Produksi Minyak Dunia 2024 Bakal Surplus Meski OPEC Pangkas Produksi

Harga minyak dunia telah turun menjadi sekitar USD 82 per barel untuk minyak mentah Brent.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Nov 2023, 16:29 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2023, 16:29 WIB
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Atlascompany
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Atlascompany

Liputan6.com, Jakarta Pasar minyak dunia diprediksi akan mengalami sedikit surplus pasokan pada 2024, meski negara-negara OPEC+ memperpanjang pengurangan produksi mereka.

Hal itu diungkapkan kepala divisi pasar minyak dan industri Badan Energi Internasional (IEA), Toril Bosoni.

"Namun saat ini, pasar minyak berada dalam defisit dan stok menurun dengan cepat," kata Toril Bosoni di sela-sela konferensi di Oslo, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (22/11/2023).

"Stok minyak global berada pada level rendah, yang berarti Anda berisiko mengalami peningkatan volatilitas jika ada kejutan baik di sisi permintaan maupun penawaran," bebernya.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan mempertimbangkan apakah akan melakukan pengurangan pasokan minyak tambahan ketika kelompok tersebut bertemu akhir bulan ini.

Harga minyak dunia telah turun menjadi sekitar USD 82 per barel untuk minyak mentah Brent dari level tertinggi tahun 2023 pada bulan September yang mendekati USD 98.

Kekhawatiran terhadap permintaan dan kemungkinan surplus tahun depan telah menekan harga, meskipun ada dukungan dari pemotongan produksi OPEC+ dan konflik di Timur Tengah.

Seperti diketahui, Arab Saudi, Rusia, dan anggota OPEC+ lainnya telah memutuskan pemangkasan total produksi minyak sebesar 5,16 juta barel per hari, atau sekitar 5 persen dari permintaan global harian, dalam serangkaian langkah yang dimulai pada akhir tahun 2022.

Pemotongan tersebut mencakup 3,66 juta barel per hari oleh OPEC+ dan tambahan pemotongan sukarela oleh Arab Saudi dan Rusia.

Pada pertemuan kebijakan terakhirnya pada Juni 2023, OPEC+ menyetujui kesepakatan luas untuk membatasi pasokan hingga tahun 2024 dan Arab Saudi menjanjikan pengurangan produksi sukarela pada bulan Juli sebesar 1 juta barel per hari yang kemudian diperpanjang hingga akhir tahun 2023.

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 35 sen, atau 0,4 persen, menjadi USD 81,97 per barel pada Selasa (21/11), sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 36 sen, atau 0,5 persen, menjadi USD 77,47.

Harga Minyak Dunia Hari Ini Meroket, Brent Sentuh USD 80 per Barel

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Harga patokan minyak mentah Brent berakhir di atas USD 80 per barel pada hari Kamis (Jumat wakltu Jakarta). Harga minyak dunia melonjak setelah kekhawatiran permintaan dan memudarnya premi risiko perang memicu aksi jual awal pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Jumat (10/11/2023), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup pada USD 80,01 per barel, naik 47 sen atau 0,59%. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir pada USD 75,74 per barel, naik 41 sen atau 0,54%.

Pada akhir perdagangan Kamis, komentar Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan mengguncang harapan pasar saham dan minyak mentah akan permintaan yang kuat.

"Ada hambatan ekonomi makro yang mempengaruhi pasar saat ini," kata John Kilduff, Mitra Again Capital LLC.

Fundamental pasar mendominasi sentimen pedagang sepanjang hari Kamis karena kekhawatiran akan gangguan pasokan di Timur Tengah telah mereda, kata Jim Burkhard, wakil presiden dan kepala penelitian pasar minyak di S&P Global Commodity Insights.

"Permulaan perang Israel-Hamas memang memicu volatilitas dan membawa risiko tambahan, namun hal itu tidak mempengaruhi fundamental pasar minyak," kata Burkhard.

"Harga minyak masih di bawah harga pada akhir September, seminggu sebelum serangan Hamas. Fundamental pasar minyak yang kuat mengatasi segala ketakutan saat ini."

Harga Minyak Brent

Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Artphoto_studio
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Artphoto_studio

Sedangkan harga minyak Brent turun hampir USD 20 per barel dari harga tertingginya di bulan September.

Data dari Tiongkok pada hari Kamis menunjukkan para pengambil kebijakan kesulitan mengendalikan disinflasi, sehingga menimbulkan keraguan atas peluang pemulihan ekonomi secara luas di negara konsumen komoditas terbesar dunia tersebut.

Pada awal minggu ini, data bea cukai menunjukkan bahwa total ekspor barang dan jasa China mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan.

Permintaan Minyak

Hadapi Cuaca Ekstrim, Ditjen Migas Minta Badan Usaha Susun Upaya Mitigasi
Minyak dan Gas Bumi

Indikator permintaan juga menyiratkan kelemahan di Amerika Serikat. Persediaan minyak mentah AS meningkat 11,9 juta barel selama seminggu hingga 3 November, kata sumber yang mengutip angka American Petroleum Institute.

Jika terkonfirmasi, angka ini akan mewakili kenaikan mingguan terbesar sejak Februari. Namun, Administrasi Informasi Energi (EIA) AS telah menunda rilis data persediaan minyak mingguan hingga 15 November untuk peningkatan sistem.

Namun, pasar global optimis pada hari Kamis karena keyakinan bahwa bank sentral utama telah menyelesaikan  kenaikan suku bunga mereka. Suku bunga yang tinggi meningkatkan biaya pinjaman, sehingga mengurangi permintaan di pasar, termasuk minyak.

Baik OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) akan menyampaikan pandangan mereka mengenai keadaan fundamental permintaan dan pasokan minyak minggu depan.

OPEC akan bertemu pada akhir bulan ini untuk membahas kebijakan produksi untuk tahun 2024.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya