Mengikuti Harga Emas, Perak Sentuh Rekor Tertinggi dalam 12 Tahun

Harga emas di pasar spot naik 0,6 persen menjadi USD 2.673,06 per ounce usai sentuh rekor tertinggi. Kenaikan harga emas ini diikuti harga perak.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Sep 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2024, 07:30 WIB
Mengikuti Harga Emas, Perak Sentuh Rekor Tertinggi dalam 12 Tahun
Harga perak dan emas kompak melesat pada perdagangan Kamis, 26 September 2024. Bahkan harga perak sentuh level tertinggi dalam hampir 12 tahun mengikuti kenaikan emas seiring pemangkasan suku bunga (dok: Foto AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga perak dan emas kompak melesat pada perdagangan Kamis, 26 September 2024. Bahkan harga perak sentuh level tertinggi dalam hampir 12 tahun mengikuti kenaikan emas seiring pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Mengutip CNBC, Jumat (27/9/2024), harga perak di pasar spot naik menjadi USD 32,06 per ounce, setelah mencapai USD 32,71 pada awal hari, ke level tertinggi sejak Desember 2012.

"Perak akan terus menguat selama beberapa kuartal mendatang karena pemangkasan suku bunga berturut-turut dan stimulus China dapat berlanjut untuk beberapa waktu,” ujar Head of Commodity Markets di BOCI, Amelia Xiao Fu.

Ia melihat, harga perak bergerak menuju level USD 37. Perak yang berfungsi sebagai investasi safe haven dan material utama dalam aplikasi industri telah menguat lebih dari 36 persen sepanjang 2024. Salah satu katalis utama untuk reli tersebut emas. Demikian disampaikan Direktur WisdomTree, Aneeka Gupta.

Ia menambahkan, rasio emas terhadap perak telah turun seiring dengan reli perak.  Rasio emas/perak yang mengukur jumlah ounce perak yang dibutuhkan untuk membeli satu ounce emas menunjukkan nilai perak dalam kaitannya dengan emas.

Gupta menambahkan, sebagian besar permintaan perak yang tersisa didorong oleh sektor industri. Penggunaan perak dalam produk fotovoltaik seperti panel surya hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, harga emas di pasar spot naik 0,6 persen menjadi USD 2.673,06 per ounce setelah mencapai rekor tertinggi di USD 2.685,42 pada hari sebelumnya. Harga emas berjangka di Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman Desember bertambah 0,4 persen menjadi USD 2.695,8.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sentimen Suku Bunga The Fed

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Emas batangan telah naik lebih dari 29 persen sejauh ini pada 2024, memecahkan rekor beberapa kali didorong oleh pemangkasan suku bunga, permintaan safe haven, dan pembelian bank sentral yang kuat.

“Momentum mendorong arus spekulasi meskipun dolar AS dan imbal hasil treasury meningkat,” ujar Analis Ross Norman.

The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen-5 persen pekan lalu. Pelaku pasar melihat peluang 63 persen untuk pengurangan 50 bps pada November.

Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Ketua The Fed Jerome Powell akan memberikan pidato pembukaan pada Kamis di sebuah konferensi, di mana Presiden Fed New York John Williams dan Wakil Ketua Fed untuk Pengawasan Michael Barr juga akan berbicara.

"Komentar Powell akan dicermati untuk indikasi tentang kedalaman pemotongan lebih lanjut. Namun sebenarnya ini adalah masalah kapan, bukan apakah,” Norman menambahkan.

Pada logam lainnya, platinum naik 2,2% menjadi USD 1.010,47 dan paladium naik 1,1% menjadi USD 1.049,50.


Siap-Siap, Harga Emas Dunia Cetak Rekor Termahal Lagi Minggu Ini

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)

Sebelumnya, harga emas berpotensi bergerak lebih tinggi minggu ini hingga akhir tahun 2024 setelah The Fed menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak awal pandemi Covid-19. Keputusan yang mempengaruhi harga emas ini membuat suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 4,75-5%.

Dikutip dari Kitco.com, Senin (23/9/2024), harga emas batangan berjangka Desember terakhir diperdagangkan pada USD 2.644,70 per ons, naik lebih dari 1% pada hari itu.

Sementara itu, logam mulia hampir naik 1,5% dari penutupan awal minggu lalu di atas USD 2.600 per ons. Kenaikan hari Jumat dipicu oleh volatilitas yang kuat setelah keuntungan awal emas pasca rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) untuk menentukan arah kebijakan moneter AS.

Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa reaksi emas terhadap pemotongan 50 basis poin Federal Reserve serta sinyal pelonggaran 200 basis poin selama dua tahun ke depan akan berlanjut.

The Fed Tak Buru-Buru

Powell menambahkan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan bahwa The Fed sedang dalam proses "mengkalibrasi ulang" kebijakan moneternya.

"Jika Anda melihat Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP), Anda akan melihat bahwa ini adalah proses mengkalibrasi ulang sikap kebijakan kami dari posisi tahun lalu ketika inflasi tinggi dan pengangguran rendah, ke posisi yang lebih tepat mengingat keadaan saat ini," ujar Powell.

Menurut Powell, tidak ada indikasi bahwa komite terburu-buru. Proses ini akan berkembang seiring waktu.

Jerry Prior, COO dan manajer portofolio senior di KFA Mount Lucas Managed Futures Index Strategy ETF, mengatakan bahwa setelah komentar Powell, kecil kemungkinan emas akan melonjak. Namun, ia menambahkan bahwa pasar akan terus mengalami kenaikan yang stabil.

 


Menuju USD 3.000 per Ounce

Ilustrasi Harga Emas Hari Ini di Dunia. Foto: DAVID GRAY | AFP
Ilustrasi Harga Emas Hari Ini di Dunia. Foto: DAVID GRAY | AFP

Sementara itu, CEO Mind Money, Julia Khandoshko memperkirakan, harga emas akan terus terkonsolidasi seiring perlahan bergerak menuju USD 3.000 per ons.

Julia menjelaskan bahwa kecil kemungkinan harga emas mencapai target tersebut sebelum akhir tahun. "Kemungkinan besar, kita akan melihat konsolidasi pada level saat ini dan pertumbuhan bertahap. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk diversifikasi ke emas, terutama saat suku bunga tidak terlalu tinggi atau rendah, sehingga emas menjadi lebih menarik dibandingkan saham atau obligasi," katanya.

Julia juga menyebutkan suku bunga yang lebih rendah, peningkatan pasokan uang, dan desentralisasi ekonomi global akan mendorong harga emas, meskipun terobosan mendadak mungkin tidak terjadi. Faktor-faktor ini akan terus mendukung emas, namun tidak ada alasan untuk pembelian tergesa-gesa.

Di sisi lain, Fawad Razaqzada, Analis Pasar di StoneX Group, mengatakan bahwa meskipun emas masih dalam tren naik yang kuat, investor harus siap untuk menghadapi beberapa volatilitas dalam waktu dekat. Namun, harga yang lebih rendah bisa dilihat sebagai peluang pembelian jangka panjang.

"Logam ini mungkin akan mengalami aksi ambil untung dalam waktu dekat, tetapi saya tetap optimis terhadap prospek emas untuk sisa tahun ini. Meski mungkin tidak mencapai USD 3.000 tahun ini, level tersebut adalah tujuan jangka panjang saya untuk logam kuning ini," tambah Razaqzada.

Meski Powell berusaha menurunkan ekspektasi pasar, para analis mencatat bahwa tren mendukung harga emas saat ini.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya