Lolos dari Jurang Resesi, Ekonomi Inggris Tumbuh 0,2 Persen

Output jasa merupakan kontributor utama pertumbuhan Inggris di bulan Agustus, naik 0,4 persen pada bulan tersebut.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Okt 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2023, 10:30 WIB
Inflasi Januari Inggris Turun Tiga Bulan Berturut-turut
Pembeli melewati tanda di etalase toko di Oxford Street di London, Rabu (15/2/2023). Tingkat inflasi tahunan di Inggris turun menjadi 10,1% pada Januari 2023 dari 10,5% pada Desember, di bawah perkiraan pasar 10,3%. (AP Photo/Kirsty Wigglesworth)

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Inggris mencatat pertumbuhan tumbuh 0,2 persen pada bulan Agustus, menurut Kantor Statistik Nasional Inggris.

Melansir CNBC International, Jumat (13/10/2023) ekonomi Inggris sebagian pulih dari kontraksi 0,6 persen yang direvisi turun pada bulan Juli.

Output jasa merupakan kontributor utama pertumbuhan Inggris di bulan Agustus, naik 0,4 persen pada bulan tersebut untuk mengimbangi penurunan output produksi sebesar 0,7 persen dan penurunan output konstruksi sebesar 0,5 persen.

"Meskipun poin data ini belum konsisten dengan peningkatan kekenduran dalam perekonomian Inggris, hal ini harus dilihat secara keseluruhan, yang menunjukkan tanda-tanda awal dari perlambatan di pasar tenaga kerja dan dengan demikian, menurunkan inflasi di masa depan," kata Mathieu Savary, kepala strategi Eropa di BCA Research.

"Hal ini tidak mengubah prospek Bank of England dan menegaskan bahwa Suku Bunga Bank tidak akan mengalami banyak kenaikan, namun akan tetap pada level saat ini untuk jangka waktu yang lama," bebernya.

Bank of England bulan lalu mengakhiri kenaikan suku bunga 14 kali berturut-turut setelah data menunjukkan inflasi berjalan di bawah ekspektasi.

Antara Desember 2021 dan Agustus 2023, Bank sentral Inggris menaikkan suku bunga kebijakan utamanya dari 0,1 persen ke level tertinggi dalam 15 tahun sebesar 5,25 persen.

"Inggris telah tumbuh lebih cepat dibandingkan Perancis dan Jerman sejak pandemi ini dan data hari ini menunjukkan perekonomian lebih tangguh dari yang diperkirakan," kata Menteri Keuangan Inggris, Jeremy Hunt.

"Meskipun ini merupakan pertanda baik, kita masih perlu mengatasi inflasi sehingga kita dapat mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan," lanjutnya.

Inflasi Inggris Agustus 2023

Inflasi Inggris Sentuh Level Tertinggi dalam 40 Tahun
Orang-orang melintasi distrik perbelanjaan Regent Street dengan bendera Union tergantung menandai Platinum Jubilee untuk 70 tahun kepemimpinan Ratu Elizabeth II, di London, Rabu (18/5/2022). Tingkat inflasi Inggris naik ke level tertinggi dalam 40 tahun pada bulan April karena invasi Rusia ke Ukraina memicu kenaikan lebih lanjut dalam harga makanan dan bahan bakar. (AP Photo/Matt Dunham)

Inflasi utama Inggris turun ke angka tahunan sebesar 6,7 persen pada bulan Agustus, di bawah ekspektasi namun masih jauh di atas target 2 persen.

Suren Thiru, direktur ekonomi di Institute of Chartered Accountants di Inggris dan Wales (ICAEW), mengatakan pemulihan yang mengecewakan dari kontraksi bulan Juli memberikan “bukti lebih lanjut bahwa biaya pinjaman yang lebih tinggi merugikan perekonomian” dan membuat kenaikan suku bunga lagi di Bank of England. Tetapi pertemuan di bulan November kecil kemungkinannya.

"Peningkatan pertumbuhan yang sangat lemah ini menunjukkan perekonomian yang melemah karena inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi menghambat dunia usaha dan konsumen," jelas Thiru, seraya menambahkan bahwa peningkatan PDB pada bulan Agustus sebagian besar mencerminkan pembalikan tekanan pada aktivitas jasa di bulan Juli akibat cuaca buruk dan pemogokan.

