Liputan6.com, Jakarta Produk turunan komoditas perkebunan memiliki potensi yang sangat besar. Untuk itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong agar semua pihak dapat menggali potensi komoditas perkebunan.
Selaras dengan itu, Direktorat Jenderal Perkebunan pun berupaya memperkuat hulu hingga hilirisasi perkebunan. Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alamsyah mengatakan bahwa pihaknya telah melancarkan berbagai strategi jitu guna mengoptimalkan hasil perkebunan.
Advertisement
Baca Juga
“Pertajam aksi nyata di daerah dengan strategi-strategi jitu sehingga kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan dapat berjalan secara optimal dan tercapai sesuai target, karena hal ini erat kaitannya dengan pencapaian peningkatan ekspor 3 kali lipat atau Gratieks," jelasnya.
Advertisement
"Jadi kita harus terus mendorong dan memperkuat komoditas perkebunan beserta mengemas produk turunannya agar bernilai tambah dan berdaya saing," tegas Andi.
Komoditas Unggulan Perkebunan
Ia juga menjelaskan bahwa Ditjen Perkebunan terus mengawal agar tetap konsisten memberikan kontribusi terhadap sumber devisa ekspor nasional dari sektor non migas yang menjadi target besar Kementerian Pertanian.
Hal itu dilakukan melalui komoditas unggulan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, rempah-rempah dan lainnya.
Komoditas tersebut difokuskan untuk pencapaian target nilai ekspor hingga Rp1.200 triliun pada tahun 2024. Kini, kondisi devisa dalam negeri dari ekspor perkebunan mencapai Rp400-500 triliun per tahun.
Selama tahun 2022, nilai ekspor komoditas perkebunan mencapai Rp600,5 triliun atau berkontribusi sebesar 88,11 persen dari total nilai ekspor komoditas pertanian sebesar Rp681,5 triliun. Dengan kata lain, terjadi peningkatan hampir Rp22 triliun dibanding tahun 2021.
Advertisement
Komoditas Unggulan Lainnya
Walaupun didominasi oleh CPO dan turunannya, tetapi komoditas unggulan lainnya seperti kopi, kelapa, rempah-rempah dan kakao juga sudah menunjukkan peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan.
Tak hanya itu, potensi-potensi komoditas spesifik daerah lainnya seperti pinang, gambir, aren, stevia, kelor dan tanaman atsiri kian diminati pasar global.
Untuk itu perlu terus didorong karena semakin meningkatnya kebutuhan dunia khususnya di bidang farmasi, kecantikan dan kesehatan, food and beverages, serta bahan baku industri lainnya.
Andi mengatakan bahwa terdapat enam hal mendasar yang perlu didorong dan dikolaborasikan secara bersama.
“Yaitu tantangan budi daya yang diarahkan pada peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan, tantangan pasca panen dan pengolahan (khususnya aspek mutu dan standarisasinya), tantangan penguatan kelembagaan pekebun, dan mendorong peran serta ketertarikan generasi muda untuk mau berkontribusi langsung membangun perkebunan di daerahnya," jelasnya.
"Begitu juga dengan tantangan akses pasar, promosi dan diplomasi, serta yang terakhir tantangan menciptakan iklim investasi yang baik dan sehat demi membangun dan memperkuat usaha agribisnis perkebunan," lanjut Andi.
Ia berharap agar seluruh pihak dapat bersama-sama menjawab tantangan tersebut dan merealisasikannya bersama.
Harus Siap Bantu Petani
Pemerintah dituntut untuk siap membantu petani dalam mengantisipasi resesi global yang akan berdampak pada komoditas energi.
"Menghadapi tantangan tersebut, tentunya pemerintah tidak tinggal diam. Perlunya kita semua bersatu dan bersinergi baik pusat, daerah maupun pihak terkait lainnya," kata Andi.
"Kita harus fokus pada komoditas yang diunggulkan dan yang dibutuhkan pasar, tentunya didukung oleh strategi-strategi pemasaran yang tepat dan akurat," tambahnya.
Andi juga menekankan bahwa pemerintah perlu responsif dan bertindak cepat, tepat, serta baik dalam menghadapi segala dinamika dunia yang dipengaruhi oleh kondisi geopolitik dan dinamika iklim.
Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi dengan multistakeholder itu sangat penting untuk memajukan perkebunan melalui kemitraan yang saling menguntungkan dan bersama-sama meraih visi misi pembangunan perkebunan berkelanjutan.
"Hal ini perlu dilakukan, karena dengan adanya peningkatan mutu dan hasil perkebunan beserta produk turunannya, akan berdampak positif bagi pendapatan petani. Terbukti saat ini semakin banyak masyarakat yang tertarik dan berminat menjalankan usaha di bidang perkebunan," papar Andi
"Ini potensi besar bagi produk komoditas perkebunan, dan bisa berpeluang luas di akses pasar global, untuk itu perlunya tingkatkan nilai tambah maupun daya saing komoditas perkebunan," imbuhnya.
Andi berharap bahwa kerja sama yang baik dari semua pihak dapat dilanjutkan untuk pertanian yang maju, mandiri, dan modern.
(*)
Advertisement