Liputan6.com, Jakarta Perusahaan ritel di Amerika Serikat, Walmart mengumumkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawannya di fasilitas e-commerce di berbagai wilayah di negara itu.
Melansir CNBC International, Jumat (24/3/2023) seorang juru bicara Walmart mengonfirmasi bahwa mereka telah memangkas pekerja di sejumlah gudang perusahaan.
Dalam sebuah pernyataan, perusahaan mengatakan telah melakukan pemangkasan "untuk lebih mempersiapkan kebutuhan pelanggan di masa depan."
Advertisement
"Keputusan ini tidak dibuat dengan enteng, dan kami bekerja sama dengan rekan yang terkena dampak untuk membantu mereka memahami pilihan karir apa yang mungkin tersedia di lokasi Walmart lainnya," terang Walmart dalam pernyataannya.
Walmart juga mengonfirmasi bahwa mereka melakukan PHK pada ratusan pekerjaan di lima pusat gudang di Pedricktown, New Jersey, Fort Worth, Texas; China, California, Davenport, Florida, dan Bethlehem, Pennsylvania.
Perusahaan mengungkapkan akan mengurangi tenaga kerjanya karena pengurangan atau penghapusan shift malam dan akhir pekan.
Sekitar 200 pekerja akan terpengaruh di fasilitas New Jersey selatan, menurut pemberitahuan yang diajukan ke negara bagian.
Pertumbuhan Penjualan
Walmart sebelumnya mengantisipasi pertumbuhan penjualan yang lebih lambat dan laba yang lebih rendah di tahun fiskal mendatang.
Bulan lalu, perusahaan ritel itu mengatakan telah memprediksi penjualan toko yang sama untuk bisnis AS tumbuh antara 2 persen dan 2,5 persen, lebih kecil dari pertumbuhan 6,6 persen pada tahun fiskal sebelumnya.
Sementara itu, penjualan Walmart secara online online terus tumbuh, meski dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan saat puncak pandemi.
Penjualan online terus tumbuh, meski dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan saat puncak pandemi. Penjualan e-commerce Walmart AS naik 12 persen pada tahun fiskal terbaru, yang berakhir pada 31 Januari.
PHK Lainnya di Perusahaan Ritel AS
Walmart, perusahaan swasta terbesar di AS, menyusutkan tenaga kerjanya karena banyak pengecer yang mengantisipasi penjualan yang datar atau menurun.
Hal ini didorong oleh inflasi yang masih tinggi, terutama setelah ledakan belanja yang dipicu oleh pandemi Covid.
Saingan e-commerce Walmart, yaitu Amazon, sebelumnya juga mengumumkan PHK pada 9.000 karyawannya, menyusul 18.000 PHK pada bulan Januari.
Amazon juga telah menutup, membatalkan, dan menunda pembukaan gudang baru, karena beberapa penjualan online beralih kembali ke toko. Pesaing lain, Target, juga berencana untuk memangkas total biaya hingga USD 3 miliar selama tiga tahun ke depan.
Advertisement
Shopee Diklaim Sudah Keluar dari Badai PHK
Perusahaan induk Shopee, Sea Ltd dikabarkan telah pulih dari badai pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kabar itu diungkapkan langsung oleh pendirinya, Forrest Li dalam sebuah memo kepada staf.
Melansir Bloomberg, Selasa (21/3/2023) memo internal Sea Ltd yang dilihat oleh Bloomberg News menunjukkan CEO Sea Ltd Forrest Li mengungkapkan bahwa laba bersih perusahaan di kuartal pertama menandai titik kemajuan.
Sea Ltd. telah membuat perubahan yang diperlukan untuk memberikan keuntungan dalam jangka panjang, pendiri miliarder Forrest Li
"Saya ingin meyakinkan Anda bahwa, dengan asumsi tidak ada perubahan besar dalam lingkungan eksternal kami, perubahan skala besar kami telah selesai, dan kami tidak melihat adanya perubahan besar lebih lanjut,” ujar Forest Li.
Namun dia mengingatkan perusahaan masih perlu membuktikan bahwa mereka bisa mempertahankan keuntungan.
"Akan dilihat lagi apakah hasil kuartal ini hanya sesaat atau awal dari tren jangka panjang," ujar, seraya menambahkan bahwa "Pekerjaan kita belum selesai"
Perusahaan Teknologi Terbesar
Sea Ltd, yang dikenal sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara sempat dilanda badai PHK pada 2022 lalu karena terdampak kenaikan suku bunga, lonjakan inflasi dan ketegangan geopolitik.
Perusahaan itu telah kehilangan sekitar nilai pasarnya hingga USD 160 miliar sejak Oktober 2021.
Dalam beberapa bulan terakhir, Sea telah memangkas ribuan pekerjaan, membekukan gaji, dan memangkas lebih dari USD 700 juta dari biaya penjualan dan pemasaran triwulanannya untuk meyakinkan investor terkait kemampuannya dalam menghasilkan laba.
Masa yang Sulit
Sea Ltd juga telah memangkas sekitar 500 pekerja di unit e-commerce Shopee di Indonesia bulan ini, hanya beberapa hari setelah perusahaan melaporkan laba kuartalan pertama yang mengejutkan dibantu oleh pemotongan biaya yang ekstensif tahun lalu.
Berbeda dengan tahun-tahun yang memprioritaskan ekspansi global, perusahaan juga telah menutup operasinya di India dan beberapa pasar di Eropa dan Amerika Latin untuk memangkas biaya dan mencapai arus kas positif.
"Sebagai sebuah perusahaan, ini adalah pertama kalinya kami mengalami krisis sebesar ini," ungkap CEO Sea Ltd, Forest Li.
"Mengambil tindakan besar di awal krisis ini — jauh lebih awal daripada kebanyakan perusahaan di industri kami — memang menyakitkan, tetapi telah menempatkan kami pada posisi yang lebih kuat hari ini," bebernya.
Advertisement