Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menjamin keselamatan konversi gas pada kendaraan, perluasan program tersebut pun terus didorong karena memberima banyak manfaat.
Koordinator Keselamatan Hilir Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas Joko Hadi Wibowo mengatakan, regulasi keselamatan teknologi Compressed Natural Gas (CNG) pada kendaraan untuk menunjang program BBG telah tersedia. Hal ini harus disertai dengan ketaatan regulasi oleh badan usaha dan pengguna.
Baca Juga
“Jika tools-nya belum ada, maka bisa diperbaiki aturannya. Yang penting adalah program pemanfaatan BBG harus tetap berjalan dan menjadi salah satu prioritas Net Zero Emission. Saat ini berbagai negara tengah mengejar carbon credit, penggunaan BBG bisa menjadi salah satu cara yang dilakukan,” kata Joko, di Jakarta (23/5/2023).
Advertisement
Menurutnya, ketersediaan regulasi, ketaatan regulasi beserta monitoring dan evaluasi menjadi faktor utama menjamin keselamatan para pengguna BBG.
Beberapa Kementerian pun telah mendukung melalui penyediaan regulasi kualitas gas, regulasi kelaikan tabung CNG, regulasi keamanan instalasi converter kit, serta standarisasi converter kit dan tabung.
“Pertamina dan PGN juga harus menjadi contoh terutama masalah keselamatan terkait pemanfaatan BBG,” lanjut Joko.
Subholding Gas Pertamina pun selalu mengutamakan keselamatan dalam mewujudkan diversifikasi BBM ke BBG untuk transportasi. Melalui Anak Usaha yaitu PT Gagas Energi Indonesia telah menjalankan regulasi pemerintah pada kegiatan pengoperasian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas, Transportasi BBG termasuk juga program yang sedang berjalan yaitu konversi BBM kendaraan bermotor ke BBG.
Direktur Utama Gagas Muhammad Hardiansyah menyampaikan bahwa Gagas berkomitmen untuk memenuhi standar keamanan dan keselamatan dalam program pemanfaatan BBG untuk kendaraan. Maka sertifikasi dan uji coba rutin dilakukan untuk memastikan bahwa kendaraan BBG aman untuk digunakan.
“Kami berterima kasih atas dukungan dan rekomendasi-rekomendasi yang diberikan dalam rangka realisasi program konversi BBG pada kendaraan. Dukungan ini menjadi penyemangat kami untuk terus memastikan bahwa alat penunjang konversi BBG sesuai dengan standar teknis yang berlaku. Tujuannya memberikan rasa kepada pengguna maupun masyarakat umumnya bahwa BBG aman digunakan untuk kendaraan,” tutur Hardiansyah.
Hardiansyah mengungkapkan, Gagas mengelola SPBG-SPBG untuk menyalurkan 11,7 Juta LSP per tahun bagi transportasi. Seluruh SPBG telah mendapatkan izin dari layak operasi dari Kementerian ESDM dan sertifikat inspeksi teknis. Mobile Refueling Unit (MRU) juga telah mendapatkan izin layak operasi dari Kementerian ESDM dan sertifikat inspeksi teknis. Begitu juga dengan Gas Transpordt Module (GTM) dan Pressure Reducing System (PRS) telah mencapatkan sertifikat inspeksi teknis.
Pemanfaatan BBG
Dia melanjutkan, Gagas juga telah melakukan konversi konversi BBG untuk kendaraan logistik BBM. Termasuk konversi pada 4 heavy truk pengangkut BBM milik Pertamina Patra Niaga dan Konversi pada 30 Light Truck 10 Feet milik Gagas. Untuk melakukan konversi Gagas telah memenuhi regulasi seperti sertifikat keamanan Tabung CNG, sertifikat Bengkel Workshop, Sertifikat Analisa Kualitas Gas SPBG, dan sertifikat Uji Instalasi Head truck.
Gagas pun tengah melakukan pilot project konversi BBM ke BBG pada sepedar motor. Adapun sertifikasi yang telah didapatkan adalah seritifikat tabung CNG, sertifikat Bengkel Workshop, dan sertifikat analisa gas SPBG.
Pengujian tentu dilakukan sesuai denan ketentuan dan standar yang telah ada, Gagas mendapatkan pengesahan hasil uji instalasi sistem pemakaian bahan bakar jenis CNG pada kendaraan bermotor merek UD Trucks Tipe GWEE 3030 6X4T WB4300MM ABS M/T sebagai Kendaraan Khusus.
Selain itu, Gagas telah mengantongi Seritifikat Bengkel Instalasi Sistem Pemakaian Bahan Bakar Gas pada Kendaraan Bermotor, Pengujian dari Kementerian Perindustrian, serta SK Kelayakan Bejana Tekanan dari Kementerian Ketenagakerjaan. Sederet sertifikat tersebut membekali Gagas dalam perihal penerapan aspek keamanan terkait teknis dan operasi infrastruktur BBG.
Meneruskan program Pemerintah sejak 2013 yang telah mengkonversi ribuan kendaraan seperti taksi, angkot, mobil dinas, dan bus di Jakarta, Bogor, Lampung, Batam, Bandung, Purwakarta, Sukabumi, Surabaya, Gresik, Semarang, Balikpapan dan Semarang, maka secara bertahap Gagas melakukan kembali program konversi tersebut termasuk menginisiasi konversi BBM ke BBG untuk kendaraan roda dua, nelayan dan truk logistik
Dengan harga BBG hanya Rp. 4.500 per LSP akan memberikan penghematan sebesar 55 persen dibandingkan saat menggunakan BBM, selain itu BBG lebih ramah lingkungan karena hasil pembakaran berupa CO2 lebih rendah 25 persen dan Sox 0 persen. Oleh karena itu, BBG tepat menjadi energi alternatif di masa transisi ini dan menjadi bagian dari ekosistem untuk mencapai target Net Zero Emission.
Dukungan terhadap program pemanfaatan BBG untuk kendaraan juga berasal dari Dewan Energi Nasional (DEN). Sekjen DEN Djoko Siswanto mengungkapkan, DEN sangat mendorong untuk meningkatkan penggunaan BBG dan perluasan infrastruktur gas bumi yang lebih massif sebagaimana tertuang dalam Grand Strategi Energi Nasional (GSEN). Maka pihaknya berupaya untuk menyusun kebijakan insentif fiscal, sehingga BBG dapat menarik untuk semua pelaku.
Secara bertahap, kendaraan berbahan bakar gas dapat mencapai 440 ribu unit kendaraan dan 200 kapal. DEN mendorong kehandalan SPBG dan pembangunan SPBG untuk menopang pemenuhan BBG di banyak daerah.
Djoko melanjutkan, salah satu sektor yang dijadikan sasaran untuk pemanfaatan gas domestik adalah sektor tranportasi. Sektor tersebut diharapkan dapat ikut meningkatkan pemanfaatan gas domestic sebagai upaya mendukung pemerintah dalam memberikan nilai tambah dan multiplier effect bagi ekonomi rakyat.
Advertisement
Pengemudi Ojek Online Dapat Prioritas Konversi BBG Sepeda Motor
Subholding Gas Pertamina melalui PT Gagas Energi Indonesia terus melakukan penetrasi konversi Bahan Bakar Gas (BBG) pada sepeda motor, dengan menggandeng mitra ojek online dalam rangka pelaksanaan pilot project.
Direktur Utama Gagas Muhammad Hardiansyah mengatakan, menyelenggarakan sosialisasi motor BBG kepada pengemudi atau mitra ojek online dengan diikuti oleh 42 mitra. Dengan begitu para pengemudk bisa merasakan langsung benefit motor BBG dengan sistem dual fuel yakni BBM dan BBG.
"Diharapkan, mitra ojek online dapat menjadi contoh pengguna dalam menyebarkan informasi secara word of mouth mengenai konversi motor dari BBM ke BBG," kata Hardiansyah, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (7/4/2023).
Dalam sosialisasi, Gagas menunjukkan secara langsung motor yang sudah dikonversi menggunakan BBG. Motor BBG atau bisa juga disebut Motor Gas (Mogas) ini, lebih fleksibel karena tidak perlu membeli kendaraan baru dan tetap dapat menggunakan BBM.
Selain itu, tidak mengurangi kapasitas BBM, karena mogas hanya menambah tabung untuk BBG sehingga bisa menambah jarak tempuh yang tentunya dibarengi dengan efisiensi biaya.
Sistem Dual Fuel
Dengan sistem dual fuel, mogas dilengkapi perangkat seperti converter kit dan switch pada stang motor untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan penggunaan bahan bakar gas bumi.
“Penggunaan mogas dapat menghemat biaya dua kali lipat dikarenakan harganya 4.500 rupiah per Liter Setara Pertalite (LSP) dan stabil kinerjanya dimanapun pengisiannya,” jelas Hardiansyah.
Selain itu, efisiensi harga yang didapatkan dapat digunakan untuk menabung dan dialokasikan untuk biaya pendidikan anak. Para mitra juga berharap agar kapasitas tabung untuk gas bisa ditingkatkan.
“Kami mengajak teman-teman mitra ojek online untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi subsidi BBM dan mencapai penurunan emisi karbon. Ini juga menjadi salah satu hal yang bisa dilakukan oleh PGN Group untuk masyarakat, terkait dampak kenaikan BBM yaitu dengan menyediakan energi alternatif lain yang bisa digunakan oleh masyarakat,” tutur Hardiansyah.
Advertisement