5 Kebiasaan Buruk Generasi Muda Kelola Keuangan, Nomor 4 Paling Parah

Sebanyak 80% anak muda cenderung menghabiskan uang secara berlebihan untuk mengikuti gaya hidup teman-teman mereka. Ini membuat mereka sulit untuk mengelola keuangan.

oleh Tira Santia diperbarui 23 Agu 2024, 15:45 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2024, 15:45 WIB
20151103-Ilustrasi Mengelola Perencanaan Keuangan (iStockphoto)
Ilustrasi Mengelola Perencanaan Keuangan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan survei OCBC Financial Fitness Index (FFI) 2024, ditemukan 5 kebiasaan buruk yang ternyata masih menghantui generasi muda dalam mengelola keuangan.

Dilansir dari keterangan OCBC, Jumat (23/8/2024), pertama adalah 80% cenderung menghabiskan uang secara berlebihan untuk mengikuti gaya hidup teman-teman mereka karena tekanan sosial dan keinginan untuk memenuhi ekspektasi sosial.

Kedua, 41% anak muda sering meminjam uang dari teman atau keluarga untuk kebutuhan gaya hidup. Ketiga, 40% sering membayar tagihan minimum untuk kartu kredit yang menambah beban bunga utang.

Keempat, 12% juga mengaku pengeluaran sering melebihi pemasukan dan kelima, 4% dari generasi muda terlibat dalam spekulasi berlebihan untuk mendapatkan keuntungan yang cepat.

Meskipun data FFI 2024 mengidentifikasi sejumlah kebiasaan buruk yang dimiliki generasi muda, ada beberapa kemajuan dari sejumlah indikator kesehatan finansial. Sekitar 25% dari responden mengaku telahmemiliki dana darurat.

Dengan demikian, terjadi peningkatan kesadaran pentingnya memiliki dana darurat sebanyak 17% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini tentunya memperlihatkan bahwa semakin banyak generasi muda yang mulai melakukan perencanaan finansial untuk masa depannya.

Dalam riset tahunan hasil kerjasama OCBC dan NielsenIQ ini, sejumlah tips juga diberikan agar generasi muda bisa memiliki kondisi keuangan sehat, diantaranya perluas literasi keuangan secara online maupun offline; cek kesehatan finansial secara menyeluruh; serta ikuti ragam kelas finansial dengan topik menarik.

Perlu diketahui bahwa riset ini dibuat menggunakan metode pengamatan sikap dan perilaku mereka dalam mengelola keuangan. Survei telah dilakukan dengan melibatkan 1.241 generasi muda rentan usia 25-34 tahun dari 5 kota besar di Indonesia mencakup Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar.

OCBC Cetak Laba Bersih Rp 2,4 Triliun pada Semester I 2024

Sebelumnya, PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,4 triliun pada semester I 2024. Laba ini tumbuh 16 persen secara tahunan atau YoY dari sebelumnya sebesar Rp 2,1 triliun.

Presiden Direktur OCBC, Parwati Surjaudaja, mengatakan, di tengah tantangan kondisi ekonomi hingga saat ini, kinerja Bank tetap tumbuh baik. Hal ini terlihat dari laba bersih bank yang naik sebesar 16% menjadi 2,4 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,1 triliun.

"Selain itu, Return on Equity (ROE) meningkat menjadi 13,3%. Kondisi likuiditas Bank juga tercatat sehat dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 225,7%, di atas ketentuan regulator,” kata Parwati dalam keterangan resmi, dikutip Senin (5/8/2024).

Secara umum, pertumbuhan laba bersih terutama didorong oleh naiknya pendapatan bunga bersih sebesar 7% YoY, seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit dan penurunan beban cadangan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan sebesar 116% yang terutama didorong oleh membaiknya kualitas kredit.

 

Kredit

Kredit OCBC juga tumbuh 14% YoY. Kredit ritel tumbuh sebesar Rp 13,3 triliun atau 27% YoY, termasuk kredit PT Bank Commonwealth, yang menjadi anak Perusahaan OCBC sejak bulan Mei tahun ini. Kredit perbankan bisnis tumbuh sebesar Rp 6,9 triliun atau 7% YoY.

Selain itu, per 30 Juni 2024, Bank telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan (sustainability financing) sebesar Rp 34,99 Triliun, di mana 43% di antaranya merupakan penyaluran dalam bentuk green financing.

"Dengan kinerja yang baik di semester pertama tahun ini, OCBC terus optimis namun tetap penuh kehati-hatian untuk bertumbuh secara kesinambungan, dengan terus berinovasi untuk melayani nasabah individu dan korporasi," ujar Parwati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya