Liputan6.com, Jakarta - Kekayaan pengusaha Indonesia Prajogo Pangestu anjlok sekitar USD 6,5 miliar atau sekitar Rp 105,39 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat di kisaran 16.208). Hal itu seiring koreksi saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) pada pekan ini.
Berdasarkan data Forbes, dikutip Jumat (7/6/2024), kekayaan pengusaha Prajogo Pangestu ini turun USD 6,5 miliar menjadi USD 46,2 miliar atau sekitar Rp 748,43 triliun. Saat ini, posisi Prajogo Pangestu sebagai orang terkaya ke-27 di dunia.
Baca Juga
Adapun penurunan kekayaan Prajogo Pangestu ini seiring koreksi sejumlah saham emiten yang dimiliki salah satunya BREN. Saham BREN anjlok 26,44 persen dalam sepekan terakhir. Pada perdagangan Jumat 7 Juni 2024 pukul 14.41 WIB, harga saham BREN turun 9,7 persen ke posisi Rp 6.050 per saham.
Advertisement
Selain itu, saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) susut 7,9 persen dalam sepekan terakhir. Pada Jumat sore, hingga artikel ini ditulis, saham TPIA merosot 2,59 persen ke posisi Rp 8.475 per saham. Harga saham TPIA dibuka stagnan di posisi Rp 8.700 per saham. Harga saham TPIA berada di level tertinggi Rp 8.750 dan terendah Rp 8.450 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.106 kali dengan volume perdagangan 131.252 saham. Nilai transaksi Rp 112,7 miliar.
Lalu saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) susut 9,39 persen selama sepekan terakhir. Pada Jumat sore, saham BRPT turun 0,51 persen ke posisi Rp 970 per saham. Harga saham BRPT dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 985 per saham. Harga saham BRPT berada di level tertinggi Rp 990 dan terendah Rp 960 per saham. Total frekuensi perdagangan 7.949 kali dengan volume perdagangan 561.912 saham. Nilai transaksi Rp 54,9 miliar.
Berbeda dengan saham emiten lainnya milik Prajogo Pangestu, saham CUAN melompat 4,33 persen selama sepekan sepekan terakhir. Pada Jumat sore, harga saham CUAN melonjak 4,68 persen ke posisi Rp 7.825 per saham. Harga saham CUAN dibuka naik 100 poin ke posisi Rp 7.525 per saham. Saham CUAN berada di level tertinggi Rp 8.025 dan terendah Rp 7.525 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.966 kali dengan volume perdagangan 39.097 saham. Nilai transaksi Rp 30,6 miliar.
Mengenal Pengusaha Indonesia Prajogo Pangestu
Prajogo Pangestu saat ini masih masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Melansir dari Forbes, Prajogo Pangestu masuk pada urutan ke-24 sebagai orang terkaya di dunia per 3 Januari 2024.
Adapun Prajogo Pangestu seorang pengusaha yang masuk posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih sekitar 55,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp862,8 triliun (dalam kurs Rp 15.519 per dollar AS).
Namanya berurutan di antara nama-nama orang terkaya lainnya di Indonesia seperti Low Tuck Kwong, Budi Hartono, Michael Hartono, Sri Prakash Lohia, Chairul Tanjung, dan masih banyak lagi.
Melansir dari beberapa sumber, Prajogo Pangestu lahir pada 13 Mei 1944 di Bengkayang, Kalimantan Barat. Mengutip dari Forbes Prajogo Pangestu telah menikah dan dikaruniai dengan tiga anak.
Prajogo sendiri merupakan anak dari seorang pedagang karet dan pernah bekerja sebagai sopir angkot karena cuman lulusan SMP. Ketika bekerja sebagai sopir angkot Prajogo Pangestu mulai mendapatkan celah untuk menjadi seorang pengusaha.
Saat itu Prajogo bertemu dengan pengusaha kayu Malaysia bernama Bong Sun On atau burhan Uray pada 1960-an. Pengusaha kayu tersebut kemudian mengajak Prajogo untuk bekerja di perusahaan miliknya Djajanti Timber Group.
Melalui perkenalan tersebut Prajogo akhirnya bergabung ke PT Djajanti Group pada 1969 dan dipercaya untuk mengelola Hak Pengusaha Hutan (HPH) di Kalimantan Tengah. Melalui kerjaannya tersebut Prajogo akhirnya mempunyai banyak pengalaman dan pengetahuan terkait kayu.
Sehingga pada akhir 1980 Prajogo memutuskan untuk membuka bisnisnya sendiri dan mendirikan CV Pacific Lumber Coy. Tiga belas tahun kemudian ia mengubah nama perusahaannya menjadi Barito Pacific Timber.
Advertisement
Dari Mana Sumber Kekayaan Prajogo Pangestu?
Bisnis kayu yang dijalani oleh Prajogo sangat berkembang pesat dan menjadi salah satu pengusaha perkayuan terbesar di Indonesia sebelum krisis ekonomi 1997. Selain berbisnis kayu pada 2007 ia mulai berbisnis pada sektor lain.
Prajogo mulai berbisnis pada sektor lain dan nama perusahaannya berubah menjadi Barito Pacific serta mengakuisisi perusahaan petrokimia Chandra Asri dengan kepemilikan saham 70 persen. Perusahaan tersebut menjadi produsen petrokimia terbesar nasional setelah bergabung dengan Tri Polyta Indonesia.
Dia juga memperluas bisnisnya pada industri batu bara dan memperkenalkan Petrindo Jaya Kreasi yang IPO di bursa pada 2023. Namanya juga semakin dikenal publik akhir-akhir ini karena bisnisnya di sektor petrokimia dan energi.
Prajogo juga tergabung dalam konsorsium nusantara pimpinan Bos Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma yang berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Selain itu di sepanjang 2023 perusahaannya juga mengalami kinerja yang memuaskan terbukti dengan adanya kenaikan saham.
Sumber Kekayaan
Sumber kekayaan dari Prajogo Pangestu berasal dari PT Barito Pacific Timber (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA), PT Pertindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Pada 2023, empat bisnis milik Prajogo Pangestu mengalami kinerja yang memuaskan. Pasalnya kenaikan harga saham keempat perusahaannya tersebut semakin melonjak.
Bahkan salah satu perusahaannya yaitu Barito Renewables Energy yang baru listing di BEI pada Oktober 2023 lalu dalam sebulan terakhir harga sahamnya melonjak sekitar 867,9 persen.
Barito Pacific Bergerak di Bidang Apa?
PT Barito Pacific Tbk (BRPT) didirikan oleh orang terkaya Indonesia, Prajogo Pangestu pada 1979. Perusahaan ini bergerak di industri kehutanan, petrokimia dan properti, perkebunan.
Selain itu, Barito Pacific juga akan mengembangkan sejumlah lini usaha di antaranya tambang dan energi ke dalam sebuah perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi.
Kapitalisasi PasarBerdasarkan kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI), per 13 Februari 2023, kapitalisasi pasar saham BRPT mencapai Rp 79,22 triliun. Melansir dari berbagai sumber, Selasa (14/2/2023), awalnya perusahaan tersebut bernama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan yang dikenal sebagai perusahaan pengolah hasil hutan yang terintegrasi.
Barito Pacific mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan nama PT Barito Pacific Timber Tbk pada 1993.
Namun, perusahaan tidak menggunakan nama "Timber" lagi pada 2007 dan menjadi PT Barito Pacific Tbk. Hal itu dilakukan untuk merefleksikan diversifikasi lini usaha Barito saat ini dan juga pertumbuhannya di masa mendatang.
Sebagaimana diketahui, Barito Pacific hanya memiliki lima pabrik pengolahan yang bersama-sama memproduksi plywood, blockboard, particle board, dan wood working product yang diekspor ke Asia, Eropa dan Amerika pada 1993.
Akan tetapi, dengan adanya hambatan iklim Indonesia pada 1990-an dan krisis keuangan di Asia membuat perusaahan berhenti memproduksi plywood. Kemudian, perusahaan memperkecil fokusnya dengan hanya memproduksi particle board di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan pada saat itu juga melakukan diversifikasi usaha ke bidang industri sumber daya lainnya.
Advertisement
Akuisisi Chandra Asri
Pada 2007, Perseroan mengakuisisi produsen petrokimia di Indonesia, Chandra Asri. Barito Pacific berhasil menjadi pemegang saham mayoritas pengendali dengan kepemilikan sebanyak 70 persen di Chandra Asri.
Hal itu dilakukan dalam rangka memenuhi visinya untuk menjadi sebuah perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi dan terintegrasi yang dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan dalam jangka panjang untuk memberikan nilai tambah kepada pemangku kepentingan.
Dengan demikian, akuisisi ini menjadi sebuah basis yang strategis untuk melakukan pengembangan bisnis migas dan memberikan peluang untuk turut memiliki andil di dalam sektor usaha sumber daya energi lainnya di masa mendatang.
Tak hanya itu, Perseroan juga berhasil melakukan akuisisi PT Tri Polyta Indonesia Tbk pada Juni 2008. Tri Polyta Indonesia merupakan produsen polypropylene yang bahan bakunya dipasok dari Chandra Asri.
Adapun berdasarkan data Forbes Indonesia, Prajogo Pangestu masuk jajaran orang terkaya Indonesia. Ia berada di posisi tujuh di antara 50 orang terkaya Indonesia. Prajogo Pangestu catat kekayaan USD 5,1 miliar yang berasal dari usaha petrokimia.