Jika Kamu Selalu Lakukan 6 Hal Ini, Mentalmu Dijamin Kuat!

Scott Mautz mengatakan, jika kamu selalu melakukan enam hal ini, maka mentalmu sudah lebih kuat dari kebanyakan orang.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Jul 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi karyawan, bekerja, rapat, suasana kantor. (Foto By AI)
Ilustrasi karyawan, bekerja, rapat, suasana kantor. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Kekuatan mental adalah kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, dan perilaku secara produktif, bahkan saat menghadapi kesulitan. Padahal saat ini sudah bisa dipastikan bahwa kesulitan tidak ada habisnya.

Jika kamu ingin mengatasi lebih banyak tantangan, meraih lebih banyak kesuksesan, merasakan lebih banyak kebahagiaan, dan mengurangi stres maka sudah pasti akan membutuhkan kekuatan mental.

Setelah menghabiskan puluhan tahun mempelajari kekuatan mental dan mewawancarai serta menyurvei ribuan orang untuk buku terbarunya Scott Mautz punya kabar baik.

"Orang-orang yang bermental kuat cenderung memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dapat dipelajari," kata dia dikutip dari CNBC, Minggu (14/7/2024).

 

"Ada pola-pola yang saya perhatikan sehubungan dengan apa yang mereka katakan (dan tidak katakan) dan apa yang mereka lakukan," tambah dia.

 

Untuk diketahui Scott Mautz adalah seorang pembicara, pelatih, dan instruktur LinkedIn Learning yang populer. Dia mantan eksekutif senior di Procter & Gamble, tempat dia menjalankan beberapa bisnis terbesar perusahaan yang bernilai miliaran dolar.

Scott Mautz mengatakan, jika kamu selalu melakukan enam hal ini, maka mentalmu sudah lebih kuat dari kebanyakan orang.

"Jika belum, kamu dapat melihat daftar ini sebagai buku pedoman mini yang akan membantu meningkatkan kekuatan mental," kata dia.

1. Kelola Emosi Kamu

Pepatah tentang bagaimana harus meninggalkan emosi di depan pintu tidaklah berhasil. Jika kamu sudah mencobanya pasti tahu tidak akan sesederhana itu.

Meski begitu, orang yang bermental kuat sadar akan emosi yang terpicu di dalam dirinya, mereka tidak membiarkan emosi tersebut langsung mengalir ke dalam kata-kata atau tindakan.

Mereka menangkap emosinya, mempertimbangkan apakah emosi itu berguna untuk diungkapkan, lalu memutuskan bagaimana meresponsnya.

Dengan kata lain, mengenai emosi yang tidak membantu, mereka menangkapnya, memeriksanya, dan mengubahnya.

2. Ingat, Percaya Diri Tidak Sama dengan Tanpa Ragu-ragu

Ilustrasi bekerja, bercanda bersama teman di kantor. (Photo by Brooke Cagle on Unsplash)
Ilustrasi bekerja, bercanda bersama teman di kantor. (Photo by Brooke Cagle on Unsplash)

Kita semua menghadapi keraguan. Bahkan orang paling percaya diri yang pernah diwawancarai Scott Mautz pun mengalami keraguan.

Jadi, kepercayaan diri adalah kemampuan untuk mengelola hubungan dengan keraguan yang pasti akan dialami seseorang.

Mereka yang bermental kuat telah menemukan jalan tengah yang tepat antara terlalu percaya diri dan lumpuh karena takut gagal.

Mereka mengakui adanya keraguan, namun membiarkannya diam sehingga mereka dapat fokus pada bagaimana mereka akan mencapai sesuatu, bukan pada apakah mereka dapat mencapainya atau tidak.

3. Bicaralah pada Diri Sendiri

Bayangkan seorang teman, yang jelas-jelas sedang kesal dan membutuhkan empati, menceritakan kepada kamu tentang hubungan yang baru saja mereka akhiri. Setelah mendengarkan, apakah kamu akan berkata:

“Bagaimana kamu bisa membiarkan hubungan ini gagal? Ini semua salahmu, brengsek!”

Aku meragukan itu. Sebaliknya, kamu mungkin akan berkata:

“Saya menghargai apa yang kamu alami dan betapa menyakitkannya hal itu. Cobalah untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri.”

Kamu juga harus menerapkan nada yang lebih penuh kasih sayang ini pada diri sendiri.

 

4. Ketahui Kebutuhan dan Manfaatkan Sumber Daya

Ilustrasi karyawan, bekerja, rapat, suasana kantor. (Foto By AI)
Ilustrasi karyawan, bekerja, rapat, suasana kantor. (Foto By AI)

Ketika menghadapi kemunduran, kamu pasti sering mencoba mengatasinya sendiri, lupa bahwa salah satu hal terpenting yang dilakukan orang bermental kuat adalah mencari perspektif dan dukungan.

Ketahui kebutuhan itu lalu manfaatkan hal tersebut. Misalnya, ketika Scott Mautz mengalami kemunduran, ia menelepon saudara untuk berbagi.

Kebutuhan ketahanan adalah mengatasi tantangan dengan humor, dan Scott Mautz tahu saudara laki-laki atau perempuannya akan mengenali komedi dalam situasi tersebut dan membuat merasa lebih baik.

Orang lain mungkin membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan, menjadi bahu untuk menangis, atau menjadi penasihat.

Apa pun kebutuhan ketahanan kamu, kenali siapa saja di jaringan yang dapat membantumu dengan cara tersebut, lalu hubungi mereka pada saat yang tepat.

5. Jangan Biarkan Kesibukan Membuatmu Putus Asa

Orang yang bermental kuat tidak akan terlalu lelah karena kesibukan sehari-hari.

Disadari atau tidak, mereka terlibat dalam kombinasi rasa syukur dan perhatian. Itu berarti hadir dan cukup sadar dalam kehidupan sehari-hari untuk memperhatikan detail dan menunjukkan rasa syukur atas aspek positif dari pekerjaan apa pun yang dijalani.

Misalnya, kamu mengalami pagi yang berat di tempat kerja. Kamu menjawab serangkaian email yang masuk dalam semalam, dan frustrasi.

Namun kamu berhenti untuk mengagumi kenyataan bahwa dapat mengetik beberapa kata, menekan tombol, dan dalam hitungan detik, pikiranmu dikirimkan ke seseorang di belahan dunia lain. Luar biasa.

Apresiasi terhadap detail biasa ini sedikit meningkatkan semangatmu, membantu suasana hatimu.

 

6. Belajarlah Sesuai Kebutuhan

Ilustrasi bekerja, kantor
Ilustrasi bekerja, kantor. (Photo by rivage on Unsplash)

Orang yang bermental kuat tahu kapan harus melepaskan prasangka. Mereka tahu kapan harus membuang sudut pandang dan ide-ide yang tidak lagi relevan atau berguna bagi mereka.

Mereka mengidentifikasi dan membuang kebiasaan buruk yang menghalangi mereka untuk maju secara produktif. Mereka secara teratur menantang asumsi mereka.

Singkatnya, mereka tahu bahwa terkadang mereka perlu berhenti belajar agar bisa belajar.

Mulailah dengan mengidentifikasi dan menukar keyakinan yang membatasi. Cerita tidak bermanfaat apa yang kamu ceritakan pada diri sendiri dan sudah mendarah daging?

Misalnya, kamu mungkin menyebut diri kurang berbakat dibandingkan rekan-rekan dan berkata pada diri sendiri:

“Saya tidak cukup baik untuk dipromosikan.”

Gantikan keyakinan yang membatasi tersebut dengan keyakinan yang memberdayakan seperti" “Saya memiliki semua keterampilan yang diperlukan untuk dipromosikan.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya