Banyak Program Gagal, CEO Arogan Ini Terpaksa Mundur dari Jabatannya

CEO Stellantis Carlos Tavares mundur secara tiba-tiba pekan lalu setelah keputusan strategisnya memicu kritik luas dari dalam dan luar perusahaan.

oleh Satrya Bima Pramudatama diperbarui 14 Des 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2024, 06:00 WIB
apa perbedaan ceo dan direktur
Carlos Tavares mengambil langkah-langkah agresif untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan laba, sesuai dengan visi perusahaan dalam program “Dare Forward 2030”. Namun ternyata langkah tersebut gagal. (©Ilustrasi dibuat AI)

Liputan6.com, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) Stellantis, Carlos Tavares mundur secara tiba-tiba pekan lalu setelah keputusan strategisnya memicu kritik luas dari dalam dan luar perusahaan. 

Untuk diketahui, Stellantis adalah perusahaan manufaktur otomotif multinasional yang dibangun pada 2021 melalui penggabungan antara Fiat Chrysler Automobiles dan PSA Group. Perusahaan ini berkantor pusat di Amsterdam, Belanda. 

Carlos Tavares dikenal sebagai sosok yang dikenal dengan pendekatan agresif dalam pemotongan biaya. Carlos Tavares dinilai gagal memahami pasar Amerika Serikat (AS) dan mengabaikan masukan dari tim lokal.

Dikutip dari CNBC Sabtu (14/12/2024), Tavares mengambil langkah-langkah agresif untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan laba, sesuai dengan visi perusahaan dalam program “Dare Forward 2030”.

Program ini bertujuan menggandakan pendapatan dan berfokus pada kendaraan listrik (EV). Namun, pendekatan ini dinilai terlalu berlebihan dan justru menimbulkan masalah.

Beberapa kebijakan yang dipertanyakan termasuk penghapusan mesin populer V-8 Hemi tanpa pengganti yang jelas, penyederhanaan fitur kendaraan seperti Jeep Grand Cherokee tetapi menaikkan harganya, serta pengelolaan anggaran yang dinilai terlalu ketat.

“Keputusan ini mengabaikan masukan dari banyak konsumen dan dealer,” ujar salah satu sumber di dalam perusahaan.

Dampak Besar di AS

Kesalahan Tavares dalam memahami kebutuhan pasar AS menyebabkan dampak negatif pada operasional perusahaan, seperti:

  • Persediaan kendaraan yang menumpuk akibat kurangnya produk baru yang menarik.
  • Hubungan buruk dengan serikat pekerja dan pemasok karena kebijakan biaya yang ketat.
  • Penurunan harga saham sebesar 43% sepanjang 2024, jauh lebih buruk dibandingkan pesaing seperti General Motors (naik 55%) dan Ford (turun 9%).

Selain itu, keputusan strategis seperti penutupan pabrik dan pengurangan tenaga kerja juga memperburuk hubungan dengan karyawan. Stellantis telah memangkas 40.600 karyawan sejak 2020, termasuk 15% di wilayah Eropa dan Amerika Utara.

Kritik terhadap Kepemimpinan

Sejumlah eksekutif dan karyawan menggambarkan Tavares sebagai sosok yang arogan dan tidak mendengarkan masukan.

“Jika Anda tidak mengenal pasar dan pelanggan, Anda tidak bisa membuat keputusan yang tepat,” ujar seorang sumber anonim.

Ketua Serikat Pekerja UAW, Shawn Fain, bahkan secara terbuka menyebut pemecatan Tavares sebagai langkah besar ke arah yang benar untuk perusahaan yang salah urus.

John Elkann, Ketua Stellantis, kini memimpin komite eksekutif sementara sambil menunggu penunjukan CEO baru pada pertengahan 2025. Dalam pertemuan terakhirnya, Elkan optimis untuk perbaikan perusahaan pada 2025. Dia juga menghentikan program penghematan biaya yang kontroversial.

Stellantis kini berfokus pada upaya membangun kembali hubungan dengan pemasok, dealer, dan serikat pekerja, sekaligus memperbaiki strategi produk dan pemasaran. Perubahan ini diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan para pemangku kepentingan dan memperbaiki posisi perusahaan di pasar global.

Stellantis Recall Lebih dari 200 Ribu Jeep dan Dodge karena Masalah Pengereman

Jeep Grand Cheroke
Jeep Grand Cheroke

Sebelumnya, Stellantis mengumumkan penarikan kembali alias recall pada lebih dari 206.000 unit untuk model Jeep Grand Cherokee dan Dodge Durango di Amerika Serikat. 

Penarikan ini disebabkan tiga masalah sekaligus, yang salah satu di antaranya karena masalah pada pengereman. 

Disitat Carscoops pada Rabu (20/11/2024), laporan dari NHTSA (National Highway Traffic Safety Administration) menyebutkan bahwa masalah serius terdapat pada modul kontrol rem dan sistem pengereman kendaraan. 

Kadang-kadang, modul tersebut salah mendeteksi tekanan rem, yang bisa membuat mobil menyala dan bergerak sendiri tanpa menekan pedal rem. 

Masalahnya tidak berhenti disitu, menurut Stellantis, akibat modul pengereman yang rusak, lampu rem secara tiba-tiba menyala bahkan saat mobil masih berjalan, sekalipun dalam kecepatan 7 km/jam.

Masalah ini juga bisa mematikan sistem pengereman dan kontrol stabilitas, yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan.

Secara spesifik, penarikan ini totalnya ada 206.502 unit kendaraan di Amerika Serikat. Ini termasuk 158.045 Jeep Grand Cherokee yang dibuat antara 11 Juni 2018 dan 12 Juli 2019, serta 48.448 Dodge Durango yang dirakit antara 12 Juni 2018 dan 12 Juli 2019. 

Stellantis Pernah Kena Recall Karena Masalah Serupa

Kasus ini bukanlah yang pertama kalinya bagi perusahaan merger antara Fiat Chrysler Automobiles (FCA) dan Groupe PSA, dalam menarik kendaraan karena masalah ini. 

Pada pertengahan 2022, Stellantis telah menarik mobilnya karena lampu rem yang tidak bisa mati. 

Sebelumnya, perusahaan tersebut pernah mencoba memperbaiki masalah terkait kendaraan yang di recall. Namun, pada Februari ini, mereka menyadari bahwa perbaikan tersebut tidak efektif. Bahkan masalah yang sama masih terjadi pada kendaraan yang sudah diperbaiki.

Setelah melakukan investigasi lebih lanjut, Stellantis menemukan masalah baru pada sistem pengereman anti-lock braking system (ABS) dan kontrol stabilitas elektronik pada mobil yang terdampak, yang bisa membuat mobil berhenti bekerja. 

Meskipun terdapat 533 klaim garansi terkait masalah ini, Stellantis mengatakan belum ada kecelakaan atau cedera yang dilaporkan sampai sekarang.

Pemilik Jeep dan Dodge yang terdampak akan diberitahu terkait penarikan kembali antara 5 Desember dan 12 Desember mendatang.

Namun untuk perbaikan masalah tersebut masih belum tersedia. Perusahaan itu mengatakan perbaikan masih dalam proses pengembangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya