Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini bergerak menguat. Penguatan rupiah pada hari ini dipengaruhi pelemahan ekonomi AS.
Pada Senin (24/2/2025), nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta menguat 4 poin atau 0,02 persen menjadi 16.309 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 16.313 per dolar AS.
Advertisement
Baca Juga
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar rupiah terus menguat, yang terutama dipengaruhi data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melemah.
Advertisement
"Data ekonomi AS seperti tingkat keyakinan konsumen bulan Februari dan data penjualan rumah existing bulan Januari yang dirilis hari Jumat malam memberikan tekanan ke dolar AS karena data yang dirilis lebih rendah dari ekspektasi pasar dan hasil sebelumnya," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Tercatat, Michigan Consumer Sentiment sebesar 64,7 dari sebelumnya 71,1. Menurut dia, hal ini berhubungan dengan kebijakan kenaikan tarif Presiden AS Donald Trump, sehingga ke depan konsumen di AS berekspektasi harga-harga barang konsumsi akan naik yang berpotensi menurunkan belanja konsumen.
Adapun penjualan rumah existing 4,08 juta dari sebelumnya 4,29 juta. Capaian ini berkaitan dengan tingkat suku bunga AS yang dipandang masih tinggi, dan pembeli mungkin masih berekspektasi ada penurunan tingkat suku bunga lagi ke ke depan.
"Ini (data-data ekonomi AS yang melemah) memberikan persepsi ke pasar bahwa ekonomi AS sedang dalam tekanan," ucap dia
Di awal pekan ini, indeks dolar juga menurun di kisaran 106,26 atau lebih rendah dibandingkan pagi sebelumnya di kisaran 106,50.
Tarif Trump
Selain itu, kebijakan kenaikan tarif Trump yang masih tarik ulur membuat pelaku pasar melepas posisi sebelumnya yang mengantisipasi kebijakan kenaikan tersebut, sehingga memberikan tekanan ke dolar AS.
"Dengan sentimen di atas, hari ini rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS ke arah Rp16.220, dengan potensi resisten di kisaran Rp16.300," ungkap Aris.
"Tapi secara keseluruhan, dolar AS ini masih berpeluang menguat lagi ke depannya karena sentimen-sentimen pendukung masih ada dan belum benar-benar hilang, seperti kenaikan tarif dan perang dagang, konflik geopolitik, potensi pelambatan ekonomi, dan lain-lain," kata dia.
Siap-Siap, Rupiah Bakal Makin Perkasa
Kepala Center of Industry, Trade, and Investment INDEF, Andry Satrio Nugroho mengungkap, kewajiban menyimpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di dalam negeri yang baru ditetapkan Presiden RI Prabowo Subianto dapat meningkatkan devisa negara dan memperkuat nilai tukar rupiah sehingga memberikan keuntungan bagi Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Andry merespons kebijakan pemerintah Indonesia yang resmi menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2025, yang menetapkan bahwa eksportir di sektor pertambangan (kecuali minyak dan gas bumi), perkebunan, kehutanan, dan perikanan wajib menempatkan 100 persen DHE SDA dalam sistem keuangan nasional selama 12 bulan dalam rekening khusus di bank nasional. Sedangkan untuk sektor minyak dan gas bumi, aturan ini tetap mengacu pada PP Nomor 36 Tahun 2023.
“Dengan kewajiban penyimpanan DHE selama satu tahun, devisa negara berpotensi meningkat dan memperkuat nilai tukar rupiah,” jelas Andry kepada wartawan, Selasa (18/2).
Andry mengatakan tujuan utama regulasi ini adalah untuk meningkatkan cadangan devisa negara dan menjaga stabilitas ekonomi nasional. Kebijakan tersebut merupakan revisi dari PP 36 Tahun 2023 yang sebelumnya hanya mewajibkan 30% DHE untuk disimpan selama tiga bulan.
“PP 36 Tahun 2023 dinilai kurang efektif dalam meningkatkan kepatuhan eksportir terhadap aturan DHE. Durasi penyimpanan yang relatif singkat dan jumlah DHE yang tidak signifikan membuat dampak terhadap perekonomian masih terbatas,” ucapnya.
Advertisement
Pengalihan Devisa
Ia menambahkan selama ini terdapat pelaku usaha yang sengaja melakukan praktik under-invoicing serta pengalihan devisa ke luar negeri guna menghindari kewajiban penyimpanan DHE.
“Kebijakan ini memberikan sinyal kuat kepada eksportir bahwa pemerintah serius dalam mengatur arus devisa guna memperkuat perekonomian nasional,” kata Andry.
Sebelumnya, Prabowo mengatakan bahwa dengan langkah ini, di tahun 2025 devisa hasil ekspor Indonesia akan meningkat.
“Diperkirakan bertambah sebanyak 80 miliar dolar Amerika. Karena ini akan berlaku mulai 1 Maret, kalau lengkap 12 bulan hasilnya diperkirakan akan lebih dari 100 miliar dolar,” ungkap Prabowo.
