ketua Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) Alan Greenspan mengungkapkan bahwa dirinya melihat resesi Amerika akan menjadi hasil yang paling memungkinkan dari kenaikan suku bunga agresif untuk mengekang inflasi.
Meski data inflasi AS dalam dua bulan terakhir sudah menunjukkan perlambatan, Greenspan menyebut, kabar baik itu belum cukup untuk meyakini resesi akan terhindari.
"Saya tidak berpikir itu akan menjamin pembalikan Fed yang cukup substansial untuk menghindari setidaknya resesi ringan," kata Greenspan, dikutip dari CNN Business, Kamis (5/1/2023).
Greenspan, yang sekarang menjadi penasihat ekonomi senior untuk Advisors Capital Management, meragukan The Fed akan segera melonggarkan suku bunga karena "inflasi bisa naik lagi dan kita akan kembali ke titik awal".
"Selain itu, ini berpotensi merusak kredibilitas Federal Reserve sebagai penyedia harga yang stabil, terutama jika tindakan tersebut terlihat hanya diambil untuk melindungi pasar saham daripada sebagai tanggapan terhadap kondisi keuangan yang benar-benar tidak stabil," ujarnya, dalam komentar yang dirilis di situs web perusahaan pada Selasa (3/1/2022).
Masih Ada Kabar Baik
Seperti diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak tujuh kali pada 2022 lalu hingga di kisaran 4,25 persen -4,5 persen, tertinggi sejak 2007.
Proyeksi yang dirilis selama pertemuan kebijakan moneter pada Desember 2022 juga menunjukkan pejabat The Fed masih berharap untuk menaikkan suku bunga dengan poin persentase lainnya.
Tetapi Greenspan masih melihat beberapa kabar baik bagi investor. Dia memprediksi, pasar tidak akan serumit tahun lalu di 2023 ini.
"Saya percaya 2022 menjadi tahun yang sulit untuk mencapai puncak sehubungan dengan volatilitas pasar," katanya.
Sebagai informasi, Greenspan menjabat sebagai ketua Fed lima periode di bawah kepepimpinan empat presiden AS yang berbeda antara tahun 1987 dan 2006.Â
Dalam 12 bulan setelah Februari 1994, The Fed berhasil mencapai soft landing ketika Greenspan menaikkan suku bunga hampir dua kali lipat menjadi 6 persen dan menjaga ekonomi AS terhindar dari resesi.
Advertisement