Bukan Orang Miskin, DEN Usul Kompor Listrik Sasar Orang Kaya

Selain kompor listrik, DEN mengusulkan agar penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan juga menyasar kelompok menengah atas.

oleh Tim Bisnis diperbarui 18 Jan 2024, 12:15 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2024, 12:15 WIB
Miliki Banyak Dampak Ekonomis, Konversi Kompor Gas ke Listrik Perlu segera Diregulasi
Ilustrasi kompor listrik. (Foto:Dok.PLN)

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengusulkan agar transisi energi dimulai dari masyarakat kalangan menengah ke atas. Semisal penggunaan kompor listrik alias kompor induksi.

"Menurut kami, kompor induksi harusnya juga dimulai dari masyarakat yang mampu," kata Djoko dalam Konferensi pers capaian kinerja DEN tahun 2023 dan program tahun 2024, dikutip Kamis (18/1/2024).

Djoko beralasan masyarakat menengah ke atas memiliki daya beli yang lebih baik dibandingkan kelas bawah. Sehingga, proses transisi terimplementasi melalui penggunaan kompor listrik berjalan baik tanpa hambatan masalah keuangan. "Kompor induksi (listrik) itu dimulai jangan dari orang miskin, justru dari orang kaya, menengah ke atas," ucapnya.

Selain kompor listrik, Djoko mengusulkan agar penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan juga menyasar kelompok menengah atas. Alasannya, daya beli yang dimiliki masyarakat kaya lebih tinggi.

"Bensin juga begitu, karena masyarakat miskin daya belinya masih rendah jadi ya ga mulai-mulai transisi sampai sekarang, angkanya rendah terus," lanjutnya.

Djoko menginformasikan bahwa program pembagian kompor induksi yang sempat dihentikan dikaji kembali untuk kembali dilaksanakan.

"Jadi kemarin yang sempat dihentikan coba dikaji lagi, dimulai lagi. Dimulai yang bisa kita laksanakan. Mudah-mudahan kompor induksi bisa dimulai lagi," ungkap Djoko.

Dia mengatakan, sambil menunggu hasil kajian pemberian kompor listrik, pemerintah menggantinya dengan memberikan alat memasak listrik (rice cooker) yang lebih murah harganya dan dapat digunakan untuk memasak.

"Permen ESDMnya sudah keluar untuk pembagian rice cookcker 500 ribu tergetnya. Kenapa rice cookcker? karena itu paling bisa diimplementasikan. Kita tinggal beli, harganya juga lebih murah dari kompor listrik, dengan harga di bawah satu juta bisa dapat lebih banyak," pungkas Djoko. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Masyarakat Belum Siap

Sebelumnya, pemerintah berencana mengganti kompor gas menjadi kompor listrik. Sayangnya rencana program ini dinilai belum tepat karena masyarakat yang belum siap.

Salah satu kendala yang bakal dihadapi masyarakat yakni masalah penggunaan daya listrik di tingkat rumah tangga. Rata-rata kompor listrik atau kompor induksi ini memerlukan daya yang tinggi.

Paling tindak kompor listrik membutuhkan daya 1.000 watt. Sementara itu, pengguna daya listrik rumah tangga rata-rata hanya 450 VA, 900 VA dan 1.300 VA.

"Jadi kalau masyarakat tradisional ini tidak akan terbiasa karena membutuhkan (daya listrik) yang besar juga," kata Ekonom Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Selasa (20/9).

Selain besarnya daya yang diperlukan, penggunaan kompor listrik dinilai membutuhkan waktu yang lebih lama waktu lebih lama agar bisa menghasilkan panas yang optimal atau yang dibutuhkan, ketimbang menggunakan kompor gas LPG. Hal ini tentu akan berimbas pada banyaknya daya listrik yang digunakan. 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya