Singgung Masalah Geopolitik Global, Jokowi: Enggak Ada Angin Enggak Ada Hujan Tahu-Tahu Perang

Jokowi mengamini, isu-isu domestik di belahan dunia lain berpengaruh pada lingkup global. Ini tercermin dari kondisi ekonomi yang dinilai sedang tidak baik-baik saja.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 29 Nov 2023, 22:30 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2023, 22:30 WIB
Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)
Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali menyinggung soal ketegangan geopolitik global. Mulai dari perang Rusia-Ukraina hingga serangan Israel di Gaza, Palestina.

Kedua contoh ini yang disebut Jokowi terjadi secara mendadak. Alhasil, banyak negara yang tak bisa mengantisipasi dampaknya, termasuk pada sektor ekonomi.

Dia mengamini, isu-isu domestik di belahan dunia lain berpengaruh pada lingkup global. Ini tercermin dari kondisi ekonomi yang dinilai sedang tidak baik-baik saja.

"Dunia memang tidak sedang baik-baik saja, banyak fenomena isu domestik negara-negara yang berdampak ke global. Amerika Serikat inflasi dan suku bunga tinggi, RRT pelambatan ekonomi dan krisis properti, peningkatan tensi geopolitik, yang semua dadkan semuanya," ujar Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

"Perang Ukraina enggak ada hujan enggak ada angin tau-tau perang. Gaza, enggak ada hujan enggak ada angin, tau-tau perang," sambungnya.

Kepala negara mengungkap, jika memang perang harus meletup di sebuah negara, perlu ada pemberitahuan terlebih dahulu. Tujuannya, agar negara di belahan dunia lainnya bisa bersiap atas potensi dampak yang akan meluas.

"Semua negara pengennya kalau mau perang, memberitahu dulu. Jadi kita bisa siap-siap apa yang perlu disiapkan," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Cari Tahu Lewat Pertemuan Internasional

Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)
Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)

Lantas, Jokowi mengaku tak tinggal diam melihat adanya kondisi tersebut. Dia mengaku kerap mendatangi konferensi internasional untuk mencari tahu perkembangan dari dampak perang yang terjadi.

"Sehingga saya selalu ingin menghadiri konferensi, summit, pertemuan-pertemuan internasional karena memang ingin mendengar, ini sebetulnya mau lari kemana," kata dia.

Salah satu yang dicari tahu olehnya adalah soal dampaknya terhadap ekonomi. Seperti sektor pangan hingga energi.

"Perangnya masih lama atau besok bisa berhenti, damaknya apa terhadap ekonomi kita, dampaknya apa terhadap pangan di negara kita, dampaknya apa terhadap energi, terutama yang berkaitan dengan harga," tuturnya.

 


Ketidakpastian Ekonomi Masih Berlanjut

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)

Diberitakan sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap ketidakpastian ekonomi masih akan terus berlanjut hingga 2024, tahun depan. Namun, sinyal perbaikan ekonomi global ini diprediksi bisa terjadi pada tahun 2025.

Perry mengatakan, kondisi ekonomi yang belum bangkit dipengaruhi oleh konflik geopolitik global. Pertama, perang Rusia-Ukraina. Kedua, memanasnya ketegangan Israel dan Hamas di Palestina. Disamping itu, ada pula perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

"Dunia masih terus bergejolak, perang Rusia-Ukraina perang dagang Amerika dan Tiongkok dan kini konflik Israel di Palestina," kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

"Fragmentasi geopolitik berdampak pada fragmentasi geoekonomi, akibatnya prospek ekonomi global akan meredup pada tahun 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada tahun 2025," imbuhnya.

Dia mencatat, setidaknya ada 5 karakteristik ketidakpastian ekonomi global. Ini dirangkum melihat tren yang terjadi dalam gejolak perekonomian setiap negara di dunia.

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang diramal menurun ke 2,8 persen pada 2024 dan baru bisa mencapai 3 persen di 2025. Perry menyebut ini sebagai slower and divergent growth.

"Amerika masih baik, Tiongkok melambat, India dan Indoneisa tumbuh tinggi," kara dia.

 


Penurunan Inflasi Melambat

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)

Kedua, ada istilah gradual disinflation. Menurutnya ini adalah kondisi penurunan inflasi yang lambat meski pengetatan moneter sudah dilakukan secara agresif oleh negara-negara maju. Perry meramal inflasi baru akan turun pada 2024.

"Itupun masih diatas target karena harga energi pangan global dan keketatan pasar tenaga kerja," ungkap dia.

Ketiga, kondisi yang disebut higher for longer. Ini merujuk pada FED Fund Rate yang masih terus tinggi di 2024. Bahkan Perry menyebut ada kecenderungan yield US treasury masih akan meningkat karena membengkaknya utang peemerintah Amerika Serikat.

Keempat, menguatnya dolar Amerika Serikat sehingga mengakibatkan tekanan terhadap depresiasi nilai tukar di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Infografis Harapan & Langkah Nyata G20 Jadi Katalis Pemulihan Ekonomi
Infografis Harapan & Langkah Nyata G20 Jadi Katalis Pemulihan Ekonomi (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya