Data BPS: Ekspor Juni 2024 Sentuh USD 20,84 miliar, Turun 6,65%

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan nilai ekspor migas 13,24 persen dan ekspor nonmigas 6,2 persen pada Juni 2024.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jul 2024, 11:40 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2024, 11:40 WIB
Data BPS: Ekspor Juni 2024 Sentuh USD 20,84 miliar, Turun 6,65%
Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024). (Foto: Tira Santia)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan nilai ekspor pada Juni 2024 lalu. Tercatat, nilai ekspor Juni 2024 mencapai USD 20,84 miliar, angka ini menurun dari bulan sebelumnya.

"Nilai ekspor mencapai USD20,84 miliar atau turun 6,65% dibandingkan Mei 2024," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024).

Dia mencatat, penurunan tersebut didorong oleh besaran nilai ekspor migas tercatat sebesar USD1,23 miliar atau turun 13,24 persen. Serta, ekspor nonmigas yang turun sebesar 6,20 persen dengan nilai USD19,61 miliar.

Penurunan nilai ekspor pada Juni secara bulanan terutama didorong oleh penurunan ekspor non migas bijih logam dan abu yang masuk dalam kelompok HS 26 ini turun sebesar 98,32%, di mana andilnya terhadap ekspor non migas sebesar 4,57%.

Kemudian, logam mulia dan perhiasan Permata dalam kelompok HS 71 turun 45,76% yang andilnya sebesar 1,97%, nikel dan barang daripadanya yang masuk dalam kategori HS 75 turun sebesar 25,20% di mana andilnya terhadap ekspor non migas sebesar 0,96%.

Sementara, penurunan ekspor migas terutama didorong oleh penurunan nilai ekspor hasil minyak dengan andil sebesar 0,94%.

Namun, kata Amalia, secara tahunan nilai ekspor Juni 2024 mengalami peningkatan sebesar 1,17%. Kenaikan ini tentunya didorong oleh peningkatan ekspor non migas terutama pada barang dari besi dan baja, nikel dan barang daripadanya, dan tembaga dan barang daripadanya.

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 49 Bulan Beruntun, Pemerintah Wanti-wanti Ancaman Global

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Indonesia sukses mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 2,93 miliar pada Mei 2024. Capaian itu sekaligus memperpanjang tren surplus neraca dagang RI menjadi 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengapresiasi kinerja perdagangan Indonesia yang tetap membukukan surplus di tengah aktivitas ekonomi global yang masih melambat. 

"Hal ini memberikan indikasi bahwa ketahanan ekonomi kita cukup kuat. Mamun kita harus tetap waspada dan terus memperkuat dukungan kebijakan demi mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan," ujar Febrio dalam keterangan tertulis, Kamis (20/6/2024).

Adapun nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 tercatat sebesar USD 22,33 miliar, naik sebesar 2,86 persen (yoy). Didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 2,50 persen (yoy) dan ekspor migas sebesar 8,44 persen (yoy). 

Kenaikan ekspor nonmigas terutama ditopang oleh peningkatan mayoritas komoditas utama seperti besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, serta nikel dan barang daripadanya.  Sementara kenaikan ekspor migas didorong oleh peningkatan ekspor minyak mentah dan gas alam di tengah penurunan ekspor hasil minyak. 

 

Impor Indonesia

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Mei 2024 tercatat sebesar USD 104,25 miliar dengan negara tujuan ekspor terbesar ke Chinq, disusul Amerika Serikat, India, dan Jepang.

Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada Mei 2024 tercatat sebesar USD 19,40 miliar, turun 8,83 persen (yoy). Itu didorong oleh penurunan mayoritas komoditas utama impor seperti kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, mesin dan peralatan mekanik, serta mesin dan perlengkapan elektrik. 

Berdasarkan golongan penggunaan barang, penurunan impor terjadi pada barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal, masing-masing sebesar 16,19 persen (yoy), 7,51 persen (yoy), dan 10,13 persen (yoy). Meskipun mengalami penurunan nilai, volume impor Mei 2024 tercatat mengalami peningkatan sebesar 2,54 persen (yoy).

"Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama," imbuh Febrio.

 

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 49 Bulan Beruntun, Tembus USD 2,93 Miliar pada Mei 2024

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia kembali surplus pada Mei 2024. Ini menjadikan tren positif sepanjang 49 bulan berturut-turut.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Mei 2024 sebesar USD 2,93 miliar. Angka ini naik USD 210 juta dari surplus April 2024.

"Pada Mei 2024 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar 2,93 miliar USD atau naik sebesar 0,21 miliar USD secara bulanan," kata Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (19/6/2024).

Dia mengatakan, tren positif ini berlanjut sejak Mei 2020 lalu dengan nilai ekspor lebih tinggi ketimbang nilai impor RI.

"Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei tahun 2020," ucapnya.

Dia menjelaskan, surplus Mei 2024 ini lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumya dan bulan yang sama tahun lalu. Surplus Mei 2024 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non migas.

Yaitu sebesar USD 4,28 miliar dengan komoditas penyumbang surplus diantaranya bahan bakar mineral kode HS 27, lemak dan minyak hewan atau nabati kode HS 15, dan besi dan baja kode HS 72.

"Surplus meraca perdagangan komoditas non migas lebih rendah jika sibandingkan dengan bulan lalu. Namun lebih tinggi dibandingkan dengan Mei tahun 2023," ucapnya.

"Pada saat yang sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD 1,33 miliar dengan komositas penyumbang defisit yaitu hasil minyak serta minyak mentah. Defisit neraca perdagangan migas Mei 2024 lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," pungkas Habibullah.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya