Liputan6.com, Jakarta - Black Friday diharapkan memberikan diskon besar dan godaan lainnya untuk memikat pembeli. Namun, peritel khawatir diskon besar itu tidak cukup.
Dikutip dari laman AP, Jumat (24/11/2023), konsumen berada di bawah tekanan karena tabungan berkurang dan utang kartu kredit bertambah di tengah perayaan Black Friday. Konsumen mendapat sedikit bantuan dari berkurangnya inflasi, tapi banyak barang dan jasa, harganya masih lebih tinggi dibandingkan tiga tahun lalu.
Baca Juga
Barbara Lindquist (85) dari Hawthorne Woods, Illinois menuturkan, dirinya dan suami berencana habiskan USD 1.000 untuk hadiah liburan bagi tiga anaknya yang sudah dewasa, 13 cucu dan tiga cicit. Itu hampir sama dengan tahun lalu.
Advertisement
Namun, Lindquist yang bekerja sebagai guru di gereja menuturkan akan fokus pada daftar belanja mengingat masih tingginya harga daging dan bahan pokok lainnya. Ia berencana membeli lebih banyak kartu hadiah yang menurut dia akan membantu memenuhi anggarannya. "Saya mencari nilai,” ujar dia dikutip dari AP.
Banyak peritel telah memesan lebih sedikit barang untuk musim libur ini dan mendorong penjualan lebih awal pada liburan pada Oktober dibandingkan tahun lalu untuk membantu pembeli membagi pengeluarannya. Mendorong belanja pada awal tampaknya menjadi tren yang semakin nyata selama pandemi saat pasokan terhambat pada 2021 membuat warga membeli lebih awal karena takut tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Namun, peritel mengatakan, banyak pembeli akan fokus pada penawaran dan akan menanti hingga menit terakhir. Best Buy mengatakan mendorong lebih banyak barang pada harga pembukaan. Sedangkan Kohl’s menyederhanakan penawaran, mempromosikan barang di bawah titik harga tertentu seperti USD 25 di tokonya.
Dibayangi Ketidakpastian Ekonomi
Target mengatakan pembeli menunggu lebih lama untuk membeli barang. Misalkan alih-ali hmembeli kaos dan jeans, pada Agustus-September, mereka bertahan hingga cuaca dingin.
"Jelas konsumen sangat tangguh. Namun, dalam penelitian kami, hal-hal seperti ketidakpastian, kehati-hatian dan pengelolaan anggaran menjadi prioritas utama,” ujar CEO Target Brian Cornell.
National Retail Federation atau Federasi Ritel Nasional, kelompok perdagangan ritel terbesar di Amerika Serikat prediksi pembeli akan membelanjakan lebih banyak pada 2023 dibandingkan tahun lalu. Akan tetapi, laju pembelian konsumen akan melambat mengingatkan ketidakpastian ekonomi.
Kelompok ini prediksi penjualan saat liburan di Amerika Serikat akan naik 3 persen-4 persen pada November hingga Desember, dibandingkan pertumbuhan 5,4 persen pada tahun lalu. Laju ini konsisten dengan rata-rata peningkatan liburan tahunan sebesar 3,6 persen dari 2010 hingga sebelum pandemi pada 2019.
Masyarakat Amerika Serikat meningkatkan pengeluaran selama pandemi COVID-19, dengan lebih banyak dana yang masuk ke kantong daric ek bantuan federal dan tidak ada tempat untuk pergi selama lockdown.Pada musim liburan 2021, penjualan periode dua bulan melonjak 12,7 persen.
Advertisement
Belanja Tersibuk Tahun Ini
Sementara itu, menurut Adobe Analytics, yang melacak pengeluaran online, diskon online seharusnya lebih baik dibandingkan tahun lalu terutama untuk mainan, elektronik, dan pakaian. Adobe Analytics prediksi mainan akan diskon rata-rata 35 persen dibandingkan 22 persen pada tahun lalu. Sementara barang elektronik akan diskon 30 persen dibandingkan tahun lalu 27 persen.
Di bidang pakaian, pembeli akan melihat diskon rata-rata 25 persen dibandingkan 19 persen tahun lalu. Analis menganggap libur akhir pekan Black Friday selama lima hari yang mencakup Senin atau dikenal Cyber Monday sebagai barometer utama pembeli untuk berbelanja.
Black Friday diperkirakan kembali menjadi momen belanja tersibuk tahun ini, menurut Sensormatic Solutions, perusahaan yang melacak lalu lintas toko. Sensormatic menyebutkan, rata-rata 10 hari belanja tersibuk di Amerika Serikat akan kembali sumbang sekitar 40 persen dari seluruh lalu lintas ritel pada saat liburan.
Chief Retail Adviser Circana sebuah firma riset pasar, Marshal Cohen menuturkan, pembeli hanya akan mengikuti daftar dan tidak membeli secara impulsif. Dia juga yakin pembeli akan meluangkan waktu untuk membeli sepanjang musim. "Tidak ada rasa urgensi. Konsumen berkata, saya akan belanja jika saya merasa nyaman,” ujar dia.
Mengenal Arti Black Friday
Sebelumnya mengutip Kanal Regional Liputan6.com, istilah “black friday” saat ini tengah menjadi perbincangan hangat publik terutama oleh masyarakat Amerika. Black friday sendiri adalah hari Jumat yang dirayakan oleh banyak orang setelah Hari Thanksgiving.
Thanksgiving dilakukan pada Kamis di minggu keempat pada bulan November sehingga sehari setelahnya adalah black friday. Pada 2023 ini, Black Friday jatuh pada 24 November 2023.
Beberapa barang branded akan memberikan diskon yang sangat menggiurkan pada saat black friday. Tentunya momen ini sangat dinantikan oleh banyak orang agar mendapatkan harga diskon pada produk yang diinginkan.
Di Amerika, diskon black friday sudah dimulai bahkan sejak pagi buta pada Jumat. Diskon tersebut berasal dari berbagai produk fesyen hingga peralatan rumah tangga.
Melansir dari english.elpais, black friday merupakan diskon yang sangat populer dan menarik banyak orang. Tradisi ini juga berlaku untuk diskon penjualan secara offline dan online.
Setelah pandemi COVID-19, diskon black friday sudah gencar dilakukan secara online. Saat ini juga banyak pelanggan yang lebih menikmati momen diskon tersebut untuk berbelanja dari rumah tanpa harus pergi ke toko pada waktu dini hari.
Di luar negeri, toko-toko yang sering menggelar diskon black friday besar-besaran adalah Amazon, Home Depot, Walmart, Gamestop, Best Buy, Target, Macy’s Lowe’s dan masih banyak lagi.
Advertisement