Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan semua stakeholder industri energi nasional termasuk di dalamnya Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) telah membuat Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN).
Diharapkan dengan adanya RIJTDGBN ini bisa memberikan banyak manfaat kepada sektor hulu, dalam hal ini badan usaha hingga sektor hilir yaitu industri dan rumah tangga.
Baca Juga
Namun memang, pemanfaatan gas bumi saat ini belum terlalu besar. BPH Migas mengungkapkan ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam sosialisasi penggunaan gas bumi ini.
Advertisement
Anggota Komite BPH Migas Harya Adityawarman menjelaskan, sebenarnya banyak manfaat yang didapat dari industri maupun rumah tangga jika menggunakan gas bumi. Namun, memang budaya di Indonesia biasanya sudah nyaman dengan apa yang sudah ada.
Harya mencontohkan, untuk menggunakan gas bumi di rumah tangga memang memerlukan usaha yang lebih karena harus bongkar pasang di wilayah yang akan dipasang gas bumi.
Misalnya, untuk kawasan perumahan yang akan dibangun jaringan gas bumi maka perlu membuat galian, memasang pipa atau instalasi dan kemudian menimbun lagi.
"Untuk ini saja pasti warga bertanya-tanya. Kemudian juga menjadi pertanyaan mengenai keselamatannya, bagaimana kalau meledak dan lainnya," kata dia dalam Podcast Nusantara dengan tema Gas Bumi Punya Rencana Induk? yang ditayangkan secara streaming, Selasa (31/10/2023).
Padahal jika dilihat lebih dalam, penggunaan gas bumi ini banyak manfaat apalagi bagi industri. "Karena harganya jauh lebih efisien kurang lebih 30%," tambah Harya.
Â
Anggota Komite BPH Migas Wahyudi Anas menambahkan, gas bumi sebenarnya tidak lebih hemat tetapi ada kelebihan lainnya yaitu lebih efisien.
Ia mencontohkan, bagi pengguna rumah tangga yang menggunakan LPG jika kehabisan maka harus membeli di warung atau toko. Berbeda dengan jaringan gas bumi ini yang tersedia terus 24 jam.
"Selain itu juga gas yang mengalir dalam jaringan gas tekanannya tidak berbahaya. Kalau bocor enggak akan meledak," tambah dia.
Namun memang, pengembangan pipa gas bumi ini cukup besar. Alasannya, sumber energi gas bumi ini tidak ada di semua tempat. Gas bumi harus dialirkan dari sumber menuju konsumen.
Memang saat ini sudah ada pipa-pipa yang menghubungkan tetapi belum terintegrasi semua. Ada ruas tertentu yang belum tersambung. Contohnya adalah sumber dari Arun yang sudah tersambung menuju Belawan hingga Sei Mangkei.
Namun, pipa distribusi ini dari Sei Mangkei menuju Dumai belum terbangun. Menyambungkan jaringan ini yang menjadi tantangan yang harus dihadapi.