Liputan6.com, Jakarta Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Perum Bulog untuk meningkatkan target penyerapan beras menjadi 3 juta ton pada 2025, naik dari target sebelumnya 2 juta ton.
Dengan tambahan ini, Bulog membutuhkan dana sekitar Rp57 triliun untuk mengolah beras hasil serapan petani yang jumlahnya meningkat.
Advertisement
Baca Juga
Direktur Keuangan Bulog, Iryanto Hutagaol, menyampaikan bahwa dari target sebelumnya, sebanyak 1,7 juta ton beras saat ini telah tersimpan di gudang Bulog. Dengan target baru, Bulog diproyeksikan akan mengelola total 4,7 juta ton beras sepanjang 2025.
Advertisement
"Awalnya kita akan mengelola 3,7 juta ton, tapi dengan tambahan target 3 juta ton, jumlah total yang harus dikelola menjadi 4,7 juta ton," ujar Iryanto di Jakarta, Rabu (22/1/2025).
Penyerapan Gabah dan Kebutuhan Pendanaan
Dalam proses ini, Gabah Kering Panen (GKP) hasil panen akan dibawa ke penggilingan. Bulog akan menyerap beras hasil penggilingan dengan harga Rp12.000 per kilogram. Berdasarkan perhitungan tersebut, kebutuhan dana mencapai Rp57 triliun.
"Dengan harga Rp12.000 per kg untuk 4,7 juta ton, dana yang diperlukan sekitar Rp57 triliun," jelas Iryanto.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Bulog sedang berdiskusi dengan pemerintah agar pembiayaan lebih terstruktur, termasuk kemungkinan bantuan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Saat ini kita dibantu perbankan, tapi ke depan kita harap sebagian APBN bisa langsung disalurkan kepada kami," tambahnya.
Strategi Bisnis dan Tantangan Pendanaan
Bulog saat ini menggunakan dana internal untuk menyerap dan menyalurkan beras, dengan pendapatan yang diperoleh setelah beras terjual di pasar.
"Kami mengandalkan pendapatan dari penjualan beras untuk pemulihan biaya operasional. Namun, sebagai BUMN yang berfungsi sebagai Public Service Obligation (PSO), ada konsekuensi beban keuangan yang harus ditanggung," terang Iryanto.
Ia optimistis bahwa laporan keuangan Bulog tetap positif sesuai prinsip akuntansi yang berlaku. "Secara teknikal, kami upayakan tetap sehat secara keuangan meskipun tantangannya cukup besar," tegasnya.
Permintaan Menko Pangan untuk Penyerapan Cepat
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, meminta Bulog menyerap 3 juta ton beras hingga April 2025. "Bulog harus membeli 3 juta ton dalam waktu Januari hingga April, yang setara dengan jumlah gabah yang lebih besar," kata Zulhas dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (22/1/2025).
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah ditetapkan Rp6.500 per kilogram, sedangkan harga beras dari pabrik yang bermitra dengan Bulog ditetapkan Rp12.000 per kilogram.
Zulhas menambahkan bahwa Bulog mengusulkan rentang harga pembelian beras antara Rp12.000 hingga Rp12.250 per kilogram agar dapat bersaing dengan pihak lain. "Usulan ini sudah disepakati di rapat koordinasi, tapi keputusan final akan dibawa ke rapat terbatas dengan Presiden," ujarnya.
Advertisement
Sinergi dengan Pabrik Beras
Pemerintah juga mengatur agar pabrik-pabrik beras di Indonesia membeli gabah dari petani dengan harga minimal Rp6.500 per kilogram. Jika pabrik tidak mematuhi aturan ini, Bulog akan langsung menyerap gabah dari petani.
Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yaitu memastikan stabilitas harga gabah bagi petani sekaligus memenuhi kebutuhan stok beras nasional.