Produktivitas Industri Jadi Kunci Indonesia Keluar Middle Income Trap

Cara yang bisa dilakukan untuk keluar dari middle income trap adalah dengan meningkatkan produktivitas industri yang diiringi dengan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Jun 2023, 11:45 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2023, 11:45 WIB
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita  dalam Rapat Kerja Kementerian Perindustrian di Ritz Carlton Jakarta, Jumat (16/6/2023). Agus menjelaskan  kunci agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap. (Tira/Liputan6.com)
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Rapat Kerja Kementerian Perindustrian di Ritz Carlton Jakarta, Jumat (16/6/2023). Agus menjelaskan kunci agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap. (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kinerja sektor industri dalam transformasi ekonomi menjadi kunci agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap.

Middle income trap adalah kondisi saat negara berkembang tak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi.

Menurut Menperin, cara yang bisa dilakukan untuk keluar dari middle income trap adalah dengan meningkatkan produktivitas industri yang diiringi dengan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

"Kalau kita bicara soal backward linkage dan forward linkage bukan hanya di otomotif. Kalau kita tarik ke atas backward and forward linkage yang dihasilkan dari sektor manufaktur sangat-sangat besar yang pasti bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia," kata Agus dalam Rapat Kerja Kementerian Perindustrian di Ritz Carlton Jakarta, Jumat (16/6/2023).

Lebih lanjut, Menperin menyampaikan kondisi industri saat ini perlu menjadi perhatian bersama.

Berdasarkan catatan Menperin, sejak Indonesia masuk dalam penilaian PMI yaitu pada 2011, belum pernah dalam sejarahnya selama setahun penuh Indonesia selalu dalam ekspansi, ini terjadi sepanjang 2022 lalu dimana selama 17 bulan berturut-turut PMI Indonesia ekspansi.

Di awal 2023, PMI pun sebenarnya pada kondisi ekspansif, namun tidak sekspansif tahun sebelumnya dan ada kecenderungan tumbuh melambat, sehingga pada perkembangannya, terdapat tiga nilai PMI yang mendekati angka 50 atau tidak terjadi ekspansi yang berarti. Salah satunya pada PMI bulan Mei 2023.

"Kondisi ini juga terjadi di negara-negara lain di ASEAN dan negara ekonomi besar dunia," ujar Menperin.

Indeks Kepercayaan Industri

Sama halnya dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI), dari Januari hingga Mei 2023 masih dalam kondisi ekspansif, namun cenderung melambat.

Penurunan nilai IKI Mei 2023 terjadi karena penurunan nilai variabel Pesanan Baru sebesar 0.73 poin (menjadi 49.84) dan variabel Produksi yang menurun 2.07 poin (menjadi 50.01).

Di sisi lain, variabel Persediaan mengalami kenaikan 2.67 poin (menjadi 54.90). Kondisi ini menunjukkan kegiatan produksi di bulan Mei hampir sama dengan bulan April, disebabkan oleh volume pesanan baru yang mengalami penurunan, sementara itu industri menghabiskan persediaan produknya untuk dijual.

"Pesanan domestik masih menjadi faktor dominan yang mempengaruhi indeks variabel Pesanan Baru," ujarnya.

Namun demikian, pandangan terhadap kondisi usaha enam bulan ke depan tercatat sebesar 66,2 persen pelaku usaha lebih optimis.

Angka ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 64,7 persen dan menjadi angka tertinggi sejak IKI diluncurkan.

"Jadi, PMI nya relatif turun tapi optimismenya naik, ini survei mereka mengatakan optimis karena itu mereka percaya bahwa global market akan segera membaik akan segera pulih dan juga mereka mengakui bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah selama ini cukup baik untuk menciptakan lingkungan yang kondusif," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jokowi Ingin Tiru Korea Selatan, Keluar Middle Income Trap dalam 8 Tahun

Jokowi Pimpin Rapat Terbatas Percepatan Peta Jalan Penerapan Industri 4.0
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memimpin rapat terbatas percepatan peta jalan penerapan industri 4.0 di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (3/9/2019). Jokowi meminta percepatan peta jalan penerapan industri 4.0 guna mendongkrak investasi dan ekspor. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indonesia sangat ingin menjadi negara maju tetapi usaha menuju kondisi tersebut selalu mendapat hambatan. Saat ini, Indonesia masih masuk dalam jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan Indonesia segera keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Seperti yang dilakukan Korea Selatan (Korsel) bisa keluar dari posisi tersebut hanya dalam waktu 8 tahun.

“Korea Selatan dalam 8 tahun mampu keluar dari middle income trap, jebakan negara berpendapatan menengah,” kata Jokowi dalam acara Indonesia Emas 2045 di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2023).

Jokowi menuturkan, pada tahun 1987 Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan masih di angka USD3.530. Delapan tahun berselang, PDB mereka sudah tembus USD11.820.

“Lompatan seperti ini perlu kita tiru perlu kita contoh karena kualitas SDM (sumber daya manusia), yang fokus pada teknologi dan produktivitas,” kata Jokowi.

Makanya, kata Jokowi, SDM menjadi kekuatan besar menuju Indonesia Emas tahun 2045. Bukan hanya dari sisi jumlah penduduk tetapi kualitas dari SDM yang dimiliki.

“Kita jangan hanya menang dari segi jumlah tapi juga harus dari segi kualitas SDM-nya. Baik secara fisik, skill, karakter produktif, dan disiplin ini yang harus kita benahi total termasuk penguasaan IPTEK,” kata dia.


Tidak Mudah

Meski begitu dia menyadari, pencapaian Indonesia Emas 2045 tidak bisa didapat dengan mudah. Butuh perencanaan yang baik agar tetap fokus pada target-target yang ingin dicapai.

“Butuh fokus yang sama, butuh panduan, butuh haluan, sehingga saya harap RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Negara) yang diluncurkan dapat menjadi pedoman kita bersama. Apa sih pedoman kita? ada di situ,” kata dia.

Terlepas dari itu, Jokowi mengingatkan sebaik-baiknya perencanaan akan sia-sia jika tidak dibarengi kemampuan mengeksekusi.

“Bagaimanapun baiknya perencanaan akan sia-sia jika tidak dibarengi kemampuan eksekusi yang baik enggak ada artinya,” kata dia.

“Oleh sebab itu untuk mencapai Indonesia Emas 2045 di butuhkan sangat dibutuhkan smart execution dan dibutuhkan smart leadership. Oleh strong leadership yang berani dan pandai mencari solusi dan yang punya nyali,” pungkasnya.

Infografis Prediksi Perekonomian 60 Negara Bakal Ambruk. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Prediksi Perekonomian 60 Negara Bakal Ambruk. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya