Impor RI Naik 17,82 Persen di Juli 2024, BPS Ungkap Pendorongnya

BPS mengungkapkan impor nonmigas mencapai USD18,18 miliar. Angka ini naik 19,76 persen dibandingkan Juni 2024 dan naik 10,60 persen dibandingkan Juli 2023.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Agu 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2024, 13:00 WIB
Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Juli 2024 mencapai USD21,74 miliar, naik 17,82 persen dibandingkan Juni 2024 atau naik 11,07 persen dibandingkan impor Juli 2023.

"Impor bulan Juli 2024 senilai USD21,74 miliar atau naik 17,82 persen," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (15/8/2024).

Untuk rinciannya, nilai impor migas Juli 2024 sebesar USD3,56 miliar atau naik 8,78 persen dibandingkan Juni 2024 atau naik 13,59 persen dibandingkan Juli 2023.

Sementara itu, impor nonmigas mencapai USD18,18 miliar. Angka ini naik 19,76 persen dibandingkan Juni 2024 dan naik 10,60 persen dibandingkan Juli 2023.

"Meningkatnya nilai impor secara bulanan disebabkan peningkatan nilai impor nonmigas dengan andil sebesar 16,26 persen, sementara itu andil peningkatan nilai impor migas sebesar 1,56 persen," ujarnya.

Secara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen. Nilai impor migas dan nonmigas masing-masing mengalami peningkatan sebesar 13,59 persen dan 10,60 persen.

Pendorong Impor Migas

Kenaikan nilai impor migas didorong oleh peningkatan volume dan rata-rata harga agregat. Secara lebih spesifik, kelompok migas yang mengalami peningkatan nilai impor cukup tinggi adalah impor hasil minyak yang meningkat sebesar 30 persen.

"Sementara itu, peningkatan nilai impor nonmigas lebih didorong oleh kenaikan volume sebesar 31,74 persen," ujarnya.

Maka secara kumulatif, total nilai impor Indonesia sepanjang Januari-Juli 2024 naik sebesar 2,40 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Andil utama peningkatan nilai impor tersebut disumbang oleh impor bahan baku/penolong sebesar 1,90 persen.

 

Neraca Perdagangan Surplus

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juli 2024 neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD470 juta. Artinya, Indonesia sudah membukukan surplus selama 51 bulan beruntun sejak Mei 2020.

"Pada Juli 2024, neraca perdagangan barang tercatat surplus sebesar USD0,47 miliar atau turun sebesar 1,92 persen secara bulanan," Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (15/8/2024).

Amalia menyebut, surplus Juli ini lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya ataupun dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, di tengah harga komoditas yang meningkat.

"Surplus neraca non migas Juli 2024 ini lebih rendah jika dibandingkan bulan lalu dan bulan yang sama tahun lalu," ujarnya.

Lebih lanjut, Amalia menyampaikan, bahwa surplus Juli 2024 ini ditopang oleh surplus pada komoditas non migas yaitu USD2,61 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta besi dan baja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya