Rata-Rata Pengeluaran Kelompok Kelas Menengah Rp 3,35 Juta Sebulan, Mayoritas untuk Beli Makanan

Badan Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan masyarakat kelompok kelas menengah terbaru

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 30 Agu 2024, 20:32 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2024, 20:32 WIB
FOTO: Penerapan Protokol Kesehatan di Stasiun Jakarta Kota
Calon penumpang mengenakan masker di Stasiun Jakarta Kota, Jakarta, Rabu (28/10/2020). Mengantisipasi lonjakan penumpang saat cuti bersama dan Sumpah Pemuda, PT KCI mengajak pengguna KRL bersatu dan bangkit melawan COVID-19 dengan menerapkan 3M. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan masyarakat kelompok kelas menengah terbaru. Klasifikasi ini berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2024yang diadakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti  mengatakan, klasifikasi kelompok kelas menengah kini mengacu pada penduduk yang memiliki pengeluarannya berkisar 3,5 - 17 kali garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia (World Bank). Angka ini sekitar pengeluaran Rp2.040.262 - Rp9.909.844 per kapita per bulan pad 2024. 

"Jadi, klasifikasi kelas menengah kita sudah sesuai dengan standar internasional World Bank," kata Amalia dalam press conference Menjaga Daya Beli Kelas Menengah Sebagai Fondasi Perekonomian Indonesia di Kantor Pusat BPS, Jumat (30/8).

Amalia melanjutkan, rata-rata pengeluaran kelas menengah pada tahun 2024 sebesar Rp3,35 juta per kapita per bulan pada 2024. Angka ini naik 142 persen dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp2,36 juta per kapita per bulan.

"Jadi kalau rata-rata pengeluaran kelompok menengah dibandingkan sebelum pandemi covid itu meningkat," beber dia.

Paling Banyak untuk Makan

Dia menyebut, mayoritas pengeluaran kelompok kelas menengah untuk sektor makanan. Disusul sektor perumahan dan barang jasa lainnya.

"Jadi, mayoritas pengeluaran kelompok kelas menengah itu untuk sektor makanan," ucap dia.

Di sisi lain, BPS mencatat terdapat penurunan jumlah kelas menengah. Pada tahun 2019 mencapai 57,33 juta orang atau 21,45 persen dari proporsi penduduk.

 

Dampak Pandemi Covid-19

FOTO: Kemiskinan DKI Naik 1,11 Persen Selama September 2020
Deretan permukiman penduduk semi permanen di bantaran Sungai Ciliwung, Jakarta, Senin (5/10/2020). Pemprov DKI mencatat kenaikan angka kemiskinan Jakarta sebesar 1,11 persen menjadi 4,53 persen pada bulan September 2020 karena terdampak pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Amalia menyebutkan fenomena penurunan jumlah penduduk kelas menengah dipicu akibat dampak pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Namun, BPS tidak mengungkapkan jumlah penduduk kelas menengah pada 2020 lalu akibat anomali pandemi Covid-19.

"Kalau tahun 2020 agak anomalikan dia ,pada saat apa namanya pandemi covid 19, datanya ada, tapi tidak kami tampilkan," ujar Amalia.

Pada tahun 2021 jumlah penduduk kelas menengah mengalami penurunan tajam menjadi 53,83 juta atau setara 19,82 proporsi penduduk. Dia menyebut, penurunan kelas menengah ini masih disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19.

"Jadi, ini sudah kami prediksi akibat pandemi Covid-19 menimbulkan scarring effect," ujar dia.

Fenomena penurunan jumlah kelas menengah ini kembali berlanjut pada tahun 2022. BPS mencatat, jumlah penduduk miskin turun menjadi 49,51 juta dari tahun sebelumnya atau setara 18,06 persen penduduk.

Pada tahun 2023 jumlah penduduk kelas menengah kembali menurun menjadi 48,27 jiwa. BPS mengonfirmasi jumlah penduduk kelas menengah itu setara 17,44 proporsi dari jumlah penduduk.

Adapun tahun ini jumlah penduduk kelas menengah juga kembali turun menjadi 47,85 juta jiwa. Jumlah penduduk kelas menengah tersebut setara 17,13 persen proporsi penduduk.

 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya