Liputan6.com, Cilacap - Ternyata banyak hal yang terkategori kebaikan luar biasa jika kita menyadarinya. Tak harus ibadah yang berat-berat. Namun yang terkategori sedang dan ringan pun dinilai oleh Allah sudah merupakan kebaikan luar biasa.
Ulama kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) membeberkan hal penting yang selama ini tidak pernah terfikirkan.
Murid Mbah Moen ini menegaskan bahwa tatkala masyarakat kita tidak melakukan kejahatan ini merupakan aset sejati bangsa Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
“Semua masyarakat kita yang menahan potensi kejahatannya itu ialah aset sejati bangsa Indonesia,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @Menikmatihalal, Rabu (19/03/2025).
Simak Video Pilihan Ini:
Kejahatan Sumber Kehancuran
Menurut Gus Baha seseorang itu tidak melakukan kejahatan merupakan kebaikan yang luar biasa, sebab kejahatan itu sumber kehancuran suatu bangsa.
“Karena sekali mereka berkejahatan, entah itu mencuri, memperkosa, habis harapan kita sebagai bangsa,” paparnya.
Gus Baha menyarankan, seharusnya penghargaan itu bukan hanya berlaku bagi mereka yang melakukan kebaikan saja, melainkan juga bagi mereka yang tidak melakukan kejahatan.
“Tapi selama ini menunggu mengapresiasi itu yang bentuknya fi’lun, yang bentuknya mereka melakukan apa," paparnya.
“Sebetulnya tidak, tidak melakukan itu sudah bagian dari kebaikan yang luar biasa," sambungnya.
Advertisement
Pahala Meninggalkan Maksiat
Mengutip uinjkt.ac.id, pahala meninggalkan maksiat itu begitu hebat. Saking hebatnya sampa-sampai Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan kehinaan maksiat menuju kemuliaan taat, maka Allah akan membuatnya kaya tanpa harta, mengokohkannya tanpa tentara, dan membuatnya berjaya tanpa massa pendukung.” (HR. Baihaki). Alhamdulillah.
Secara umum, orang dikatakan kaya karena berharta. Harta dibelanjakan untuk mendapatkan kesenangan dan ketenangan. Namun harta hanya bisa membeli kesenangan, tidak ketenangan. Oleh karena itu, menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Nashaihul Ibad, orang yang meninggalkan maksiat akan diberikan ketenangan di dalam hati.
Sebuah bangsa menjadi kokoh karena dijaga oleh bala tentara. Sama seperti orang yang menjadi aman karena banyak para penjaga di kiri dan kanan. Namun bagi orang yang meninggalkan maksiat, akan diberikan kekuatan oleh Allah SWT. Sebuah kekuatan yang tidak ada yang mampu membandinginya dan menandinginya.
Dalam kontestasi politik, seorang kandidat pejabat legislatif atau eksekutif memburu konstituen untuk mendapatkan dukungan. Namun bagi orang yang meninggalkan maksiat, Allah SWT akan memberikan kejayaan dalam berbagai lapangan kehidupan tanpa perlu ada manusia yang mendukungnya. Allah SWT sendiri yang membuatnya berkibar.
Secara filosofis, meninggalkan maksiat adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Seseorang yang berbuat dosa kecil, misalnya, ia tidak boleh memandang kecilnya dosa itu. Tetapi kepada siapa dosa kecil diperbuat, yakni kepada Allah SWT. Sama seperti orang yang mendapatkan kebaikan kecil, harus dipandang dari siapa kebaikan itu berasal.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
