Pendukung Prabowo-Gibran Dapat Kursi Komisaris BUMN, Stafsus Erick Thohir Bilang Begini

Latar belakang politik tak menjadi masalah dalam menentukan komisaris BUMN. Oleh sebab itu, sejumlah pendukung pasangan Prabowo-Gibran ada yang menduduki posisi komisaris BUMN.

oleh Arief Rahman H diperbarui 12 Jun 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2024, 19:00 WIB
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani saat menyampaikan pidatonya pada Konsolidasi Pemenangan Prabowo-Gibran di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Minggu (10/12/2023) (Istimewa)
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani saat menyampaikan pidatonya pada Konsolidasi Pemenangan Prabowo-Gibran di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Minggu (10/12/2023) (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah politikus hingga pendukung Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka ditunjuk jadi komisaris di BUMN. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkap pertimbangan dibalik penunjukan tersebut.

Diketahui, dalam sepekan terkahir banyak tokoh politik yang diangkat jadi komisaris perusahaan pelat merah. Ada nama Grace Natalie, Simon Aloysius Mantiri, Fuad Bawazier, hingga Siti Nurizka Puteri Jaya menempati posisi komisaris utama hingga komisaris.

Arya menegaskan, latar belakang politik tak menjadi masalah dalam menentukan komisaris BUMN. Poin pentingnya, adalah sosok yang bisa mendukung perkembangan dari perusahaan milik negara.

"Kita pokoknya lihat, yang pasti namanya BUMN itu kan mendukung perusahaan milik pemerintah. Maka wajar kalau misalnya kita cari dari berbagai latar belakang, dan latar belakang politik tidak menjadi larangan, gak ada larangan," kata Arya, ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (12/6/2024).

Menurutnya, ada proses yang menentukan seseorang layak untuk masuk ke posisi komisaris. Di sisi lain, Arya menilai menempatkan seorang politikus bukan berarti suaru yang dilarang, mengingat pengambilan keputusan BUMN juga membutuhkan dukungan politik.

"Karena BUMN ini juga butuh dukungan politik, berbeda dengan perusahaan swasta. Kebijakan dan keputusan-keputusan besar di BUMN itu harus disetujui DPR loh. Mau merger, DPR, mau holding, DPR, mau IPO, DPR, mau dibubarkan, DPR. Mau dapat PMN, penugasan, DPR. Jadi banyak kebijakan di BUMN itu berhubungan sama politik, berbeda dengan swasta. Memang di swasta, merger butuh ke DPR? Persetujuan? Gak ada," kata Arya menjelaskan.

Menurutnya, pengangkatan politikus di BUMN bukan hanya dilakukan di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kali ini. Dia mengungkap, semasa kepemimpinan B.J Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menunjuk sosok politik di BUMN.

"Jadi gak usah dipertentangkan lalu kita jadi ‘wah gak boleh’. Jangan lupa, banyak keputusan kebijakan di BUMN itu tergantung pada DPR. Jadi jangan samakan dengan swasta, jangan samakan," pungkasnya.

 

Alasan Grace Natalie Jadi Komisaris MIND ID

grace-1
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie Louisa. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Diberitakan sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMM Arya Sinulingga buka-bukaan alasan penunjukkan Grace Natalie jadi Komisaris Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID. Dia menegaskan penunjukkan itu sudah dilakukan sesuai prosedur.

Arya mengungkapkan, dalam pengangkatan komisaris, perlu ada kompetensi yang cukup. Pada konteks ini, disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan perusahaan pelat merah kedepannya.

"Yang pasti kita mengangkat komisaris itu yang kompeten, dan prosesnya sudah ada. Pasti ada prosesnya, fit and proper test, semua ada prosesnya, dicarikan sesuai dengan kebutuhannya. Latar belakangnya, berbagai latar belakang kita ambil, itu yang kita ambil. jadi semuanya pasti oke lah," tegas Arya, ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (12/6/2024).

Arya mengatakan di sektor pertambangan, dibutuhkan sosok yang paham mengenai media. Mengingat, tengah banyak kasus di sektor tambang yang melibatkan BUMN, seperti kasus Antam hingga Timah.

"Kan kita tahu nih, contoh Antam itu telat itu masalah ketika dia sempat kalah melawan Crazy Rich Surabaya itu, opini dibangun oleh mereka, dan sebagainya, kalah sampai PK, tapi kan kemarin berhasil. Pendekatannya, pendekatan ke media yang kita lakukan. Nah ini kita butuh orang di lingkungan ini," ujar Arya.

Dia menilai, sosok Grace Natalie yang memiliki pengalam di berbagai media swasta nasional bisa melakukan tugasnya. Termasuk dari sisi pengawasan pada konteks media.

"Seperti kasus-kasus Timah kan masih panjang ini. Ini butuh orang yang bisa nantinya men-support dalam pengawasan dan sebagainya urusan media. Dan saya rasa Ibu Grace Natalie kan gak perlu diragukan soal itu. Jadi tambang ke depan memang butuh orang-orang yang paham itu, dan dia bisa support mereka mengawal," jelasnya.

 

Jadi Komisaris MIND ID

Grace Natalie
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie saat melakukan wawancara khusus dengan Liputan6.com di DPP PSI, Jakarta, Kamis (17/11/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Grace Natalie Louisa menjadi Komisaris Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID. Ini jadi keputusan terbaru yang merombak jajaran komisaris.

Keputusan pengangkatan itu menjadi salah satu hasil dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan MIND ID. Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menerangkan ada pergantian kursi komisaris dalam RUPS.

"RUPS Tahunan menyetujui pengangkatan Grace Natalie Louisa sebagai Komisaris," kata Hendri.

Grace Natalie merupakan pendiri Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dalam aspek politik, Grace diketahui mendukung arah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga mendukung Prabowo Subianto di kontestasi Pilpres 2024 lalu.

Infografis Erick Thohir Bakal Pangkas BUMN Jadi Hanya 30. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Erick Thohir Bakal Pangkas BUMN Jadi Hanya 30. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya