Kementerian Bertambah di Era Prabowo Bakal Bebani Anggaran Negara? Ini Jawaban Kemenkeu

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan APBN 2025 didesain untuk menangkap program unggulan presiden terpilih Prabowo Subianto.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Sep 2024, 12:25 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2024, 12:25 WIB
Kementerian Bertambah di Pemerintahan Prabowo Bakal Bebani Anggaran Negara? Ini Jawaban Kemenkeu
Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal (PKAPBN BKF) Kementerian Keuangan, Wahyu Utomo menanggapi terkait rencana penambahan K/L.(Dok Kemenkeu)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal (PKAPBN BKF) Kementerian Keuangan, Wahyu Utomo memastikan, rencana penambahan K/L Presiden Terpilih Prabowo Subianto tidak akan memberatkan anggaran negara.

Wahyu menuturkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 mendukung penambahan jumlah Kementerian/Lembaga melalui belanja non K/L.  Pada tahun depan, belanja non Kementerian/Lembaga ditetapkan sebesar Rp1.541,3 triliun, meningkat signifikan dibandingkan 2024 yang senilai Rp 1.376,7 triliun.

"Mungkin ada beberapa K/L yang bertambah, kemudian dipisah dan sebagainya, tentu kita mencermati. Tetapi juga sudah kita hitung bahwa itu memungkinkan ditampung dari belanja non K/L," ungkap Wahyu dalam kegiatan media gathering Kemenkeu di Anyer, Banten, dikutip Kamis (26/9/2024).

Wahyu juga menyampaikan, APBN 2025 didesain untuk menangkap program-program unggulan presiden terpilih Prabowo Subianto dengan menyediakan ruang fiskal yang memadai. 

"Terkait dinamika penambahan K/L kita cermati dan akomodasi. Tapi, tetap dalam framework pengelolaan fiskal yang sehat dengan defisit (APBN 2025) tetap dikendalikan di 2,53%," tutur dia.

Sebelumnya, ekonom mengungkapkan ada cara agar rencana Prabowo Subianto bisa terealisasi tanpa menambah beban APBN. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menyebut, hal itu salah satunya dengan penambahan kementerian yang fokus menggarap persoalan pangan Indonesia.

"Kalau pun Presiden mendatang merasa membutuhkan lebih banyak kursi untuk mengakomodir stakeholders politik, ya dengan sektor yang sama di sektor pertanian meski nomenklaturnya ketahanan pangan, ya jalan tengahnya saya pikir ya mengambil sebagian fungsi di Kementerian Pertanian," ungkap Abra kepada Liputan6.com, pada 13 September 2024.

 

 

 

Pemisahan dari Direktorat Jenderal

Caranya dengan melakukan pemisahan dari direktorat jenderal yang ada di Kementan. Misalnya direktorat yang mengurusi soal sarana dan prasarana atau di sektor produksi.

"Nanti bisa dipecah dan aspek direktorat jenderal yang lain di sarana dan prasarana misalnya itu bisa dipecah dibentuklah kementerian baru dari sisi ketahanan pangan, khususnya dalam konteks produksi," tuturnya.

Cara itu dinilai bisa menghemat dana alokasi APBN. Abra bilang, anggaran kementerian hasil dari pecahan tadi bisa menggunakan alokasi awal terhadap direktorat jenderal yang ada di Kementerian Pertanian.

Prabowo Bentuk Kementerian Penerimaan Negara, Kemenkeu Dirombak

Sebelumnya, Dewan Penasihat sekaligus Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Burhanuddin Abdullah, mengungkapkan Presiden terpilih Prabowo Subianto berencana untuk merombak Kementerian Keuangan pada tahun pertama masa jabatannya.

Menurut Burhanuddin, akan dibentuk sebuah Kementerian Penerimaan Negara yang secara khusus bertugas mengelola pajak, bea, dan cukai. Kementerian baru ini akan menjadi penggabungan dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC).

"Perlu ada perubahan kelembagaan. Yang pertama adalah pembentukan Kementerian Penerimaan Negara. Insyaallah, akan ada Menteri Penerimaan Negara yang mengurus pajak, cukai, dan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), terpisah dari Kementerian Keuangan," ujar Burhanuddin dalam acara UOB Economic Outlook 2025, Kamis (26/9/2024).

Dukung Program Prabowo

Burhanuddin menjelaskan bahwa perombakan ini penting untuk mendukung pelaksanaan program strategis Prabowo di tahun pertama kepemimpinannya.

Dia menegaskan bahwa tidak cukup hanya mengandalkan political will; diperlukan perubahan kelembagaan yang mampu meningkatkan penerimaan negara secara signifikan.

"Political will saja tidak cukup. Harus ada kapasitas untuk mengimplementasikannya. Oleh karena itu, diperlukan perubahan kelembagaan," lanjutnya.

 

Kementerian BUMN Juga Dirombak

Selain perubahan di Kementerian Keuangan, Burhanuddin juga menyebut bahwa transformasi kelembagaan akan dilakukan di Kementerian BUMN.

Menurutnya, meskipun nilai total BUMN Indonesia mencapai USD 1 triliun, kontribusinya terhadap negara masih dianggap rendah.

Perubahan kelembagaan ini direncanakan akan mulai diterapkan pada Januari 2025, ketika pemerintahan Prabowo resmi berjalan.

"Harus ada transformasi kelembagaan, transformasi bisnis, transformasi kultural, dan transformasi manajemen. Itu yang akan kita lakukan mulai Januari 2025," pungkas Burhanuddin.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya