Liputan6.com, Jakarta PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance)Â memproyeksikan pertumbuhan piutang pembiayaan secara tahunan hingga Desember 2023 berkisar 12,5%. Adapun besaran piutang pembiayaan BRI Finance pada akhir Juni 2023 telah mencapai lebih dari Rp 7 triliun.
"Melihat kondisi eksternal terutama penjualan mobil yang masih menunjukan tren positif, keragaman produk yang dimiliki perusahaan pembiayaan, dan inisiatif strategi yang dimiliki perusahaan, BRI Finance tetap optimistis dapat menyalurkan pembiayaan baru di atas Rp 6 triliun tahun ini," jelas Pelaksana Tugas Direktur Manajemen Risiko BRI Finance Ari Prayuwana dalam keterangannya, Selasa (8/8/2023).
Baca Juga
Ari lanjut meyakini hal tersebut bisa dicapai dengan kemampuan perseroan memitigasi risiko. Untuk merealisasikan aspirasi tersebut, selain terus melakukan ekspansi penjualan dengan tetap memperhatikan kualitas atau profil dari calon debitur. Perseroan pun melakukan rekomposisi portofolio pembiayaan konsumer ke arah pembiayaan yang memberi yield yang lebih tinggi.
Advertisement
Perusahaan juga terus mengembangkan kapabilitas untuk menjaga pertumbuhan bisnis melalui pengembangan digitalisasi dengan berbagai tools guna memitigasi risiko agar proses cepat dan akurat.
"Kami pun terus melakukan pengembangan fitur produk yang menarik agar dapat bersaing di pasar. Juga tentunya meningkatkan kompetensi pekerja agar lebih agile dalam menghadapi setiap perubahan kondisi eksternal yang dinamis, sehingga produktivitas tetap terjaga," kata dia.
Dia optimistis dapat mempertahankan kinerja yang positif serta menjaga kualitas pembiayaan dengan proyeksi non performing financing (NPF) di bawah 2% di tengah risiko industri yang meningkat pada semester II/2023.
Â
Â
Tetap Optimis
Ari Prayuwana mengatakan perseroan tetap optimis piutang pembiayaan tetap tumbuh dengan baik pada semester II/2023.
Kendati industri pembiayaan diperkirakan menghadapi sejumlah tantangan ke depannya.Kami tetap optimis piutang pembiayaan tetap tumbuh dengan baik pada semester II/2023.
Tantangan-tantangan bisa saja terjadi, namun di sisi lain asosiasi seperti Gaikindo optimistis penjualan mobil pada tahun 2023 akan tetap berada dalam tren yang positif. Itu menjadi sinyal positif bagi kami.
Kami juga terus melakukan ekspansi pembiayaan mobil bekas dan fasilitas dana, yang diharapkan mampu tetap menjaga pertumbuhan piutang dan profitabilitas perusahaan, kata Ari optimistis.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan pertumbuhan industri pembiayaan semester II/2023 tidak setinggi semester I/2023. Hal ini disebabkan kemungkinan adanya perubahan profil risiko nasabah setelah pandemi berakhir.
Di mana pada saat pandemi nasabah layak dibiayai karena sebagian persentase pendapatan dapat ditabung atas pengurangan biaya transportasi bagi pekerja/profesional.
Seiring kembalinya mobilitas masyarakat menjadi normal, OJK memperkirakan bahwa situasi ini dapat memengaruhi delinquency rate nasabah yang memiliki fixed income seperti pekerja atau profesional tersebut.
Dampaknya NPF diprediksi bergerak sedikit naik, tapi masih disimpulkan bahwa risiko pembiayaan masih cukup terkendali.
Â
Advertisement
Tantangan Lain
Tantangan lainnya adalah seperti yang diperkirakan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI). Indonesia memasuki tahun politik dan diperkirakan menahan laju investasi, sehingga banyak investor cenderung wait and see dalam mengalokasikan dana.
Ari menegaskan, potensi risiko dari kondisi eksternal tersebut tentu dapat memengaruhi NPF pembiayaan. Kendati demikian, BRI Finance senantiasa konsisten mengendalikan kualitas pembiayaan sehingga NPF perseroan saat ini masih cukup terkendali. NPF BRI Finance posisi akhir Juni 2023 hanya sekitar 1,73%.
Persentase itu mengalami penurunan dari 2,07% pada akhir Juni 2022 (yoy). BRI Finance memproyeksikan NPF tetap di bawah 2% pada akhir tahun 2023, ujarnya.Untuk meningkatkan pertumbuhan, BRI Finance terus mengembangkan digitalisasi proses bisnis, pengembangan produk yang menarik, dan meningkatkan sinergi BRI Group maupun BUMN group.
Ari lanjut menjelaskan, hal tersebut diiringi pula dengan menjaga kualitas pembiayaan melalui proses seleksi yang seksama dengan memanfaatkan tools yang tersedia terhadap calon debitur yang akan disetujui untuk meminimalisir risiko gagal bayar.