"Dengan inflasi, pajak yang lebih tinggi, dan dampak kenaikan suku bunga sebelumnya yang sangat membebani permintaan konsumen dan aktivitas bisnis, Inggris kemungkinan akan tetap berada di dekat resesi hingga tahun depan," tambahnya.

Ekonomi Inggris Pulih Lebih Cepat dari Pandemi, Tapi Masih Tersangkut Masalah Besar

Tingkat Inflasi Inggris di Februari Melonjak Jadi 10,4 Persen
Angka tersebut melesat jauh bila dibandingkan dengan indeks inflasi di bulan sebelumnya yang hanya dipatok 10,1 persen. (AP Photo/Alberto Pezzali)

Perekonomian Inggris pulih dari pandemi Covid-19 jauh lebih cepat dari yang diperkirakan. Statistik resmi negara tersebut menunjukkan bahwa ekonomi telah menghapus status Inggris sebagai negara yang tertinggal dalam semalam usai ada revisi.

Data baru yang diterbitkan oleh Office for National Statistics (ONS) pada hari Jumat pekan kemarin menunjukkan bahwa pada akhir 2021, produk domestik bruto (PDB) Inggris sebenarnya 0,6% lebih besar daripada kuartal terakhir 2019 (sebelum pandemi melanda).

Padahal sebelumnya, ONS telah mengatakan pada bulan lalu bahwa PDB Inggris masih belum mencapai ukuran sebelum pandemi pada kuartal kedua tahun ini.

Revisi dramatis ini berarti ekonomi Inggris telah tumbuh jauh lebih kuat sejak akhir 2019 dan tidak lagi menjadi yang terburuk di G7, lebih baik daripada Jerman, meskipun masih tertinggal dari Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Italia, dan Prancis.

"PDB rata-rata di negara-negara G7 lainnya adalah 2,8% di atas tingkat sebelum pandemi dibandingkan dengan 1,5% di Inggris," tulis Ruth Gregory, wakil kepala ekonom Inggris di Capital Economics, dalam sebuah catatan penelitian pada hari Jumat.

"Implikasinya adalah bahwa ekonomi Inggris tidak lagi berada di belakang kelompok G7 dan tidak terlalu jauh di belakang rata-rata."

Pertumbuhan Inggris Masih Lamban

Inflasi Januari Inggris Turun Tiga Bulan Berturut-turut
Pembeli melewati toko yang mengiklankan obral, di Oxford Street di London, Rabu (15/2/2023). Inflasi Inggris turun selama tiga bulan berturut-turut ke level terendah sejak September tahun lalu. (AP Photo/Kirsty Wigglesworth)

Namun, para ekonom memperingatkan bahwa data yang lebih kuat tidak mengubah prospek pertumbuhan Inggris secara keseluruhan, dan juga tidak akan memberikan bantuan pada rumah tangga yang bergulat dengan inflasi tinggi dan kenaikan biaya pinjaman.

"Pertumbuhan Inggris masih sangat lamban, meskipun tidak berada di titik terendah," kata Prof. Huw Dixon, yang memimpin penelitian di bidang pengukuran ekonomi di National Institute of Economic and Social Research.

Data yang direvisi "tidak mengubah ekonomi riil sedikit pun," kata Dixon kepada CNN. "Jika Anda adalah perusahaan atau rumah tangga biasa, hal ini tidak berpengaruh pada Anda. Ini hanya memberi tahu Anda bahwa pengukurannya salah, dan PDB sedikit lebih tinggi dari yang kita duga."

John Springford, wakil direktur di Centre for European Reform, sebuah lembaga pemikir, menambahkan: "Revisi ini adalah kabar baik. Tetapi sejak 2021 ekonomi telah stagnan dan itu terjadi setelah periode pertumbuhan di bawah tren setelah referendum Brexit (2016). Jadi, meskipun ukuran ekonomi lebih besar dari yang kita duga, Inggris masih memiliki masalah pertumbuhan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya