Miliarder Stanley Druckenmiller Jual Saham Nvidia, Alihkan Investasi ke Broadcom

Stanley Druckenmiller, salah satu miliarder dan investor telah menarik perhatian seiring langkah investasi di sektor kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI).

oleh Satrya Bima Pramudatama diperbarui 24 Nov 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2024, 06:00 WIB
Miliarder Stanley Druckenmiller Jual Saham Nvidia, Alihkan Investasi ke Broadcom
Stanley Druckenmiller, salah satu miliader sekaligus investor, telah lama memukau investor dengan pencapaiannya di Duquesne Capital Management. (foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Stanley Druckenmiller, salah satu miliader sekaligus investor, telah lama memukau investor dengan pencapaiannya di Duquesne Capital Management.

Dilansir dari Yahoo.com ditulis Minggu (24/11/2024) momen ini menandakan Druckenmiller telah mencatatkan laba tahunan rata-rata sebesar 30% selama 30 tahun. Akan tetapi yang luar biasa, dia tidak pernah mengalami kerugian satu tahun pun. Pada 2010, Druckenmiller memutuskan untuk menutup dana tersebut, tetapi tetap aktif berinvestasi melalui Duquesne Family Office.

Akhir-akhir ini, dia banyak menarik perhatian atas langkah-langkah investasinya di sektor kecerdasan buatan (AI) terutama pada saham Nvidia dan Broadcom. Stanley Druckenmiller membeli saham Nvidia (NASDAQ: NVDA) pada kuartal keempat 2022, ketika minat terhadap teknologi AI meningkat pesat.

Nvidia berhasil mencatatkan kenaikan harga saham yang luar biasa hingga 400% dari awal investasi Druckenmiller sampai awal 2023. Langkah Druckenmiller berinvestasi di Nvidia bertepatan dengan permintaan yang tinggi terhadap teknologi dan produk AI, hal ini menjadikannya salah satu investasi paling menguntungkan dalam portofolionya.

Namun, pada kuartal ketiga tahun ini, Druckenmiller memilih untuk menjual seluruh saham Nvidia. Penjualan ini tidak sepenuhnya menandakan Druckenmiller kehilangan kepercayaan pada Nvidia, tetapi Druckenmiller sendiri menjelaskan dia menjual sahamnya tersebut karena merasa valuasi Nvidia sudah sangat tinggi dan ingin mengunci keuntungannya.

Druckenmiller mengakui menjual saham Nvidia adalah kesalahan dan dia siap mempertimbangkan membeli saham tersebut kembali jika harga sahamnya turun. Ini menunjukkan meskipun dia melihat valuasi Nvidia saat ini sebagai terlalu tinggi, dia tetap yakin pada potensi pertumbuhan Nvidia di masa depan.

 

Selain Nvidia, Stanley Druckenmiller juga Beli Saham Lainnya

Markas Nvidia  di Santa Clara, California. Justin Sullivan/Getty Images/AFP
Markas Nvidia di Santa Clara, California. Justin Sullivan/Getty Images/AFP

Selain Nvidia, Druckenmiller baru-baru ini juga menambah portofolionya dengan saham Broadcom (NASDAQ: AVGO), sebuah perusahaan raksasa jaringan yang juga mulai merambah bisnis AI.

Broadcom memproduksi berbagai produk untuk keperluan jaringan, mulai dari jaringan pusat data hingga konektivitas rumah dan otomatisasi pabrik. Druckenmiller melihat peluang besar di Broadcom, terutama karena perusahaan ini baru-baru ini mengalami pertumbuhan yang signifikan berkat permintaan produk AI dan akuisisi perusahaan komputasi awan dan virtualisasi, VMware.

Selama beberapa kuartal terakhir, permintaan untuk jaringan AI dan akselerator khusus Broadcom mengalami peningkatan tajam, didorong oleh pesatnya permintaan dari penyedia layanan komputasi awan. Broadcom melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 47% pada kuartal terakhir, mencapai usd 13 miliar, dengan prediksi peningkatan sebesar 51% pada kuartal berikutnya.

 

Alasan Beli Saham Broadcom

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Akuisisi VMware juga diharapkan memberikan dampak positif pada pendapatan Broadcom. Broadcom memprediksi pada tahun fiskal berikutnya, akuisisi ini akan menyumbang laba yang signifikan, dengan target EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) mencapai USD 8,5 miliar dalam waktu tiga tahun.

Valuasi Broadcom yang lebih rendah dibandingkan dengan Nvidia juga menjadi salah satu alasan utama Druckenmiller menambah saham perusahaan ini.

Broadcom menawarkan valuasi yang lebih terjangkau dibandingkan Nvidia dalam hal estimasi laba ke depan, namun tetap memiliki potensi besar untuk mendapat keuntungan dari tren pertumbuhan AI. Selain itu, Perusahaan ini terlihat semakin menjanjikan dengan ekspansinya di sektor AI dan virtualisasi.

 

 

Penutupan Wall Street pada 22 November 2024

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 22 November 2024. Indeks Dow Jones bahkan sentuh rekor baru jelang akhir pekan.

Mengutip CNBC, Sabtu (23/11/2024), indeks Dow Jones melambung 426,16 poin atau 0,97 persen ke posisi 44.296,51. Indeks Dow Jones ditutup ke level tertinggi sepanjang masa dan alami kenaikan dalam tiga hari berturut-turut.

Indeks S&P 500 naik 0,35 persen menajdi 5.969,34, dan mencatat kenaikan dalam lima hari berturut-turut. Indeks Nasdaq naik 0,16 persen menjadi 19.003,65. Kenaikan indeks saham acuan itu dibatasi oleh penurunan saham Nvidia dan Alphabet masing-masing 3,2 persen dan 1,7 persen.

Selama sepekan, indeks Dow Jones melesat 2 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik sekitar 1,7 persen. Itu menandai perubahan dari pekan lalu saat reli wall street pascapemilu terhenti.

Pergerakan indeks saham pada Jumat pekan ini menandai kelanjutan tren di mana investor mengalihkan eksposur dari teknologi ke saham-saham di sektor pasar yang lebih sensitif secara ekonomi.

Hal itu dapat menjelaskan mengapa sektor industri dan konsumen discreationary memimpin kenaikan indeks S&P 500, sementara layanan komunikasi membukukan kinerja terburuk.

Sementara itu, teknologi alami kesulitan. Di sisi lain, bitcoin mendekati tonggak sejarah yang telah lama ditunggu-tunggu mencapai USD 100.000.

Saham kapitalisasi kecil juga menunjukkan kekuatan pekan ini. Indeks Russell 2000 naik 1,8 persen pada sesi Jumat dan melonjak 4,5 persen dalam sepekan.

"Investor beralih dari saham-saham berkapitalisasi besar sebelumnya seperti layanan komunikasi dan teknologi dan beralih ke sektor siklus lain seperti konsumen diskresioner, industri dan keuangan, serta saham kapitalisasi menengah dan kecil,” ujar Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall.

“Pendorongnya terus menjadi reli akhir tahun di mana semua ukuran, gaya dan sektor dalam S&P 500 alami kenaikan harga,” ia menambahkan.

infografis miliarder dunia
Pendatang baru miliarder dunia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya