Rubel Rusia Anjlok ke Nilai Terendah 17 Bulan

Rubel Rusia telah kehilangan sekitar 30 persen terhadap greenback sejak pergantian tahun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Agu 2023, 18:10 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2023, 18:10 WIB
Kehidupan di Ibu Kota Rusia Kembali Normal Setelah Kudeta Gagal Tentara Bayarannya
Mata uang Rusia Rubel telah kehilangan sekitar 30 persen terhadap greenback sejak pergantian tahun.. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

Liputan6.com, Jakarta Mata uang Rubel Rusia meluncur melewati 100 terhadap dolar AS atau USD pada hari Senin, 14 Agustus 2023.Nilai Rubel mendekati level terendah dalam 17 bulan. Mata uang Rusia itu telah kehilangan sekitar 30 persen terhadap greenback sejak pergantian tahun.

Melansir CNBC International, Senin (14/8/2023), Bank Rusia menyalahkan neraca perdagangan negara yang menyusut, karena surplus neraca berjalan turun 85 persen year-on-year dari Januari hingga Jul 2023i.

Penasihat ekonomi Putin, Maxim Oreshkin mengungkapkan kepada kantor berita Tass milik negara Rusia bahwa depresiasi akan menjadi normal dalam waktu dekat.

"Rubel yang lemah memperumit restrukturisasi ekonomi dan berdampak negatif pada pendapatan riil penduduk. Demi kepentingan ekonomi Rusia — rubel yang kuat," katanya.

Bank sentral Rusia beberapa waktu lalu menghentikan pembelian mata uang asing untuk sisa tahun ini dalam upaya untuk menopang mata uang, yang memicu kekhawatiran kenaikan inflasi karena Rusia berupaya mengubah ekonominya secara fundamental dalam menghadapi meningkatnya isolasi dan sanksi Barat.

PDB Rusia melampaui ekspektasi untuk tumbuh sebesar 4,9 persen year-on-year pada kuartal kedua, angka baru dari Layanan Statistik Negara Federal menunjukkan, pulih dari kontraksi 1,8 persen pada kuartal pertama.

Tetapi William Jackson, kepala ekonom pasar negara berkembang di Capital Economics, mencatat bahwa kelonggaran ekonomi yang terbatas kemungkinan akan semakin memicu tekanan inflasi dan mengakibatkan pengetatan kebijakan moneter, yang berpotensi melemahkan pertumbuhan Rusia selama sisa tahun ini hingga 2024.

"Mungkin risiko utama bagi ekonomi adalah jika pemerintah membiarkan kebijakan fiskal longgar untuk mendukung upaya perang, yang akan menyebabkan kerentanan ekonomi Rusia semakin memburuk," ungkap Jackson.

USD Menguat 11 Agustus 2023, Rupiah Bakal Terjun ke Rp 15.260 Senin

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) menguat menjelang akhir pekan pada Jumat, 11 Agustus 2023. Penguatan dolar AS atau USD ini menekan rupiah. Sedangkan untuk perdagangan pada Senin depan, mata uang rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa USD diperdagangkan sebagian besar tidak berubah pada hari Jumat karena para pedagang mencerna pembacaan inflasi terbaru, dengan indeks harga konsumen AS tumbuh seperti yang diharapkan pada bulan Juli dari bulan sebelumnya.

"Sementara pembacaan memicu taruhan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga pada bulan September, itu juga melihat pasar memangkas ekspektasi mereka untuk penurunan suku bunga tahun ini, dengan suku bunga diperkirakan akan tetap di tertinggi 22 tahun," papar Ibrahim, dalam keterangan tertulis pada Jumat (11/8/2023).

"Ada lebih banyak data inflasi yang akan dirilis nanti di sesi ini, dalam bentuk harga produsen untuk bulan Juli, menambah lebih banyak umpan bagi pembuat kebijakan Fed menjelang pertemuan penting Fed bulan depan," lanjutnya.

Sentimen dari Eropa

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berlanjut di kawasan Eropa, ekonomi Inggris (PDB) tumbuh 0,2 persen pada kuartal kedua. Angka ini bertentangan dengan ekspektasi pembacaan datar, dibantu oleh pertumbuhan bulanan sebesar 0,5 persen pada Juni 2023.

Meskipun demikian, ekonomi Inggris masih menjadi satu-satunya ekonomi maju besar yang belum mendapatkan kembali level pra-COVID pada akhir 2019, dan dengan inflasi yang tetap tinggi, kenaikan suku bunga lebih lanjut dapat menghambat pertumbuhan ini di masa mendatang.

Adapun bank Sentral Eropa yang diprediksi dapat menghentikan kampanye kenaikan suku bunga selama setahun pada bulan September mendatang, setelah arahan dari Presiden Christine Lagarde bulan lalu, tetapi kenaikan lebih lanjut pada akhir tahun masih akan terjadi dengan inflasi yang semakin panas.

Rupiah ditutup melemah 34 poin dalam penutupan pasar akhir pekan ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 45 poin di level Rp 15.219 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.185.

"Sedangkan untuk perdagangan pada senen depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.200 - Rp 15.260," ungkap Ibrahim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya