Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,83 persen ke posisi 6.485,44 pada perdagangan Kamis, 27 Februari 2025.Â
Penurunan IHSG ini juga diikuti oleh melemahnya indeks LQ45 sebesar 2,15 persen ke posisi 731,39. Sebanyak 413 saham memerah, sementara hanya 196 saham yang menguat dan 184 saham stagnan, menunjukkan dominasi sentimen negatif di pasar.
Advertisement
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan mencapai 1.147.932 kali dengan volume perdagangan 18,9 miliar saham dan nilai transaksi harian mencapai Rp 13 triliun.Â
Advertisement
Â
Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.626,26 dan level terendah 6.443,22. Sebanyak 413 saham memerah sehingga menekan IHSG. 196 saham menguat dan 184 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.147.932 kali dengan volume perdagangan 18,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 13 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.445. Investor asing jual saham Rp 1,87 triliun. Dengan demikian, sepanjang 2025, investor asing lepas saham Rp 18,9 triliun.
Bursa Saham Asia
Bursa saham regional Asia pada Kamis sore ini antara lain indeks Nikkei menguat 113,80 poin atau 0,30 persen ke 38.256,17. Kemudian indeks Shanghai naik 7,85 poin atau 0,23 persen ke 3.388,06, indeks Kuala Lumpur susut 2,11 persen atau 0,13 poin ke posisi 1,586,60, dan indeks Straits Times menguat 13,14 poin atau 0,34 persen ke 3.921,19.
Â
Sektor Saham Memerah
Mayoritas sektor saham memerah kecuali sektor saham consumer siklikal naik 0,19 persen. Sektor saham kesehatan terpangkas 2,29 persen, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham energi turun 1,09 persen, sektor saham basic merosot 1,6 persen, sektor saham industri terpangkas 0,43 persen, dan sektor saham consumer nonsiklikal susut 1,15 persen.
Selain itu, sektor saham keuangan terpangkas 1,67 persen, sektor saham properti melemah 1,01 persen, sektor saham teknologi terpangkas 0,77 persen, sektor saham infrastruktur susut 1,17 persen dan sektor saham transportasi merosot 0,24 persen.
Advertisement
Penyebab IHSG Anjlok
Ancaman tarif dagang dari Presiden AS Donald Trump terhadap Uni Eropa sebesar 25 persen menjadi salah satu kekhawatiran utama pasar. Hal ini menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku pasar.
"Pada sisa pekan ini, para pelaku pasar menantikan rilis GDP Growth Rate kuartalan 2nd Est AS yang diperkirakan menurun dari sebelumnya 3,1 persen menjadi 2,3 persen," kata ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee seperti dikutip dari Antara.
Core PCE Price Index bulanan AS yang diperkirakan mengalami kenaikan dari sebelumnya 0,2 persen menjadi 0,3 persen, Personal Income bulanan AS yang diperkirakan menurun dari sebelumnya 0,4 persen menjadi 0,3 persen, Personal Spending MoM AS yang diperkirakan menurun dari sebelumnya 0,7 persen menjadi 0,1 persen, dan NBS Manufacturing PMI China yang diperkirakan mengalami kenaikan dari sebelumnya 49,1 menjadi 50.
Â
Pada Rabu, Donald Trump mengindikasikan rencana untuk mempertimbangkan tarif "timbal balik" sebesar 25 persen pada mobil Eropa dan barang-barang lainnya.
Selain itu, juga mengonfirmasi tarif pada Meksiko dan Kanada akan berlaku pada 2 April, bukan batas waktu yang ditetapkan sebelumnya yaitu 4 Maret.
Bursa saham Asia juga bergerak variasi, mencerminkan sentimen hati-hati menjelang 'Two Sessions' di China. Investor menunggu pengumuman kebijakan pemerintah China untuk tahun mendatang, terutama terkait stimulus fiskal yang bertujuan meningkatkan ekonomi.
Di Jepang, Bank of Japan diperkirakan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini, merespons kenaikan inflasi dan pertumbuhan upah yang kuat.
Â
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang dengan memakai artificial intelligence
