Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menyambut baik keanggotaan penuh Indonesia dalam BRICS sebagai peluang strategis untuk mendiversifikasi mitra dagang dan investasi. Langkah ini dianggap penting di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah.
Ketua APINDO, Shinta Kamdani, menjelaskan bahwa BRICS membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara seperti Tiongkok, India, dan Uni Emirat Arab (UEA), yang merupakan pasar potensial.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, keanggotaan ini juga dapat membantu Indonesia menembus pasar non-tradisional, termasuk Afrika dan Timur Tengah.
Advertisement
“Namun, kami juga melihat bahwa BRICS lebih banyak berorientasi pada isu geopolitik dibandingkan pada harmonisasi kebijakan ekonomi yang konkret,” ujar Shinta dalam keterangan resmi pada Selasa (14/1/2025).
Ia juga menegaskan bahwa keanggotaan BRICS tidak menuntut Indonesia untuk mengadopsi kesepakatan internasional yang mengikat, sehingga kebijakan sosial-ekonomi dalam negeri tetap dapat dipertahankan.
Manfaat dan Tantangan Keanggotaan BRICS
Meskipun dampak langsung ke sektor usaha belum terlihat secara signifikan, Shinta menekankan pentingnya pelaku usaha memanfaatkan peluang yang muncul dari keanggotaan Indonesia di BRICS. Beberapa potensi yang dapat dijajaki meliputi:
- Diversifikasi Pasar Pelaku usaha Indonesia dapat memperluas jaringan dengan anggota baru BRICS seperti UEA dan Ethiopia, khususnya di sektor manufaktur, agrikultur, dan energi.
- Alternatif Pembiayaan Proyek Melalui BRICS New Development Bank (NDB), sektor usaha dapat mengakses pembiayaan untuk proyek infrastruktur dan energi terbarukan yang sebelumnya mungkin terkendala oleh sumber pendanaan tradisional.
- Pemanfaatan Teknologi Keunggulan teknologi dari negara anggota BRICS seperti Tiongkok dan Rusia dapat dimanfaatkan untuk mendukung transformasi industri domestik.
Namun, Shinta juga mengingatkan adanya tantangan yang perlu diantisipasi, termasuk potensi retaliasi dagang dari negara-negara non-BRICS dan risiko ketergantungan pada mitra tertentu seperti Tiongkok. Oleh karena itu, strategi mitigasi risiko menjadi hal yang krusial bagi pelaku usaha.
Kesimpulan
Keanggotaan Indonesia di BRICS membuka peluang besar bagi pengusaha untuk menjajaki pasar baru, memanfaatkan pembiayaan alternatif, dan meningkatkan daya saing industri domestik.
Namun, diperlukan perencanaan strategis untuk mengatasi tantangan yang mungkin muncul agar manfaat dari keanggotaan ini dapat dioptimalkan secara maksimal.
Luhut Bongkar Keuntungan Indonesia Gabung BRICS
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, buka suara terkait keanggotaan penuh Indonesia dalam BRICS. Menurutnya, bergabungnya Indonesia dengan blok tersebut akan memperluas pasar nasional dan memberikan peluang ekonomi yang lebih besar.
Namun demikian, bergabungnya Indonesia dalam keanggotaan BRICS bukanlah keputusan yang diambil sembarangan. Luhut menekankan pentingnya kehati-hatian mengingat persoalan yang tengah dihadapi Tiongkok saat ini, serta situasi di Eropa terkait pasokan gas yang sebagian besar berasal dari Rusia dan kondisi stoknya.
"Ya market kita lebih besar. Ya market kita lebih besar. Karena ini masalah kalau kita enggak hati-hati dengan persoalan yang ada di China sekarang, dan juga persoalan di mana di Eropa, di mana gas sekarang dari mana dari Rusia di stok mereka," kata Luhut dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (9/1).
Menurutnya hal tersebut dapat menyebabkan krisis energi di Eropa, yang kemudian berdampak pada Cina. Selain itu, ekonomi Cina saat ini sedang kurang baik, sementara di Amerika tingkat ketidakpastian tinggi karena tarif yang belum jelas berapa persen akan dinaikkan oleh Presiden Trump.
"Itu akan terjadi nanti masalah krisis energi di mana? Di Eropa. Dan dia turunkan ke Cina. Dan Cina masalah ekonominya juga sekarang lagi kurang baik. Dan Amerika kita uncertainty-nya tinggi karena tarif itu yang baru jelas mau berapa persen dinaikkan oleh Presiden Trump," tegas Luhut.
Dia menyatakan bahwa pemerintah telah menimbang dengan cermat terkait masalah-masalah yang hingga saat ini terjadi. "Jadi kombinasi masalah ini memang betul-betul kami cermatin dengan baik," imbuh Luhut.
Advertisement
Ketidakpastian Ekonomi Global
Sebagaimana diketahui, Direktur China-Indonesia Desk, Celios, Muhammad Zulfikar Rakhmat, berpandangan bahwa ketidakpastian ekonomi global karena perang dagang antara China dan AS saat Trump akan mengacak stabilitas ekonomi di beberapa negara, dan ini tentunya akan berimbas pada Indonesia. Ditambah lagi ancaman Trump pada negara anggota BRICS jika melakukan dedolarisasi.
"Reaksi Trump perlu untuk diwaspadai, karena dia merupakan salah satu pemimpin yang membuktikan ucapannya," ucap Zulfikar.
Apabila Amerika memberlakukan tarif 100 persen pada negara anggota BRICS, tentu Indonesia akan terkena imbas dari kebijakan tersebut, sehingga tidak bisa dipungkiri ini juga akan menjadi tantangan bagi ekonomi Indonesia dalam jangka waktu pendek atau menengah.
"Hal ini juga akan menyebabkan penurunan tajam pada volume ekspor, terutama untuk produk-produk yang sangat bergantung pada pasar AS," tegas dia.