Liputan6.com, Jakarta Prospek ekonomi Indonesia tetap tangguh dan positif, meskipun adanya hambatan global. Menurut laporan terkini dari Bank Indonesia, pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan tetap terjaga di kisaran 4,7%-5,5%1 pada 2025, didukung oleh peningkatan konsumsi dan investasi publik seiring dengan pelaksanaan program bantuan sosial secara bertahap dan investasi oleh pemerintahan baru.
Advertisement
Baca Juga
Atas dasar hal tersebut, PT Bank QNB Indonesia Tbk, anak perusahaan dari institusi finansial terbesar di Timur Tengah dan Afrika, QNB Group, menyelenggarakan First Wealth Forum 2025 yang bertajuk Navigating the Future to Maximize Opportunity for Prosperity Ahead.
Advertisement
Acara ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada nasabah Bank tentang prospek ekonomi di Indonesia dan secara global, yang dihadiri oleh para pemimpin bisnis, pakar industri dan nasabah QNB First.
Diisi dengan diskusi panel, First Wealth Forum 2025 membicarakan strategi dan peluang investasi di pasar lokal dan regional untuk menghadapi tantangan ekonomi, serta mengangkat topik lainnya, yaitu mengelola warisan sedini mungkin.
"Di dunia yang semakin terhubung, menavigasi kompleksitas ekonomi global sangat penting. Tahun ini akan menantang dengan situasi geopolitik yang kompleks, yang membuat perekonomian tidak menentu. Dengan merangkul inovasi dan tetap menjadi yang terdepan dalam tren pasar, Bank dapat memaksimalkan peluang untuk kesuksesan dan pertumbuhan," ujar Direktur Utama PT Bank QNB Indonesia Tbk, Nick Groene dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (17/1/2025).
"Kami senang dapat memulai tahun baru dengan hal-hal yang positif, di awal Januari kami meluncurkan 8 Reksa Dana USD untuk melengkapi ragam produk investasi bagi nasabah setia kami. Selanjutnya penyelenggaraan acara First Wealth Forum 2025, kami harap dapat berbagi wawasan yang bermanfaat tentang isu keuangan serta meningkatkan customer engagement,” tutup Head of Retail Banking PT Bank QNB Indonesia Tbk, Grace Luzar.
Acara First Wealth Forum 2025 ini juga didukung oleh para mitra bisnis Bank, yaitu PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, PT Allianz Life Indonesia, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, dan PT Mandiri Manajemen Investasi.
Pertumbuhan Ekonomi Global Berisiko Stagnan Imbas Tarif Impor Donald Trump
Sebelumnya, Bank Dunia mengungkapkan perekonomian global akan stagnan tahun ini, di tengah kekhawatiran termasuk tarif impor baru yang dikenakan pemerintahan presiden terpilih AS Donald Trump.
Melansir BBC, Jumat (17/1/2025) Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan stagnan di kisaran 2,7% di 2025, menjadikan kinerja terlemah sejak 2019, selain dari kontraksi tajam yang terlihat pada puncak pandemi Covid-19.
Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia, Ayhan Kose mengatakan, tarif perdagangan, yang akan diberlakukan Donald Trump dapat memiliki konsekuensi ekonomi di seluruh dunia.
Prospek pajak yang lebih tinggi yang diberlakukan pada impor ke AS mengkhawatirkan banyak pemimpin dunia karena hal itu akan membuat perusahaan lebih mahal untuk menjual barang-barang mereka di AD
Kose mengatakan, meningkatnya ketegangan perdagangan antara negara-negara ekonomi utama merupakan salah satu kekhawatiran terbesar terhadap ekonomi global pada 2025.
Kekhawatiran lainnya termasuk suku bunga yang tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan yang merusak kepercayaan bisnis dan investasi.
Bank Dunia mengatakan bahkan kenaikan 10% tarif AS atas impor dari setiap negara akan mengurangi pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,2% jika negara-negara tidak menanggapi.
"Jika mereka melakukannya, ekonomi global dapat terpukul lebih keras,” Kose menambahkan.
"Setiap kali Anda memberlakukan pembatasan perdagangan, akan ada konsekuensi buruk yang paling sering dialami oleh negara yang memberlakukannya," bebernya.
Advertisement
Standar Hidup Tidak Meningkat
Kose lebih lanjut menuturkan, tingkat pertumbuhan rendah yang diperkirakan untuk ekonomi dunia pada 2025 berarti standar hidup tidak akan meningkat dengan kecepatan yang dilihat beberapa tahun lalu. Kose menuturkan, dalam dekade sebelum pandemi, pertumbuhan rata-rata lebih dari 3% per tahun.
"Jika Anda melihat dalam jangka waktu yang lebih lama, kami pikir angka pertumbuhan akan turun. Itu membuat kami khawatir," ia menambahkan.
Bank Dunia: Negara-negara di Dunia Perlu Siapkan Kebijakan Ekonomi Strategis
Pertumbuhan ekonomi secara luas dipandang sebagai hal mendasar untuk mengurangi kemiskinan dan mendanai layanan publik seperti perawatan kesehatan dan pendidikan.
Hal itu juga penting untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan upah, ketika inflasi tetap berada di atas target 2% yang ditetapkan oleh bank sentral di zona euro, Inggris, dan AS. Sejumlah negara kini tengah berjuang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
"Intinya adalah tidak ada ozempic untuk pertumbuhan ekonomi. Negara-negara perlu memikirkan kebijakan apa yang akan diterapkan," kata Kose.