Liputan6.com, Jakarta Di tengah situasi ekonomi yang semakin sulit saat ini, dan kian terbatasnya sumber daya alam yang tersedia; pengusaha Bumiputera harus bangkit dan bersatu. Peluang harus direbut. Ekonomi tidak bisa terus-menerus dikendalikan hanya oleh sekelompok orang tertentu, sementara pengusaha Bumiputera hanya menjadi penonton.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) Jose Rizal, saat melakukan pelantikan pengurus Asprindo Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Sulawesi Selatan, di Hotel Gammara, Tanjung Bunga, Makassar.
Advertisement
Lebih lanjut Jose menyatakan bahwa pengusaha Bumiputera Indonesia harus bersatu dan kuat untuk melawan hegemoni ekonomi. Jika pengusaha pribumi jalan sendiri-sendiri, tidak bisa bersatu, maka pengusaha Bumiputera tidak akan kuat.
Advertisement
“Kita hanya akan jadi pemain kecil yang tidak diperhitungkan, dan lama-lama hanya akan menjadi penumpang di rumah sendiri," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (9/2/2025).
Karena itu, menurut Jose, pengusaha Bumiputera harus bersatu, bertarung merebut peluang itu.
“Di Sulawesi Selatan ini banyak petarung. Banyak orang-orang besar di Jakarta yang berhasil, baik sebagai pengusaha maupun politikus; dan mereka adalah petarung yang pantang menyerah. Karena itu, saya menaruh harapan besar pada pengurus DPW Sulawesi Selatan. Sulsel punya SDM yang potensial, dan juga punya potensi ekonomi yang besar. DPW Sulsel harus menggebrak dan menjadi contoh bagi DPW-DPW lainnya," tutur dia.
Ketua Dewan Pembina, Jenderal TNI (purn) Fachrul Razi, dalam sambutannya, menegaskan hal yang sama. Fachrul Razi menyebut Ketua Umum ASPRINDO sebagai contoh yang layak untuk ditiru sebagai pengusaha pribumi.
“Ketum ini orang yang tak pernah menyerah. Peluang dan jejaring terus dikembangkan. Tokoh-tokoh potensial yang bisa diajak untuk mengembangkan kekuatan pengusaha pribumi terus dirangkul. DPW Sulsel harus melakukan yang sama. Perkuat kerja sama antara elemen masyarakat di Sulawesi Selatan, bangun hubungan dengan pemerintah, dan ikut berkontribusi dalam membangun perekonomian di wilayah ini,” ungkapnya.
Kampung Industri, Solusi Bangun Ketahanan Ekonomi
Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (ASPRINDO), Didin S Damanhuri menyatakan pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan pemerintah, membutuhkan tidak hanya upaya pemerintah di skala nasional tapi juga perlu mengembangkan sektor perekonomian dari setiap wilayah.
Kampung Industri yang digagas oleh ASPRINDO, lanjutnya, merupakan salah satu alternatif untuk menggerakkan perekonomian dari wilayah pedesaan, untuk terus bertumbuh ke skala nasional, regional dan internasional.
"Kampung industri ASPRINDO saat ini, merupakan sebuah rintisan dalam mendongkrak ekonomi daerah dan juga sebagai gerakan mula untuk melawan arus industri besar. Dan jika ini menjadi gerakan nasional yang bisa ditopang oleh pemerintah, Kampung Industri ini akan menjadi jalur by pass untuk pergerakan yang lebih masif," kata Didin, Selasa (21/1/2025).
Ia menyebut, dengan skema produk unggulan local specific dari setiap daerah, yang nantinya akan naik kelas menjadi produk unggulan provinsi, selanjutnya skala nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan akan masuk skala regional dan internasional, maka diharapkan akan mampu mengimbangi industrialisasi asing.
"Produk asing itu boleh saja, selama memang pemerintah bisa selektif. Dan pada ujungnya, produk lokal akan mampu berkompetisi dan membentuk sinergi perdagangan antara produk lokal dengan asing," ucapnya.
Advertisement
Produk Asing
Didin mengemukakan, produk asing itu tidak semuanya sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, karena merupakan kolaborasi antar negara yang berbasis kebutuhan negara-negara tersebut.
"Jika produk lokal bisa dipacu untuk naik kelas, mulai dari kualitas, pengemasan atau hal lainnya, dan didukung dengan regulasi, maka tak tertutup kemungkinan ini akan menjadi kunci bagi pergerakan ekonomi nasional," ucapnya lagi.
Regulasi yang dimaksud adalah bagaimana pemerintah bisa mengatur setiap produk tidak saling 'membunuh' tapi saling mendukung, dengan mengedepankan kearifan lokal dan keunikan masing-masing daerah.
"Ini bisa disebut dengan Nusantaranomics. Saat ini memang sudah ada yang baik tapi belum tersentuh digitalisasi dan teknologi modern. Di sinilah kemampuan untuk meng-orkestrasi seluruh sumber daya ini menjadi harmoni ekonomi yang kuat," kata Didin lebih lanjut.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)