Seramnya El Nino, Harga Gula Global Cetak Rekor Tertinggi

Brasil adalah eksportir gula terbesar, namun hasil panennya hanya akan membantu menutup kesenjangan pada tahun 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Nov 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2023, 17:00 WIB
gula-pasir
Pekerja tengah menata gula pasir di Gudang Bulog Jakarta, Selasa (14/2). Kemendag menyatakan, penetapan harga eceran tertinggi (HET) gula kristal putih sebesar Rp12.500 per kilogram akan dilakukan pada bulan Maret 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Industri gula menghadapi dampak dari fenomena panas ekstrem El Nino, lonjakan inflasi dan pelemahan mata uang, di mana perdagangan di berbagai negara telah mencapai harga tertinggi sejak 2011.

El Nino menimbulkan hambatan pada panen di India dan Thailand, eksportir gula terbesar kedua dan ketiga di dunia.

Hal ini hanyalah pukulan terbaru bagi negara-negara berkembang yang sudah menghadapi kekurangan bahan pangan seperti beras dan larangan bahan pangan lainnya yang telah menambah inflasi.

Mengutip Channel News Asia, Senin (20/11/2023) Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan penurunan produksi gula global akan mencapai 2 persen pada musim 2023-2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Angka ini menandai penurunan sekitar 3,5 juta metrik ton, kata Fabio Palmeri, analis pasar komoditas global FAO.

Brasil adalah eksportir gula terbesar, namun hasil panennya hanya akan membantu menutup kesenjangan pada tahun 2024. Sampai saat itu tiba, negara-negara yang bergantung pada impor, seperti sebagian besar negara di Afrika Sub-Sahara masih rentan terhadap kekurangan pasokan.

Nigeria, misalnya, membeli 98 persen gula mentahnya dari negara lain. Pada 2021, negara ini melarang impor gula rafinasi yang bertentangan dengan rencana membangun pengolahan gula dalam negeri dan mengumumkan proyek senilai USD 73 juta untuk memperluas infrastruktur gula.

Di Thailand, efek El Nino di awal musim tanam tidak hanya mengubah kuantitas tetapi juga kualitas panen, ungkap Naradhip Anantasuk, pemimpin Asosiasi Penanam Gula Thailand.

Dia memperkirakan hanya 76 juta metrik ton tebu yang akan digiling pada musim panen tahun 2024, dibandingkan dengan 93 juta metrik ton tahun ini.

Adapun Indonesia – importir gula terbesar tahun lalu, menurut USDA – telah mengurangi impor dan Tiongkok terpaksa melepaskan gula dari stoknya untuk mengimbangi tingginya harga di dalam negeri untuk pertama kalinya dalam enam tahun.

 

Dampak di India

gula-pasir
Bagi beberapa negara, mengimpor gula yang lebih mahal menghabiskan cadangan mata uang asing seperti dolar dan euro yang juga diperlukan untuk membayar minyak dan komoditas penting lainnya, ungkap El Mamoun Amrouk, ekonom FAO. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ada juga India yang mengalami cuaca terkering dalam lebih dari satu abad terakhir pada Agustus 2023.

Produksi gula negara itu diprediksi menurun sebesar 8 persen tahun ini, menurut Asosiasi Pabrik Gula India.

Negara dengan populasi terbesar di dunia ini juga merupakan konsumen gula terbesar dan kini membatasi ekspor gula.

 

Impor Gula Kini Lebih Mahal Dibanding Komoditas Lainnya

gula-pasir
Pekerja tengah menata gula pasir di Gudang Bulog Jakarta, Selasa (14/2). Kemendag menyatakan, penetapan harga eceran tertinggi (HET) gula kristal putih sebesar Rp12.500 per kilogram akan dilakukan pada bulan Maret 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bagi beberapa negara, mengimpor gula yang lebih mahal menghabiskan cadangan mata uang asing seperti dolar dan euro yang juga diperlukan untuk membayar minyak dan komoditas penting lainnya, ungkap El Mamoun Amrouk, ekonom FAO.

Salah satunya Kenya, yang membatasi impor untuk melindungi petani lokal dari persaingan asing, namun pemerintah membatalkan keputusan tersebut karena hasil panen menyusut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya