Rupiah Ambruk, Kemenkeu: Depresiasi Kita Masih 1%, Negara Lain Ada yang 10%

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu mengungkapkan, Kementerian Keuangan melakukan komunikasi erat dengan Bank Indonesia terkait kondisi rupiah saat ini.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Okt 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2023, 18:30 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang sangat dalam sejak tengah tahun ini. Awal tahun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih di kisaran 15.000 per dolar AS. Tapi pada Senin (23/10) sudah hampir tembus 16.000 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) buka suara terkait pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan pada minggu ini, rupiah hampir menyentuh level 16.000 per dolar AS.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu mengungkapkan, Kementerian Keuangan melakukan komunikasi erat dengan Bank Indonesia terkait kondisi rupiah saat ini.

“Kita sama-sama melihat bahwa kondisi global tidak sedang mudah. Akan tetapi meassure yang akan kita adress sebenarnya sudah relatif lebih baik dibandingkan negara lain,” kata Febrio kepada media di Mandarin Oriental, Jakarta pada Selasa (24/10/2023).

Salah satunya, Febrio menjelaskan, rupiah hingga bulan lalu masih terapresiasi dibandingkan awal tahun.

“Jadi walaupun kita terdepresiasi sekitar 15.800 per dolar AS hari ini tetapi depresiasinya masih sekitar 1 persen. Dan banyak negara lain sudah 10 persen dan 8 persen,” jelasnya.

Menurutnya, bila melihat pergerakan kurs pelemahan Rupiah tidak dipicu oleh faktor domestik, melainkan faktor eksternal.

“Jadi memang dolarnya yang menguat. Kenapa menguat? Karena mereka sedang butuh untuk membiayai defisitnya AS,” Febrio menyebutkan.

Terkait persiapan kebijakan terhadap Rupiah, Febrio mengatakan; “Kebijakan sedang difinalisasi. Nanti mungkin segera kita umumkan”.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rupiah Hampir Tembus 16.000 per Dolar AS, Jokowi: Masih Aman

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut depresiasi yang dialami mata uang rupiah masih dalam batas aman. Bahkan, depresiasi rupiah tersebut sejauh ini tidak menganggu sektor rill dan keuangan dalam negeri.

"Kita lihat persentase depresiasi mata uang kita juga masih aman. Aman untuk sektor riil, aman untuk sektor keuangan dan aman untuk inflasi," kata Jokowi dalam acara BNI Investor Daily Summit 2023, di Hutan Kota By Plataran, Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Diketahui, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang sangat dalam sejak tengah tahun ini. Awal tahun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih di kisaran 15.000 per dolar AS. Tapi pada Senin (23/10) sudah hampir tembus 16.000 per dolar AS.

Mata uang rupiah melemah sebesar 61 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.994 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar 15.873 per dolar AS.

Lebih lanjut, terkait depresiasi rupiah, Jokowi mengaku telah memanggil Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

 


Menko Airlangga: Kita Antisipasi

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pelemahan yang terjadi pada nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir dipicu oleh sentimen dolar Amerika Serikat (USD) yang terus menguat. Artinya, pelemahan rupiah tidak sendiri tetapi juga terjadi dengan sejumlah mata uang negara lain.

"Ini bukan rupiah yang melemah, dolar AS menguat. Karena itu ke semua negara. Itu sih ya kita antisipasi aja," ungkap Airlangga Hartarto usai menghadiri 11th US-Indonesia Investment Summit di Mandarin Oriental, Jakarta pada Selasa (24/10/2023).

Juga dalam pidatonya pada kegiatan tersebut, Airlangga menyoroti tantangan yang dihadapi ekonomi dunia, termasuk Indonesia yaitu kenaikan suku bunga The Fed yang masih berlanjut dan penguatan USD.

“Tantangan saat ini adalah bergantung pada suku bunga AS yang lebih kuat dan mata uang AS yang juga lebih kuat. Jadi itu yang harus kita mitigasi hari ini, yaitu mencegah capital outflow,” ungkap Menko Airlangga.

 

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya