Liputan6.com, Jakarta Petani di Sumatera Selatan tengah menghadapi tantangan besar dengan jatuhnya harga gabah menjelang masa panen raya. Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan petani yang berharap hasil panen mereka dapat menopang kebutuhan hidup di tengah naiknya biaya produksi.
Bulog bersama stakeholder terkait, seperti Dinas Pertanian dan Gapoktan, telah melakukan pengecekan langsung ke sejumlah titik panen di Sumatera Selatan.
Advertisement
Baca Juga
Hasil monitoring menunjukkan bahwa harga gabah di beberapa wilayah memang berada di bawah standar Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang berlaku.
Advertisement
Penyebab Harga Gabah Jatuh
Salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan harga gabah adalah peningkatan pasokan di pasar lokal menjelang panen raya.
Selain itu, beberapa wilayah dilaporkan mengalami kendala distribusi akibat keterbatasan infrastruktur, sehingga memperparah kondisi pasar lokal yang kelebihan stok.
"Bulog telah mengidentifikasi titik-titik panen yang mengalami penurunan harga gabah. Kami akan melakukan penyerapan sesuai ketentuan untuk memastikan petani tetap mendapatkan harga yang layak," ujar Mokhamad Suyamto, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog, dikutip Minggu (12/1/2025).
Strategi Bulog untuk Stabilkan Harga
Untuk mengatasi kondisi ini, Bulog telah menyiapkan sejumlah langkah strategis, termasuk:
- Monitoring Panen dan Penyerapan Gabah
Bulog mengoptimalkan data prakiraan panen raya dari KSA BPS dan Dinas Pertanian untuk menentukan titik-titik panen prioritas yang akan diserap.
- Tim Jemput Gabah
Bulog membentuk Tim Jemput Gabah untuk mempercepat proses penyerapan di wilayah yang mengalami penurunan harga. Tim ini bekerja sama dengan mitra penggilingan untuk memastikan proses pengolahan berjalan lancar.
- Penyesuaian HPP
Bulog tengah menunggu keputusan resmi pemerintah terkait penyesuaian HPP terbaru yang direncanakan diumumkan pada 15 Januari 2025. Penyesuaian ini diharapkan dapat memberikan kepastian harga bagi petani.
Dampak pada Petani
Penurunan harga gabah ini menjadi pukulan berat bagi petani yang mengandalkan hasil panen sebagai sumber penghasilan utama.
Salah satu petani di wilayah Ogan Ilir, Sumatera Selatan, mengungkapkan bahwa harga gabah di tingkat petani hanya mencapai Rp4.000 per kilogram, jauh di bawah ekspektasi.
"Kalau harga segini, kami sulit menutupi biaya produksi. Harapan kami pemerintah bisa segera bertindak," ujarnya.
Advertisement
Komitmen Bulog
Bulog menegaskan komitmennya untuk mendukung stabilitas harga dan kesejahteraan petani. Dengan target penyerapan 3 juta ton gabah pada tahun 2025, Bulog berharap langkah ini dapat memberikan dampak positif, khususnya bagi petani di wilayah-wilayah yang terdampak.
"Kami akan terus berkoordinasi dengan semua pihak untuk memastikan penyerapan gabah berjalan optimal, sehingga petani tetap terlindungi dari fluktuasi harga," pungkas Suyamto.