Rupiah Loyo di Tengah Ketidakpastian Pilpres AS

Rupiah ditutup melemah tipis 1,5 poin terhadap USD pada perdagangan Rabu sore, 24 Juli 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Jul 2024, 19:50 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 19:50 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah mengalami pelemahan pada Rabu, 24 Juli 2024. Rupiah ditutup melemah tipis 1,5 poin terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Rabu sore ini walaupun sebelumnya sempat melemah 20 poin. Rupiah ditutup 16.215 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level16.213 per dolar AS.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 16.200 -Rp.16.250," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, dikutip Rabu (24/7/2024).

"Sebagian besar pedagang tetap bias terhadap greenback di tengah ketidakpastian yang terus-menerus mengenai pemilihan presiden tahun 2024, terutama setelah Presiden Joe Biden mundur dari pencalonan dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai kandidat dari Partai Demokrat," Ibrahim menyoroti.

Sementara itu di Asia, pejabat senior partai yang berkuasa, Toshimitsu Motegi, mengatakan bahwa Bank of Japan harus lebih jelas menunjukkan niatnya menormalisasi kebijakan moneter, termasuk kenaikan suku bunga yang stabil.

Adapun di China, pasar mengalami penurunan yang berkepanjangan dalam beberapa sesi terakhir. Hal itu didorong oleh sentimen terhadap negara tersebut yang memburuk akibat data perekonomian yang menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat pada kuartal kedua 2024.

"Hal ini ditambah dengan penurunan suku bunga yang mengecewakan oleh Bank Rakyat, sementara Sidang Pleno Ketiga Partai Komunis Tiongkok juga tidak memberikan banyak petunjuk mengenai langkah-langkah stimulus yang lebih lanjut," jelas Ibrahim.

"Ketidakpastian mengenai pemilihan presiden AS juga membebani sentimen terhadap Tiongkok, karena para investor berspekulasi mengenai dampak perubahan dalam pemerintahan AS terhadap sikap Washington terhadap negara tersebut," tambahnya.

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Utang Pemerintah Kembali Naik di Mei 2024

Ilustrasi Utang atau Pinjaman. Foto: Freepik
Ilustrasi Utang atau Pinjaman. Foto: Freepik

Sementara itu di dalam negeri, pasar masih memantau kondisi utang pemerintah yang sudah membengkak dan memasuki posisi tidak aman, kata Ibrahim.

Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan, posisi utang pemerintah mencapai Rp. 8.353,02 triliun pada Mei 2024. Secara nominal, posisi utang pemerintah tersebut bertambah Rp. 14,59 triliun atau meningkat 0,17 persen dibandingkan posisi utang pada akhir April 2024 yang sebesar Rp. 8.338,43 triliun.

Rasio utang pemerintah terhadap pendapatan saat ini sudah mencapai 300 persen, naik dari yang tercatat 31 Desember 2023 sebesar 292,6 persen.

"Jadi penerimaan pemerintah dibandingkan dengan pendapatan, sehingga rasio utang pemerintah sudah tiga kali lipat lebih besar daripada penerimaannya," Ibrahim menyoroti.

"Sedangkan, jika dilihat dari beberapa indikator seperti debt service domestic government revenue yang ditetapkan IMF, posisi utang pemerintah sudah tidak aman. Namun, bila menggunakan indikator rasio utang pemerintah terhadap PDB, memang posisi utang RI masih aman sebab masih ada di bawah batas aman 60 persen," jelasnya.

Adapun rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 38,71 persen. Angka ini juga meningkat dari rasio utang terhadap PDB bulan sebelumnya yang sebesar 38,64 persen

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya