Menkeu Janet Yellen Pede Ekonomi AS Membaik: Inflasi Terkendali dan Upah Pekerja Naik

Janet Yellen memastikan bahwa AS akan melihat periode inflasi rendah serta kenaikan upah yang berkelanjutan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 08 Jan 2024, 20:00 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2024, 20:00 WIB
Pimpinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen
Pimpinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen (Foto: Bloomberg)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen kembali memastikan bahwa perekonomian negaranya dapat mencapai soft landing.

Yellen juga memastikan bahwa periode inflasi rendah serta kenaikan upah yang berkelanjutan penting, agar masyarakat Amerika merasa nyaman dengan prospek masa depan mereka.

Dia juga mengatakan dalam sebuah wawancara setelah data pertumbuhan lapangan kerja bulan Desember yang solid bahwa pola belanja konsumen menunjukkan kepercayaan terhadap perekonomian AS.

"Apa yang kita lihat sekarang, saya pikir bisa kita gambarkan sebagai soft landing dan harapan saya adalah hal ini akan terus berlanjut,” kata Yellen, dikutip dari US News, Senin (8/1/2024).

Data Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa produk domestik bruto Amerika naik pada tingkat tahunan sebesar 5,2 persen dari bulan Juli hingga September, atau kuartal III 2023.

Angka terbaru yang dirilis pada hari Rabu mencerminkan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan dengan perkiraan awal Departemen Perdagangan sebesar 4,9 persen.

Diwartakan sebelumnya, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva beberapa waktu sebelumnya juga mengatakan hal senada, bahwa perekonomian AS akan menuju soft landing dengan prospek pertumbuhan yang cukup kuat.

Dia menyebut sudah saatnya masyarakat di Amerika Serikat untuk bersemangat terhadap kondisi perekonomian negara mereka, karena inflasi semakin mereda, pasar kerja yang kuat dan tingkat suku bunga yang moderat.

"Masyarakat seharusnya merasa senang dengan perekonomian karena mereka pada akhirnya akan melihat kelegaan dalam hal harga," kata Georgieva.

Dia bahkan memuji ketegasan Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi.

"Meskipun hal ini menyakitkan, terutama bagi usaha kecil, hal ini telah membawa dampak yang diinginkan tanpa mendorong perekonomian ke dalam resesi," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan CNN.

Namun, Georgieva juga mengingatkan risiko yang dapat datang dari fragmentasi ekonomi global akibat tensi geopolitik, karena meningkatnya pembatasan keamanan nasional, dimana negara-negara cenderung memilih blok terpisah yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Tiongkok.

 


Ramalan Sri Mulyani: Ekonomi AS Positif, China Nyungsep

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers: APBN KITA Mei 2023, Senin (22/5/2023). Sri Mulyani mengatakan APBN 2023 mengalami surplus Rp 234,7 triliun di April 2023.(Tira/Liputan6.com)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers: APBN KITA Mei 2023, Senin (22/5/2023). Sri Mulyani mengatakan APBN 2023 mengalami surplus Rp 234,7 triliun di April 2023.(Tira/Liputan6.com)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membandingkan kondisi perekonomian antara Amerika Serikat (AS) dan China. Diketahui, dua negara tersebut tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.

Sri Mulyani menyebut, saat ini, ekonomi Amerika Serikat berada dalam kondisi lebih baik ketimbang pesaingnya imbas kenaikan suku bunga oleh bank sentral setempat. Bahkan, ekonomi AS diproyeksikan mampu berada di zona positif hingga akhir tahun ini.

"Untuk Amerika nampaknya muncul lebih ada suatu harapan, karena resiliensi dari perekonomiannya, hingga akhir tahun ini. Sehingga, paling tidak perekonomian dunia terbesar bisa bertahan dengan kenaikan suku bunga yang luar biasa," ujar Sri Mulyani dalam acara Seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Hotel St Regis, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (22/12).

Sebaliknya, perekonomian China justru tengah dalam tekanan akibat persoalan penuaan usia penduduk. Bendahara negara ini menilai permasalahan ekonomi yang dialami China bersifat struktural.

"Persoalan (China) yang kita lihat lebih ke fundamental seperti masalah aging, masalah properti yang NPL-nya walau pulih, tapi tidak bisa langsung beri pengaruh ke growth (pertumbuhan ekonomi) jadi ini masalah fundamental," urainya.

Oleh karena itu, Sri Mulyani menilai ketidakpastian perekonomian dunia pada tahun 2024 masih tinggi. Terlebih di sejumlah kawasan masih dilanda persoalan ketegangan geopolitik yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global.

"Dan itu menimbulkan downside risk. Jadi, kita tetap akan menghadapi 2024 dari sisi eksternalnya tidak friendly dan punya masalah fundamental," pungkas Sri Mulyani.

 


Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mencalonkan mantan Kepala Eksekutif Mastercard, Ajay Banga sebagai Presiden Bank Dunia.MONEY SHARMA / AFP
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mencalonkan mantan Kepala Eksekutif Mastercard, Ajay Banga sebagai Presiden Bank Dunia.MONEY SHARMA / AFP

Sebelumnya, Presiden Bank Dunia, Ajay Banga justru menilai pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia relatif cukup baik di tengah tren perlambatan perekonomian dunia.

Ini menjadi salah satu poin yang dia sampaikan saat bertemu delegasi Asia Tenggara dalam KTT ASEAN di Jakarta.

"Dunia sedang mengalami pertumbuhan yang lambat, tapi ASEAN, Indonesia khususnya, cukup baik," ujar Ajay saat berkunjung ke Kabupaten Tangerang, Kamis (7/9).

Ajay menyampaikan, Asia Tenggara akan menjadi mesin pertumbuhan (engine growth) dalam jangka waktu lama. Sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi semakin lebih baik di kawasan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya