Raksasa Migas Italia Mau Investasi Rp 250 Triliun di Indonesia

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengabarkan, Eni yang merupakan perusahaan migas raksasa Italia hendak berinvestasi sekitar USD 16 miliar, atau setara Rp 250,56 triliun di Indonesia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 02 Feb 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2024, 17:30 WIB
Bahas Pengelolaan Sampah, Menteri ESDM Temui Pimpinan KPK
Menteri ESDM Arifin Tasrif (kiri) mengatakan, investasi itu dikucurkan setelah Eni menemukan cadangan gas dari sumur eksplorasi Geng North-1 di Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengabarkan, Eni yang merupakan perusahaan migas raksasa Italia hendak berinvestasi sekitar USD 16 miliar, atau setara Rp 250,56 triliun di Indonesia.

Hal itu disampaikannya selepas mendampingi perwakilan Eni bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/2/2024).

"Pengembangan Eni akan menginvestasikan USD 16 miliar di Indonesia, untuk nambah produksi gas," ujar Arifin.

Arifin mengatakan, investasi itu dikucurkan setelah Eni menemukan cadangan gas dari sumur eksplorasi Geng North-1 di Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Aset itu mulanya milik Neptune dengan cadangan 5,8 triliun kaki kubik (TCF).

Selain itu, Eni juga telah merampungkan akusisi proyek strategis nasional (PSN) Indonesia Deepwater Development (IDD) dari Chevron. Pengembangannya nanti akan disatukan dengan Geng North yang juga diusulkan jadi PSN.

"Eni kan sudah beroperasi di situ. Tadinya dia gabung dengan Neptune, lalu Neptune lepas sahamnya diambil Eni. Jadi sekarang 100 persen (Eni), sebelumnya grup ini mengakuisisi IDD-nya si Chevron," terangnya.

"Kita harapkan start produksinya mulai 2025, 2026, puncaknya di 2027," kata Arifin Tasrif.

Miris! Cadangan Gas Alam Melimpah, Indonesia Masih Impor 5,5 Juta Ton LPG per Tahun

PT PGN Tbk akan fokus utilisasi gas bumi untuk domestik dengan mengembangkan dan mengombinasikan infrastruktur pipa dan beyond pipeline. (Dok PGN)
Produksi gas alam dalam negeri terus mengalami tren kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. (Dok PGN)

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut, total volume impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) oleh Indonesia mencapai lebih dari 5,5 juta ton per tahun. Bahkan, angka impor LPG terus berada dalam tren kenaikan.

"LPG kita impor lebih dari 5,5 juta ton per tahun dan trennya terus meningkat," kata Menteri Arifin dalam acara Seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Hotel St Regis, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (22/12/2023).

Padahal, kata Arifin, Indonesia memiliki cadangan gas alam yang melimpah untuk menggantikan LPG. Namun, kekayaan SDA tersebut belum termanfaatkan secara optimal.

"Sementara kita memiliki (cadangan) gas berlebih," ujar Menteri Arifin.

Beruntung, produksi gas alam dalam negeri terus mengalami tren kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Menteri Arifin berharap, peningkatan produksi gas alam menggantikan pemakaian LPG di sektor rumah tangga maupun restoran.

"Untuk itu l, transmisi perlu kita bangun baik transmisi listrik dan gas. Transmisi gas ini bisa menggantikan LPG  untuk bisa masuk ke rumah tangga, restoran, hotel, untuk gantikan LPG yang kita impor," pungkas Menteri Arifin.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati optimis dalam dalam beberapa tahun ke depan Indonesia tidak akan lagi impor gas LPG. Setidaknya tahun 2027 Indonesia berhenti membeli gas LPG dari luar negeri.

"Tahun 2027 kita enggak impor gas LPG lagi," kata Nicke dalam Investor Daily Summit 2021, Jakarta, Rabu (14/7).

Kebutuhan LPG

Anggaran Ditambah Rp235 Miliar, LPG 3 Kg Dijamin Tak Naik
Pekerja merapikan tabung gas 3 kilogram dari atas truk saat distribusi di kawasan Jakarta, Senin (13/6/2022). PT Pertamina (Persero) menerima tambahan belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan liquefied petroleum gas (LPG) sebesar Rp235 miliar. Dengan tambahan itu, maka BBM jenis Pertalite dan Gas LPG 3 Kg dipastikan tidak akan naik. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saat ini 70 persen kebutuhan LPG masih dipenuhi dari luar negeri. Maka, untuk mengurangi beban impor tersebut Pemerintah dan Perusahaan BUMN akan melakukan substitusi dengan sumber daya yang dimiliki Indonesia.

Penggunaan kompor LPG juga akan subtitusi dengan penggunaan kompor induksi. Sehingga masyarakat bisa memasak menggunakan listrik.

Program jaringan gas juga akan diperluas dan dipercepat. Agar masyarakat tidak lagi menggunakan LPG. Dua program ini kata Nicke akan mengurangi penggunaan LPG secara bertahap di masyarakat.

Infografis Ladang Gas
10 Ladang Gas Terbesar Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya